KATAKANLAH
KEBENARAN
Nabi dikenal sebagai penyambung suara
Tuhan. Mereka menerima wahyu/penglihatan dan menyampaikannya sebagai nubuat ;
baik itu berupa hukuman atau keselamatan. Seorang nabi yang memegang teguh
panggilannya akan menyatakan firman itu dengan benar, tidak menambah atau
mengurangi inti dari firman Tuhan. Melenceng dari firman Tuhan atau menyampaikan
sesuatu yang bukan berdasarkan suara Tuhan, maka itu bukanlah nubuat atau wahyu. Seorang nabi hanyalah menubuatkan sesuatu
peristiwa tanpa mengetahui waktu dan suasana peristiwa, sebab segala nubuatan
akan dilakukan oleh Tuhan sendiri.
Di dalam nas ini tampak dua orang nabi,
yakni Yeremia dan Hananya yang berbicara di depan imam-imam dan rakyat Yehuda.
Mereka membicarakan tentang peristiwa pembuangan yang baru saja terjadi. Babel
telah memporakporandakan Israel ; menghancurkan Bait Allah dan mengambil serta
perkakas-perkakas (perlengkapan) rumah Tuhan. Mereka kemudian turut mengangkut
(menawan) orang-orang Israel untuk dijadikan budak di Babel. Perbuatan Babel
ini sangat menyakitkan hati orang Israel.
Sebelumnya, nabi Yeremia telah menubuatkan
peristiwa pembuangan itu. Tuhan telah mengatakan hal itu kepadanya, dan peristiwa
itu akan berlangsung lama, bahkan sampai mereka memiliki cucu (27:7). Namun, setelah
pembuangan Babel berlangsung dua tahun, munculah nabi Hananya dengan perkataan
bahwa pembuangan itu akan berakhir dua tahun lagi (ay.2-4). Mengapa kedua nabi
ini berbeda ? Adakah mereka keduanya menerima wahyu dan diutus Tuhan menyatakan
nubuat itu ? Adalah hal yang tidak mungkin, ada yang palsu !
Bagaimanakah nabi Yeremia menanggapi ucapan
Hananya ini ? Yeremia merespon ucapan nabi Hananya dengan kata : ‘Amin’. Kata
itu berarti adanya keyakinan, kepastian pada pengharapan. Yeremia berharap
memperoleh kabar baik dan menginginkan kedamaian bagi negeri yang dicintainya
itu. Namun, nubuat Yeremia dan Hananya tidak mungkin benar keduaduanya. Hanya
satu yang sungguhsungguh berasal dari Tuhan. Yeremia tidak percaya dengan waktu yang
disebutkan Hananya. Kata ‘moga-moga’ adalah bentuk ketidakyakinan Yeremia atas
nubuat Hananya. Ketika Yeremia menubuatkan kejatuhan Yehuda ke tangan Babel
banyak yang menantangnya. Yeremia berusaha meyakinkan semua pihak di Yehuda
agar menyerah total kepada Yehuda, sebab hal itu merupakan kehendak Allah (Yeremia
27:1-11). Namun, nubuat Yeremia itu ditantang oleh nabi-nabi nasionalis ;
mereka mengolok-olok dan menganiaya Yeremia. Nabi-nabi nasionalis itu juga terus-menerus
membangun kekuatan militer dan mendorong masyarakat untuk melanjutkan
pemberontakan melawan Babel. Pada perjalanan waktu, nubuat Yeremia akhirnya menjadi
kenyataan.
Hananya tergolong nabi nasionalis. Atas
dasar rasa nasionalis bagi negeri yang dicintainya itu, Hananya menginginkan
pemulihan bangsanya sesegera mungkin. Keinginan yang cepat ini dapat dilakukan
dengan mengajak masyarakat Yehuda berperang melawan Babel. Cara-cara yang
demikian telah dilakukan oleh beberapa nabi sebelumnya tetapi hal itu tidak
membawa hasil. Di sini Yeremia kembali mengingatkan bahwa peristiwa pembuangan
adalah kehendak Allah. Oleh sebab itu, pemulihan bangsa itu juga hanya dapat
dilakukan Tuhan dengan cara dan waktu Tuhan sendiri. Yeremia mengingatkan bahwa
Tuhan tidak menghendaki pemulihan umatNya dengan perang melainkan berlangsung
dalam damai sejahtera. Hanya nabi-nabi yang melakukan sesuatu dengan damai maka
nabi itu dapat disebut sebagai nabi yang benar-benar diutus Tuhan. Di sini
Yeremia kembali hendak menegaskan, bahwa pembuangan ini adalah pekerjaan Tuhan,
maka untuk memperoleh pemulihan itu juga hanya oleh Tuhan sendiri. Hananya yang
menghendaki pemulihan dalam waktu dekat dengan cara berperang menunjukkan bahwa
Hananya bukanlah nabi yang diutus Tuhan.
Ia hanya nabi palsu. Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi
Hananya: "Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi
engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta (28:15). Hananya tidak
menyatakan suatu penglihatan (wahyu) tetapi ia hanya menyampaikan keinginan
nasionalisnya belaka untuk sekedar menyenangkan (nabi penjilat). Tuhan tidak
mengutus Hananya untuk bernubuat, tetapi karena ia bernubuat sendiri, maka
Tuhan akan mengutus dia ke kematian pada tahun itu juga (28:17).
Pemulihan umat Tuhan dari perbudakan Babel
bukanlah pekerjaan mudah. Dalam teori perang dan atau mencapai kebebasan
diperlukan kekuatan persenjataan. Perang identik dengan kekerasan, seperti
membuat musuh itu mengalami bencana besar (sakit sampar/kelaparan). Yeremia
tidak menghendaki kekerasan seperti itu. Baginya, kemenangan juga dapat
diperoleh dengan cara damai. Justrus dengan cara damai itulah seorang nabi
benar-benar diutus Tuhan. Yeremia ingin memperoleh segala harapan itu dengan
kedamaian, bukan perang yang penuh kekerasan. Yeremia hendak melihat bahwa
kemenangan itu hanya dapat diperoleh dalam penyertaan Tuhan. Tuhan menyertai,
berarti segala tindakannya berada dalam kendali Tuhan.
Banyak pergumulan yang dihadapi oleh
orang-orang percaya ; baik secara pribadi, keluarga, maupun gereja.
Pergumulan-pergumulan itu harus dilihat dalam terang firman Tuhan. Mengapa semua
itu bisa terjadi, dan bagaimana menyelesaikannya haruslah memandangnya secara
rohani (benar). Kita membutuhkan
penyelesaian atas berbagai masalah itu. Kekerasan bukanlah satusatunya
menyelesaikan konflik, bahkan dapat menimbulkan masalah baru. Sebagai anak-anak
Tuhan, kita haruslah selalu berupaya menciptakan suasana damai.
Dunia memang menuntut kecepatan dalam
segala sesuatu. Tetapi dalam tuntutan zaman ini kita tetap berada di dalam
kebenaran, tidak melakukan dusta sekedar menyenangkan orang lain. Itu sangat
berbahaya. Tetapi marilah kita senantiasa melihat kehendak Allah berlangsung di
dalam kehidupan ini. Tindakan itu akan membuat orang merasakan kesejukan,
ketenangan batin, dan menikmati damai sejahtera. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar