AJAKAN
BUMI MEMULIAKAN ALLAH SANG RAJA
Sebutan raja
sudah sangat akrab dalam hidup kita. Raja dipahami sebagai yang memiliki kuasa
penuh (absolute) atas yang dipimpinnya. Seseorang menjadi raja karena wibawa
(kharisma) ; ia memiliki hikmat, kearifan, dan berani. Semua yang dimiliki itu
membuatnya dapat mengambil keputusan dan bertindak adil. Raja yang demikian
akan disenangi oleh semua orang.
Tetapi ada juga
yang menjadi raja karena turunan atau ‘dipaksa’ dan mungkin ‘memaksakan diri’.
Raja yang demikian jauh dari kearifan dan akan bertindak dengan tidak adil. Ia
cenderung arogan, yang membuat rakyat yang dipimpin akan melawan (setidaknya
membenci setiap keputusannya). Raja yang demikian akan tselalu menghadapi
goncangan, sehingga tidak member ketenangan dan kedamaianbagi rakyatnya. Ia tak
memiliki wibawa.
Bagi orang Batak,
sebutan raja sudah sangat popular, bahkan ada julukan bahwa semua orang Batak
adalah raja. Laki-laki digelari ‘anak ni raja’ dan perempuan disebut ‘boru ni
raja’. Namun, sebutan itu seringkali tidak identik dengan maksud dan
prakteknya. Misalnya, seorang laki-laki harus bertindak arif, adil, bijaksana
terhadap semua orang, termasuk mengasihi isterinya. Namun dalam prakteknya
seringkali ia tak arif, suka bikin keonaran, bahkan gemar menampar pipi
isterinya. Orang yang demikian dinamai pajagojagohon. Demikian juga seorang
perempuan (isteri) yang seharusnya toman, porman dsb berubah menjadi ganas. Ia
lebih preman dari seorang preman jalanan. Akibatnya, laki-laki (suami) yang
pajagojagohon tadi berubah menjadi dki, walaupun gubernurnya bukan si Ahok.
Sebutan raja hanya sebuah gelar, sebab julukan itu tidak melekat dalam dirinya.
Raja yang
sesungguhnya adalah Tuhan kita. Dia layak menjadi Raja karena ia penuh kasih
dan keadilan. Kasih dan keadilan Tuhan bukan hanya dapat dinyatakan oleh
manusia tetapi juga oleh seluruh ciptaan. Bumi bersorak-sorak dan
pulau-pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, api menjalar di
hadapan-Nya, dan menghanguskan para lawan-Nya sekeliling. Kilat-kilat-Nya
menerangi dunia, bumi melihatnya dan gemetar. Gunung-gunung luluh seperti lilin
di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi’ (1-6). Langit menjadi
saksi atas keadilan Tuhan dan segala bangsa dapat melihat keadilanNya, sehingga
Tuhan sungguh mulia (agung).
Keadilan dan
hukum Tuhan tidak dipengaruhi oleh apapun, tetapi Ia dengan tegak memutuskan
segala perbuatan manusia dengan bertumpu pada takhtaNya. Allah mengasihi
manusia, namun bila manusia itu tak dapat menikmati dan mensyukuri kasih Allah
itu maka Tuhan menghukum dengan keadilanNya. Mereka yang jahat (beribadah
kepada patung) akan mendapat malu. Sementara yang taat dan setia kepada
perintahNya akan bersukacita.
Pemazmur yang
menikmati kasih dan keadilan Tuhan itu mengajak orang-orang yang sungguh
mengasihi agar membenci kejahatan. Orang benar tidak perlu takut terhadap
orang-orang jahat. Telah tiba dan akan datang sukacita bagi orang-orang yang
dengan tulus mengasihi Tuhan. Saatnya juga orang-orang benar akan menyanyikan
syukur bagi namaNya yang kudus.
Tuhan adalah
Raja. Ia mengasihi semua manusia dan bertindak dengan adil. Ia menghendaki
manusia yang dijadikan menikmati kasihNya dan mensyukuri segala pemberianNya.
Kita patut memuji dan memuliakan Tuhan dengan senantiasa datang beribadah
kepadaNya. Jauhkan segala ketundukan kepada ‘berhala moderen’ ; kejahatan.
Secara khusus, betapa hebatnya sekarang perusakan terhadap perusakan
lingkungan. Beberapa tempat yang sebelumnya dikenal sebagai lumbung padi, kini
telah diubah oleh para penguasa dan pengusaha demi memenuhi hasrat
keserakahannya. Pulau Sumatera dan Kalimantan yang sebelumnya menjadi paru-paru
dunia disuntik secara sengaja agar terkena kanker. Semua itu dilakukan hanya demi
syahwat kekayaan. Bumi menjerit. Dalam kesakitannya, bumi tetap memuliakan
Allah sang Raja. Masihkah manusia meneruskan kejahatannya ? Tegakah manusia
menghempang ajakan bumi untuk memuliakan Allah. Kalaupun engkau enggan memuji
Tuhan tapi biarkanlah bumi mengajak yang lain untuk memuliakan Allah sang Raja.
AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar