23 Oktober 2020

2 Raja raja 23:1-14 REFORMASI YOSIA

REFORMASI SPIRITUALITAS

Tak seorang pun di antara kita yang mau disebut tidak beragama. Semua kita adalah orang beragama dan memiliki keyakinan. Agama mengajarkan keyakinan, namun itu seringkali sebatas pengetahuan belaka. Keyakinan itu tidak mengalir dalam hidupnya. Tak terlalu mengherankan, sekalipun seseorang itu beragama dan tampak memiliki keyakinan tetapi ketika pergumulan menghampirinya, maka ia begitu rapuh dan tak berdaya. Apakah keyakinan yang diajarkan agama itu meresap ke dalam diri dan mewarnai hidupnya ? Banyak orang yang beragama melontarkan slogan atau istilah yang ada dalam agamanya namun hanya sebatas kata. Kata-kata tak seiring dengan perbuatan merupakan kemunafikan. Tampaknya, ada yang perlu direformasi.

Yosia adalah raja yang diangkat ketika masih usia muda belia. Dalam kepemimpinannya, ia melihat bahwa umat Tuhan sudah melenceng dari kehendak Tuhan. Mereka mengaku dan menyembah Allah yang menuntun nenek moyangnya dari perbudakan, tetapi praktek keagamaan umat Tuhan sudah sangat dipengaruhi oleh para penyembah berhala.

 

Raja Yosia tampil untuk melakukan reformasi, agar umat Tuhan tetap dapat menjadi umat kesayangan Tuhan. Raja Yosia menekankan ‘untuk hidup dengan mengikuti TUHAN, dan tetap menuruti perintah-perintah-Nya, peraturan-peraturan-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Dan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu.’

Raja Yosia melakukan semua itu untuk membaharui kehidupan umat Tuhan, secara menyeluruh maupun pribadi.

Raja Yosia menyadari bahwa reformasi yang dilakukan tidaklah mudah, akan banyak hambatan/tantangan yang harus dihadapi. Tetapi raja Yosia tidak gentar melakukan itu, asalkan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu.

 

Langkah reformasi yang segera dilakukan raja Yosia adalah membersihkan segala pengaruh penyembahan berhala.

 

1.      Mengeluarkan dari bait TUHAN segala perlengkapan peribadahan.

           Bait Allah memerlukan perlengkapan-perlengkapan untuk mendukung peribadahan, sehingga ibadah dapat berlansung dengan benar. Namun, bait Tuhan tidak lagi hanya diisi oleh perlengkapan yang penting/dibutuhkan tetapi sudah diisi dengan berbagai asesoris yang tak bermanfaat dengan ibadah. Malahan asesoris itu telah dijadikan sebagai alat dan sembahan, yang sama dengan perlakuan para penyembah berhala. Semua itu  dikeluarkan, dibakar dan ditumbuk halus-halus menjadi abu.

2.     Memberhentikan para imam

          Tugas para imam sesungguhnya untuk membimbing umat agar taat kepada Tuhan. Namun para imam telah menyalahgunakan jabatan ini. Para imam lebih banyak fokus kepada korban penyembahan. Umat datang dan memberikan korban-korban bakaran. Semua korban sembahan itu hanya memperbuncit perut para imam. Karena itu, segala bukit-bukit pengorbanan dinajiskan dan dibakar. Mereka hanya boleh memakan roti yang tidak beragi di tengah-tengah saudara-saudara mereka. Tak sedikit di antara imam harus diberhentikan.

3.     Menghancurkan tempat penumbalan anak-anak  

Umat juga sudah memiliki pandangan yang sangat duniawi. Umat tak enggan mengorbankan yang sangat berharga asalkan memperoleh nilai-nilai jasmani yang dikehendaki. Mereka rela mengorbankan (menumbalkan) anak-anak yang justru harus mereka pelihara. Ini adalah kekejian bagi Tuhan. Mereka melakukan itu hanya untuk memperoleh duniawi belaka.

 

 

 

Yosia melihat betapa pentingnya semua ini dilakukan untuk membaharui umat Tuhan. Ibadah adalah perjumpaan dan pujian kepada Tuhan. Imam/pemimpin harus hidup dengan benar dan membimbing umat pada hidup yang benar. Bangsa itu akan mengalami petaka besar apabila tidak taat kepada Tuhan.

 

Manusia telah memasuki zaman moderen. Kemoderenan seringkali dikaitkan dengan fasilitas, yang berkait erat dengan ekonomi. Manusia pun berlomba mencari hal yang duniawi tersebut untuk disebut sebagai manusia moderen. Gereja pun tidak lepas dari duniawi itu. Gereja terus berpacu untuk pembangunan fisik. Kemegahan gedung gereja menjadi standar sebuah gereja moderen. Tentu, kemegahan dengan seluruh fasilitasnya itu diperlukan.

Namun, benarkah kemegahan gedung itu simbol spirit umat yang berkumpul di dalamnya ?  Tak lagi menjadi rahasia, hanya untuk pembentukan panitia saja acap terjadi pertikaian. Sementara, dari mimbar seringkali terdengar cercaan kepada para ahli Taurat yang memberatkan umat, tapi prakteknya gereja seringkali membebani jemaat dengan sebutan pengumpulan dana. Saat pertanggungjawaban ..... hahahaha .... curiga muncul... terjadi perpecahan ... lalu sebahagian keluar dari persekutuan. Atau muncul kelompok pro-kontra.

 

Jabatan atau kuasa menjadi sangat penting. Orang yang demikian tak segan-segan melakukan penyembahan berhala, bahkan mengorbankan yang sangat berharga untuk memenuhi hasratnya. Para pemimpin demikian tidak mungkin memiliki jiwa panggilan untuk melayani umat, kecuali untuk memuaskan keinginan duniawinya. Mereka juga tak enggan melanggar aturan/peraturan untuk dapat disebut imam/pemimpin. Jelas, tujuan orang yang demikian tak lain dan tak bukan adalah untuk mencapai hasrat pribadinya.

Manusia  yang demikian adalah pemimpin yang tak memiliki spiritualitas. Sebab manusia yang memiliki spiritualitas adalah orang yang memiliki tujuan hidup serta hubungan dan rasa keterikatan dengan sesuatu yang misteri, maha tinggi, Tuhan, atau sesuatu yang universal.

Hidup manusia memang sudah sangat duniawi. Manusia begitu tertuju kepada nilai-nilai dunia ini. Ketika manusia tak memiliki sesuatu untuk diandalkan di dunia ini, ia merasa tak berarti. Ketika manusia menghadapi kesulitan dalam hidup ini, ia segera putus asa. Seringkali manusia tidak kuat menghadapi realita dunia. Manusia terlalu rapuh. Manusia tidak memiliki spirit.   

Tak sedikit juga manusia merasa hebat ketika ia memiliki ini dan itu, sekalipun semua diperoleh dengan cara yang tak berkenan bagi Tuhan. Entah itu melanggar aturan atau menyembah berhala. Anehnya, perbuatan mereka ini mendapat dukungan dari manusia yang juga sekedar memperoleh nilai-nilai dunia ini.

Orang percaya hendaknya hidup dengan kebenaran, bukan pada kejasmanian semata. Hidup dengan kebenaran maka kita akan menemukan makna dan tujuan hidup serta hubungan dan rasa keterikatan dengan sesuatu yang misteri, maha tinggi, Tuhan, atau sesuatu yang universal. Spiritualitas yang dimiliki oleh seseorang akan mewarnai kehidupannya. Spiritualitas yang benar akan berdampak pada hubungan individu dengan dirinya sendiri, orang lain, alam, kehidupan dan apapun yang akan membawa hidupnya pada kebahagiaan. AMIN

 

 

 

 

 

 

14 September 2020

Lukas 17:26-37 BENCANA ALAM

 ALLAH MENYATAKAN KUASANYA MELALUI BENCANA ALAM

 Sudah 6 bulan lamanya covid19 mewabah di negeri kita, Indonesia. Pandemik ini sebelumnya sudah lebih dahulu merajalela di negeri lain. Wabah ini cukup mengganggu kehidupan manusia hingga saat ini : cara menularnya begitu hebat, korban meninggal cukup banyak, manusia seperti tak berharga, sangat mencekam, mengganggu ekonomi negara, bukan hanya Indonesia tetapi seluruh dunia, cara penanganannya (vaksin) yang belum ditemukan.

Ragam tanggapan/pendapat atas covid19 ini bermunculan : ada yang menyebut ini bencana biasa karena seperti ini sudah pernah terjadi, ada menganggap ini bencana alam, ada juga yang mengaitkannya dengan politik. Tak ketinggalan para ahli agama pun turut memberi tanggapan, bahkan ada yang menyebut bahwa inilah akhir zaman.

Di dalam Alkitab, peristiwa atau bencana alam memang seringkali dikaitkan dengan kehadiran atau maksud Tuhan. Firman Tuhan hari ini mengingatkan atas bencana hubungannya dengan hidup manusia. yang terjadi pada masa Nuh dan Lot.

1.    Nuh dan Lot (27-30)

Nuh tinggal di lingkungan masyarakat yang begitu buruknya. (Kejadian 6:12) : ‘Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.’ Mereka tidak percaya pada firman Tuhan, dan hidup dalam kejahatan. Hampir tidak ada lagi orang benar di kota itu.

Tetapi Nuh setia dengan firman Tuhan. Ketika Tuhan berfirman kepada Nuh untuk membuat bahtera, ia melakukannya dengan taat sekalipun orang lain mentertawainya. Akhirnya, terjadilah bencana alam, hujan lebat selama 40 hari. Air melingkupi seluruh bumi. Nuh dan seluruh keluarga beroleh selamat.

Lot tinggal dimana manusianya hanya makan-minum, jual-beli, perzinahan, menanam dan membangun rumah. Tetapi tidak ada lagi yang benar. Tuhan mendatangkan bencana, Tuhan menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora (Kejadian 19:24).

Malaikat Tuhan menyelamatkan Lot dan keluarganya. Tetapi isteri Lot menjadi tiang garam, karena hatinya terpaut dengan harta dunia.

2.    Jangan terikat oleh harta dunia ini (31-33)

Jelang hari kedatangan Tuhan juga akan terjadi bencana alam yang besar. Tuhan Yesus mengingatkan, agar pada saat itu orang-orang tidak fokus kepada harta dunia.

Apa yang hendak Yesus katakan ialah agar manusia tidak berdua hati kepada Tuhan dan harta dunia ini. Yesus menghendaki setiap orang agar teguh beriman dan pengharapan. Harta dunia tidak menyelamatkan nyawa. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata (33) : ‘Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.

3.    Allah mengetahui hati manusia (34 – 36)

Dalam hidup ini ragam perilaku manusia ;

-          ada yang melakukan firman Tuhan baik dengan kata dan perbuatan,

-          ada juga yang tampak hanya dikata-kata seperti orang taat tetapi jauh dalam perilakukanya,

-          ada juga perbuatannya seperti Tuhan perintahkan tapi kata-katanya banyak menyakitkan,

-          ada yang hidup penuh kemunafikan

Tetapi Tuhan mengetahui semua itu, dan akan menjadi Hakim atas semua manusia. Tuhan akan menghakimi (menyaring) manusia menurut keadilanNya. Bagi Tuhan tidak ada yang tersembunyi. Tuhan mengetahui hati dan perbuatan setiap orang.

Bencana alam yang terjadi itu menimbulkan pertanyaan bagi murid-muridNya : ‘Di mana, Tuhan’ ?

Artinya : Dimanakah peristiwa dahsyat itu akan terjadi ? Yesus menjawab : ‘Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.

Burung nasar adalah pemakan bangkai, baik bangkai manusia maupun bangkai hewan.

Artinya, Yesus tidak menetapkan suatu lokasi, tetapi bisa terjadi dimana-mana, bahkan mayat akan bergelimpangan di seluruh tempat akibat bencana.

 

Apa yang hendak dikatakan dengan nas ini ?

1.    Agar setiap orang percaya akan firman Tuhan, sebab Tuhan pasti menggenapi seluruh firmanNya

2.    Janganlah orang bersandar kepada harta dunia ini, sebab semua itu tidak memberi jaminan bagi manusia, baik di dunia ini maupun akhir zaman

3.    Peristiwa alam hendaklah menjadi tanda-tanda bagi setiap orang untuk merenungkan iman dan perbuatannya.

Saat ini kita berada dalam situasi covid19. Peristiwa ini cukup mengganggu, bahkan sangat menakutkan. Masalah covid19 ini merupakan bencana besar, sebab hampir seluruh dunia terimbas. Seluruh Negara mengalami gangguan ekonomi. Covid19 telah mengena pada seluruh sendi-sendi hidup manusia.

Apakah covid akan membinasakan seluruh manusia ? Kita tidak tahu ! Yang jelas, ketika bencana alam terjadi, air menutupi seluruh bumi, tetapi Nuh dan keluarganya beroleh selamat. Nuh dikenal sebagai orang beriman. Ia taat melakukan perintah Tuhan. Sementara, isteri Lot menjadi TIANG GARAM karena hatinya terpaut pada hartanya.

Peristiwa covid19 telah terjadi di negeri kita selama 6 bulan. Peristiwa ini telah memberi pengaruh besar. Berbagai aktifitas kita terganggu, ekonomi terganggu, mungkin juga di antara kita ada kehilangan keluarga. Kita belum tahu apa kelanjutan dari semua bencana covid ini. Tetapi melalui firman Tuhan ini, kita diajak untuk beriman. Satu hal yang ditunjukkan oleh orang beriman adalah agar manusia tidak fokus menggantungkan hidupnya pada harta dunia ini.

Karena itu, di tengah-tengah situasi yang sulit saat ini, marilah kita mengokohkan iman percaya, dan kita puji Tuhan dengan segenap hati. AMIN

 

15 Juli 2020

Ulangan 16:13-17 PENYEMBAHAN


        PENYEMBAHAN DAN PERSEMBAHAN KEPADA TUHAN

Ibadah merupakan sebuah tradisi yang sangat kuat dalam kehidupan umat Tuhan. Ibadah menjadi sebuah cara untuk menyampaikan pujian bagi Tuhan. Banyak jenis-jenis ibadah yang dilakukan umat Tuhan. hari raya Roti Tidak Beragi, hari raya Tujuh Minggu, hari raya Pondok Daun. Semua ibadah itu memiliki latar belakang masing-masing. Secara umum semua ibadah itu dilatar belakangi oleh perbuatan Tuhan kepada umatNya. Karena itu, di dalam ibadah itu berlangsung penyembahan kepada Tuhan, dan dilakukan dengan sukacita.
Ibadah Pondok Daun, adalah ibadah yang mengingatkan mereka akan perjalanan umat Tuhan selama 40 Tahun di padang gurun. Mereka tidak memiliki tempat tinggal yang menetap, karena mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Perayaan Pondok Daun dilakukan setelah musim panen. Mereka mendirikan  pondok di ladang, dimana mereka bekerja. Namun, adakalanya situasi yang tidak mengizinkan (misalnya karena hujan), maka dapat mengambil tempat lain. Itu sebabnya ada perkataan ‘tempat yang akan dipilih Tuhan’.  Masing-masing keluarga mendirikan sebuah pondok. Seluruh keluarga, temasuk para hamba, orang Lewi, anak yatim dan janda yang ada bersama keluarga itu, akan tinggal bersama di pondok itu. Perayaan ini berlangsung selama tujuh hari.
Ada tiga yang perlu diperhatikan dalam Ibadah Pondok daun ini :
1.    Dilakukan dengan bersukaria.
Perayaan ini memang harus dilakukan dengan sukaria (sukacita) karena mereka baru saja selesai dari suatu pekerjaan yang berat sebagai petani, hingga memperoleh hasil panen.
2.    Tuhan memberkati hasil panen itu
Mereka memang telah memperoleh panen sebagai usaha kerja keras mereka. Namun, hasil itu perlu diberkati Tuhan sehingga hasil kerja itu dapat digunakan dengan baik pula.
3.    Persembahan
Pada perayaan pondok daun itu, mereka perlu memberikan persembahan. Tuhan tidak menetapkan jumlah persembahan yang mereka berikan tetapi tentunya mengacu pada hasil yang mereka peroleh. Yang memperoleh banyak tentu layak memberikan banyak. Yang jelas, perayaan itu tidak boleh dengan tangan hampa.

Sesungguhnya, seluruh hidup orang percaya adalah ibadah, sebab Ibadah adalah perjumpaan umat dengan Tuhan. Artinya, seluruh kehidupan umat harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena itu juga, kehidupan orang percaya harus selalu merasakan penyertaan Tuhan. Kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Namun, adakalanya kita memang membuat pertemuan secara khusus dengan Tuhan, yang kita sebut sebagai Ibadah Seremonial. Kita mengenal Ibadah Minggu, Natal, Jumat Agung, Kenaikan, Pentakosta. Semua itu mengingatkan kita akan perbuatan Tuhan bagi keselamatan umatNya.
Yang utama dalam ibadah setiap kita harus merasakan perjumpaan dengan Tuhan. Saat itu kita meyembah dan memujiNya dari hati yang paling dalam.  Mengakuinya sebagai Tuhan yang mengasihi dan memberkati kita dalam menjalani kehidupan ini.
Ibadah-ibadah yang kita selenggarakan, baik yang berlangsung secara bersama maupun di rumah masing-masing, kita tetap merasakan pengasihan Tuhan. Kita memuji dan menyembahNya.
Penyembahan kepada Tuhan tentunya disertai dengan rasa sukacita atau bersukaria. Dan dalam sukacita itu juga kita layak memberikan persembahan, sebagai rasa syukur kepadaNya.
Kita meyakini, bahwa seluruh hidup kita karena kuasa Tuhan. Keberhasilan dan kegagalan dalam hidup hanyalah ukuran manusia, yang membuat kita menjadi sombong dan kecewa. Tetapi orang yang percaya akan melihat bahwa segala hidup ini berada dalam tuntunan Tuhan. Ia mampu bersyukur atas segala hidup dan usahanya. Karena itu, pujilah si Pemberi Hidup dengan penyembahan dan membawa persembahan kepadaNya. Demikianlah Penyembahan dan persembahan kita berkenan bagi Tuhan. AMIN

1 Juni 2020

Kejadian 1:26-31 IMAGODEI

         KEMULIAAN ALLAH ATAS CIPTAANNYA

Kitab Kejadian sangat menolong manusia untuk memperoleh pengetahuan dan keimanan kita tentang asal mula dunia ; Pencipta dan ciptaan.
Allah menciptakan dunia dan isinya selama enam hari. Manusia diciptakan pada hari keenam. Menarik sekali pada penciptaan manusia ini, Alkitab menyebut diri Allah dengan kata ‘KITA’.  Kata ini menjadi penting untuk mengenal dan memahami Allah. Allah bukan hanya menciptakan dan menjadikan saja, tetapi Allah juga memelihara dan menyelamatkan ciptaanNya. Dalam hal inilah, kita mengenal sebuatan TRITUNGGAL, dimana Allah dikenal sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Penyelamat.
Karena begitu pentingnya pengenalan kita akan Allah, maka istilah Tritunggal telah menjadi nama Minggu yang begitu panjang (24 Minggu). Sebutan ini digunakan Gereja sebagai nama Minggu sampai menjelang Natal.
Allah menciptakan alam semesta ini secara teratur. Allah juga menciptakan dunia dan isinya dengan pengaturan. Oleh sebab itu, barangsiapa melanggar aturan Allah, ia telah jatuh ke dalam dosa.
Allah menjadikan manusia itu menurut gambar dan rupaNya (26). Allah memberikat mandat kepada manusia untuk menata dunia dan isinya. Allah memberikan kuasa kepada manusia atas ciptaan lainnya. Allah tidak memberi kuasa yang tak terbatas bagi manusia.
Allah memberikan kuasa kepada manusia atas ikan-ikan, burung-burung, dan binatang yang merayap. Allah memberikan mandat kepada manusia atas ciptaan lainnya supaya kehidupan ini berlangsung dengan baik.
Agar kehidupan ini terus berlangsung, maka Allah turut mengatur makanan.  Allah memberikan segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; untuk dimakan manusia. Sementara, untuk makanan segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa; Allah memberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau.
Allah yang telah menciptakan dan menata dunia dengan baik serta pemberian kuasa kepada manusia, maka dunia ini tampak begitu indah. Kemuliaan Allah nyata atas ciptaanNya.

Melalui kisah penciptaan ini, Allah telah menempatkan manusia pada kehidupan indah. Allah juga telah mempersiapkan manusia untuk menikmati kehidupan yang baik. Allah menyediakan hidup sejahtera bagi manusia. Manusia cukup memuji dan memuliakan Allah melalui hidupnya.
Lalu, apakah manusia masih merasakan kemuliaan Allah melalui ciptaan ini ? Saat dunia sedang dilanda covid19, rasanya manusia sulit menikmati anugerah Allah. Manusia yang dilanda rasa takut atau cemas bukanlah hidup yang dirancang Allah. Allah justru merancang kehidupan indah bagi manusia. Allah bahkan memberi RohNya bagi manusia agar hidup sesuai dengan kehendakNya. Demikianlah manusia hidup dengan sukacita. 
Kita tak dapat menyangkal, bahwa manusia telah melangkah jauh dari kehendak Allah. Manusia telah melanggar amanat Allah. Manusia tidak lagi menjadi IMAGO DEI. Yang ada hanya ‘mago’ (hilang) nya..... hehehehe...
Manusia telah kehilangan gambar dan rupa Allah.
Sekarang ini muncul istilah new normal, dalam menghadapi wabah covid19. Beberapa gaya hidup manusia yang dianggap tidak normal akan menjadi normal. Misalnya, menggunakan masker. Jika selama ini masker cukup digunakan oleh orang sakit (flu, filek, demam, batuk) atau orang yang khawatir dengan debu; maka kini, normal saja bila setiap orang menggunakan masker. 
Jika selama ini pesta (adat) berlangsung 6-8 jam, mungkin normal saja cukup hanya dengan 2 – 3 jam.
Tetapi yang lebih utama lagi dinormalkan adalah, hati dan perbuatan manusia. Kita kembali kepada segala yang telah Allah aturkan ;
-          Kita tidak berkuasa (memperbudak) manusia. Allah menjadikan manusia segambar denganNya ; menjadikan laki-laki dan perempuan. Itu berarti tak ada perbedaan manusia ; kulit putih, hitam, atau coklat, kaya-miskin. Allah tidak memberi mandat kepada manusia untuk menguasai sesamanya. Jadi, manusia tidak boleh memperbudak sesamanya. Tetapi, jadikanlah setiap orang sebagai ciptaan Allah, agar dapat melihat dan merasakan kemuliaan Allah.
-          Manusia boleh mencukupkan dirinya, dengan menjauhi segala keserakahan.
-          Syukurlah, manusia tidak lagi ganas makan daging karena khawatir dengan penyakit. Tuhan memang tidak menganjurkan manusia makan daging.... tapi tak ada juga lho larangan.
Banyak lagi aturan yang Allah kehendaki telah dilanggar oleh manusia. Mungkin, derita corona boleh menyadarkan manusia untuk kembali menjalani hidup yang seharusnya, New Normal ala Kristiani.
Dengan demikian, kita boleh melihat, merasakan, menikmati kemuliaan Allah. AMIN