HIDUP UNTUK
MEMULIAKAN ALLAH
(Roma 6:1-11)
Kita semua warga
jemaat tentu telah menerima baptisan. Lalu, kita juga sering menyaksikan
pembaptisan. Baptisan yang kita terima didasarkan pada kematian Kristus.
Kematian Kristus adalah kematian terhadap dosa. Dengan menerima baptisan, maka
kuasa dosa tubuh kita telah mati.
Kata Baptisan berasal
dari bahasa Yunani, ‘baptizomai’ yang artinya memandikan atau membasuh. Orang
yang dibaptis berkali-kali disebut ‘maridi’…hahahaha…. Baptisan
adalah tanda perjanjian Tuhan Allah. Orang yang dibaptis, dibasuh dengan air
dan disucikan oleh Roh Kudus dan berkat iman serta pertobatan, orang tersebut
dibersihkan dari dosa, mati dan bangkit bersama Kristus serta memulai kehidupan
baru dalam Dia. Jadi, baptisan merupakan suatu panggilan hidup baru.
Pada zaman Tuhan
Yesus yang dibaptis adalah orang-orang dewasa. Baptisan didahului dengan
bimbingan, dan atau setidaknya harus dapat mengungkapkan ‘Pengakuan Iman’. Orang-orang
yang dibaptis juga individual. Jadi, tidak sedikit sepasang
suami-isteri tapi belum keduanya beroleh baptisan. Mereka yang menerima baptisan mengambil keputusan yang membuatnya
seringkali terputus dari relasi lamanya, baik budaya maupun keluarga. Dengan
baptisan itu, maka setiap orang yang dibaptis dianggap telah kokoh imannya
kepada Yesus Kristus. Mereka kemudian disebut sebagai manusia baru.
Baptisan adalah kasih
karunia, yaitu pengampunan dosa oleh Kristus Yesus. Kata ‘kasih karunia’ ini
disalahpahami (atau sengaja menyalahartikan), sehingga seolah-olah dengan berbuat
dosa maka bertambah-tambahlah kasih karunia Tuhan. ‘Kalau begitu, kita berbuat
dosa saja supaya makin banyak kasih karunia Tuhan’. Paulus membantah pengertian
itu, ‘sekali-kali tidak!’. Sesungguhnya, orang yang telah dibaptis dalam
Kristus, maka dosa tidak lagi berkuasa padanya sehingga ia tidak lagi berbuat dosa.
Orang yang telah dibaptis dalam kematian Kristus, maka ia juga telah
dibangkitkan bersama Kristus yang di dalam dirinya dosa tidak lagi berkuasa.
Orang yang telah menerima baptisan, maka manusia lama (kuasa dosa) telah turut
disalibkan, sehingga tubuh dosa kita hilang kuasanya, ia tidak lagi
menghambakan diri kepada dosa. Karena itu, orang yang telah menerima baptisan,
maka ia telah hidup bersama dengan Kristus, maut tidak lagi berkuasa atas dia. Dengan
demikian, orang yang telah menerima baptisan maka seluruh hidupnya
dipersembahkan untuk memuliakan Allah.
Baptisan
anak-anak kecil mulai dilaksanakan ketika terbentuk keluarga Kristen. Anak-anak
juga disarankan menerima baptisan itu, supaya keluarga itu tumbuh bersama.
Seiring dengan baptisan anak kecil itu, ada tugas orangtua untuk terus
membimbing iman anak-anaknya kepada Tuhan Yesus. Itu sebabnya, di dalam
keluarga Kristen harus ada orang bertindak selaku imam (.setidaknya bapak harus
menjadi imam). Lalu, untuk mengokohkan iman anak yang telah menerima baptisan
dan dibimbing oleh orangtuanya, maka gereja mengadakan pembinaan secara
teratur. Itulah yang kita sebut dengan katekisasi. Jadi, orang yang telah
menjalani katekisasi adalah orang yang dianggap telah memiliki iman yang kokoh.
Itu sebabnya, saat menerima sidi (kebetulan ada Peneguhan Sidi di kami lho,
37 orang) sering ada nasehat orangtua kepada anak-anaknya (katekumen), :
‘Nah…baik-baiklah engkau nak, jangan berbuat dosa lagi, sebab mulai sekarang
engkau sendiri yang menanggung dosamu’.
Dalam organisasi
gereja, mereka yang telah menerima Peneguhan Sidi itu disetarakan dengan yang
lain, mereka telah menjadi warga jemaat penuh/dewasa (=bapak dan ibunya).
Karena itu, salah satu persyaratan untuk menerima pemberkatan nikah harus telah
katekisasi. Alai so tung mamintor kawin angka naung sidi i.
Lalu, mengapa
manusia yang telah menerima baptisan dan atau katekisasi itu masih jatuh ke
dalam dosa ? Karena ia tetap tergiur dengan dunia ini ! Tuhan
memang memberi kebebasan bagi manusia. Sekalipun manusia itu telah dibebaskan
dari dosa, Tuhan memberikan manusia kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya.
Tuhan tidak membatasi kebebasan manusia tetapi Tuhan juga memiliki kehendakNya.
Kuasa-kuasa dosa
masih merajalela dalam hidup manusia : mencuri, berzinah, membunuh, berdusta,
menyakiti sesama. Semua itu terjadi karena keinginan-keinginan duniawi.
Kebebasan yang disalahgunakan. ‘Manusia yang masih hidup
dalam dosa disebut manusia lama, tapi orang yang telah dibaptis/sidi tapi terus
menerus berbuat dosa disebut manusia rongsokan’.
Karena itu, mari kita
hidup sesuai dengan firman Tuhan, hidup dengan memuliakan Allah, agar kita
tidak jatuh lagi ke dalam dosa. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar