MENGAKUI YESUS DI
DEPAN MANUSIA (Matius 10:24-39)
Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian
lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?
Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata:
Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami (Yohanes 14:9).
Pengalaman bersama Yesus telah membuat para
rasul paham benar akan segala tugas yang harus mereka emban. Yesus mematangkan
panggilan para rasul untuk memasuki medan pelayanan yang begitu hebat dan
mengerikan. Yesus mengingatkan mereka akan ancaman dan resiko yang sangat
mungkin mereka hadapi. Tetapi Yesus juga memberikan penguatan bagi para murid,
‘Jangan kamu takut’. Tiga kali Yesus mengatakan kalimat itu. Yesus
mengungkapkan kalimat ini untuk menguatkan para rasul, karena mereka akan
diutus untuk memberitakan Injil. Tugas dan medan pelayanan pemberitaan Injil
memang ganas dan mengerikan. Matius 10:16 menggambarkan tantangan itu seperti
domba masuk ke tengah-tengah serigala. Domba yang lugu akan segera diterkam dan
dicabikcabik oleh serigala untuk dijadikan makanan empuk.
Yesus mengungkapkan secara konkrit ancaman
yang akan dihadapi para murid : (a) Beezebul. Beezebul adalah penghulu/ketua setan-setan,
yang anti terhadap kuasa Tuhan. Setan Beezebul memiliki kuasa menggoda manusia
untuk menggagalkan kehendak Allah. Yesus telah berhadapan dengan setan itu
(ingat kisah pencobaan). Kalau Yesus sendiri sebagai Guru dicobai oleh setan
itu, apalagi para murid pasti akan mendapat tawaran iblis satu ini. Setan itu
memang tidak dapat mematikan tubuh mereka, sebab para murid telah diperlengkapi
dengan kuasa mengusir roh-roh jahat (Mat. 10:1). Tetapi yang perlu dicermati, kuasa
roh-roh jahat itu akan berusaha memporakporandakan tugas panggilan mereka. Kuasa
roh-roh jahat berusaha menggagalkan pemberitaan Injil dengan cara menawarkan
nilai-nilai dunia yang dapat menggiurkan. Oleh sebab itu, para murid jangan
tergoda setan itu, melainkan fokus senantiasa memberitakan Injil. (b) Pembunuh
tubuh. Ancaman ini datang dari para penguasa dan imam-imam yang tidak menyukai
pemberitaan Injil itu. Mereka memiliki kuasa untuk menangkap, menganiaya, dan
menjebloskan ke dalam penjara atau menjatuhkan hukuman mati.
Tetapi dalam semua ancaman itu, Yesus
memberikan kekuatan. Yesus mengambil contoh dari burung pipit. Burung pipit
adalah jenis burung kecil, tidak memiliki manfaat, harganya murah. Tetapi
burung yang demikian pun tidak luput dari penjagaan Allah. Yesus hendak menguatkan
para rasul, bahwa burung yang demikian saja ada dalam penjagaan Tuhan, apalagi
murid-murid yang dipakai Tuhan untuk mewartakan Injil tentu akan dalam
perlindungan dan pemeliharaanNya. Allah akan memberikan keselamatan bagi para
rasul menghadapi tugas pengutusan itu. Yesus menguatkan dengan perkataan
‘jangan kamu takut’.
Selain menghadapi ancaman dari luar
dirinya, pemberitaan Injil juga akan mendapat tantangan dari dalam. (a) dari
keluarga. Yesus datang sebagai Raja damai, dan damai di atas dunia menjadi
tujuanNya. Namun, karena berbagai aneka tanggapan manusia terhadap Injil itu,
maka sangat mungkin terjadi pedang (pertentangan). Yesus mengetahui bahwa
pemberitaanNya dapat menyebabkan perselisihan di dalam keluarga ; bapa dengan
anak, ibu dengan anak perempuannya, bahkan dengan menantunya. Pertentangan dapat terjadi karena yang
seorang sudah paham benar arti Injil sedangkan yang lain belum paham. Tidak
tertutup kemungkinan, di keluarga para rasul pun hal itu dapat terjadi, yang
kemudian menggagalkan tugas pengutusan itu. (b) dari diri sendiri. Pada
puncaknya, Yesus memberitahukan resiko yang dihadapi para rasul. Mengikut Yesus
bukan hanya menimbulkan perselihan dalam keluarga tetapi juga kesiapan memikul
salib, yaitu merelakan nyawanya. Nyawa adalah jiwa atau diri yang sesungguhnya.
Oleh sebab itu hanya manusia yang memiliki hubungan benar dengan Allah dalam
Kristuslah bersedia mengorbankan seluruh pribadinya.
Kesiapan atas tugas panggilan dengan segala
resiko yang ditanggung merupakan nilai pengakuan mereka terhadap Yesus. Mereka
telah sekian lama bersama-sama dengan Yesus, tetapi nilai apakah yang mereka
miliki ? Pengalaman bersama Yesus mestinya membuat para murid menyadari arti
kehadiran Yesus. Dalam kesetiaan mewartakan Injil merupakan pengakuan mereka
terhadap Yesus di hadapan manusia. Pengakuan yang demikian akan menjadi bukti
dan kekuatan setiap orang percaya saat menghadapi ‘pengadilan’ hidup kekal. Karena
itu, memberitakan Injil bukan sekedar kepentingan dunia ini tetapi menyangkut
eskatologi, Kerajaan Allah. Oleh sebab itu, ikatan duniawi, termasuk hubungan
keluarga menjadi nisbi dibanding pengharapan eskatologi. Satu hal yang penting
dalam dunia ini dan relasinya dengan kerajaan sorga adalah, para murid harus
mengakui Yesus di depan manusia.
Melihat ancaman dan resiko yang harus
ditanggung untuk memberitakan Injil, rasanya hati kita menjadi kecut. Memang,
ketika kita masih menempatkan nilai-nilai dunia ini dalam hidup kita, maka kita
tak kuasa untuk memberitakan Injil. Jangankan nyawa, terkadang memberikan
dukungan untuk memberitakan Injil pun kita sulit. Berbagai ketakutan,
kekhawatiran, kesombongan dalam dunia ini merupakan sikap penyangkalan terhadap
Yesus. Tidak sedikit orang membuat ‘teologi angkutan’ bahwa mengumpulkan
kekayaan dunia ini dapat membawanya masuk ke dalam sorga. Kehidupan
eskhatologis bukan sekedar lanjutan dari hidup kini dan di sini, melainkan sama
sekali berbeda. Segala yang kita miliki akan kita tinggalkan, yang ada tinggal
pertanggungjawaban.
Mengikut Yesus membutuhkan kesiapan
menyerahkan nyawa. Namun, Yesus tidak menghendaki kematian konyol bagi
pengikutNya. Yesus tahu benar hati manusia yang sungguhsungguh mengikutNya,
yaitu menolak segala yang menghambat pekabaran Injil dan menolak segala ketakutan
yang membuat tidak nyaman karena nilai-nilai dunia semata. Bagi orang yang
demikian, Tuhan Yesus akan memberi hati yang penuh sukacita atas ketaatannya
mengikut Yesus. Dan pada akhirnya, setiap orang yang mengakui Allah di hadapan
manusia, maka ia memperoleh keselamatan yang Tuhan sudah sediakan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar