24 September 2014

Yehezkiel 18:1-4 + 25-32 (Epistel)



PERBAHARUILAH HATIMU

Yehezkiel adalah seorang Yahudi yang ikut bersama orang banyak diangkut ke pembuangan Babel. Sebagaimana nabi lainnya yang mampu untuk melihat dan mengetahui hal-hal yang supra-normal, demikian juga dengan Yehezkiel. Namun, Yehezkiel tidak begitu saja menerimanya, ia juga menggunakan nalarnya. Penglihatan-penglihatan (vision) yang diterimanya selalu diuraikan dengan sejelas mungkin. Yehezkiel selalu mencoba melukiskan dengan panjang lebar setiap penglihatan yang dialaminya tentang kemuliaan Tuhan. Dalam melakukan tugas kenabiannya, Yehezkiel menyampaikan firman Tuhan secara terus-menerus tanpa peduli apakah Israel memperhatikan ucapan-ucapannya; yang penting ia sudah menyampaikan peringatan dan berita kenabian. 

Yehezkiel adalah juga seorang imam. Perpaduan dua fungsi ini membuat Yehezkiel lebih dimampukan menentukan tafsirannyanya atas kehidupan umat Tuhan. Yehezkiel mengemukakan daftar sejumlah dosa Israel (fasal 8) ; baik dosa karena penyembahan berhala, maupun dosa penindasan terhadap sesama. Yehezkiel memandang Israel sebagai bangsa yang benar-benar telah rusak. Dosa dan kejahatan itulah yang membawa Israel ke dalam hukuman. Kerusakan dan hukuman itu begitu mengerikan. Masa depan Israel dapat dibaharui hanya bila ada campur-tangan anugerah Tuhan. Ajaran anugerah ini merupakan kunci pokok dari seluruh pemikiran Yehezkiel. Penglihatan tentang tulang-tulang kering yang bangkit (fasal 37) hanya terjadi karena kuasa Tuhan. Kebangkitan di sini bukanlah kebangkitan secara pribadi melainkan kebangkitan Israel selaku bangsa pilihan.
Setiap orang menanggung dosanya
Pembuangan yang penuh penderitaan ini disadari oleh umat Tuhan sebagai hukuman. Hanya saja, mereka memahami hukuman ini bukan disebabkan oleh dosa-dosa mereka melainkan dosa nenek-moyang mereka. Sumber pemahaman ini didasarkan dari kitab Keluaran 20:5 : "Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku" (bnd. Ul. 5:9b-10). Teks ini memang menimbulkan pemahaman bagi Israel akan adanya dosa turunan. Pemahaman tersebut telah menjadi lazim dalam masyarakat dengan ungkapan : ‘Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu’ (18:2b). Artinya, kesalahan yang dilakukan nenek moyang (pendahulu) tetapi generasi berikut yang menanggung hukumannya. Itu sebabnya, pembuangan yang mereka alami dengan segala penderitaannya dipahami sebagai fakta yang harus diterima karena dosa-dosa dari generasi terdahulu. Akibatnya, peristiwa pembuangan tidak membuat mereka insaf dan bertobat tetapi menerima itu sebagai takdir.  Mereka justru ‘menggugat’ Allah sebagai yang bertindak tidak tepat.
Yehezkiel pun mengingatkan pemahaman dan sikap mereka itu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Keluaran 20:5 adalah penjelasan dan alasan terhadap dua larangan dalam titah kedua yakni: jangan membuat patung dan jangan sujud menyembah kepadanya (ay. 7-8). Dalam konteks ini sesungguhnya kutipan tersebut adalah upaya untuk menjaga hubungan antara Allah dan umat dalam rangkaian monoteisme. Secara sepintas memang terlihat bahwa teks ini menunjukkan sikap Allah yang menghukum pelanggar hukum Taurat khususnya mereka yang menyembah ilah lain. Ada semacam batasan hukuman bagi yang menolak Allah dan tidak menaati perintah-Nya, yang dikenakan hingga generasi ketiga atau keempat. Namun sesungguhnya, hukuman itu akan sampai pada generasi keempat hanya jika keturunan sang pendosa itu mengikuti perilaku ayah atau leluhur mereka yang mengganggap rendah atau menghina Allah. Akan tetapi, jika anaknya bertobat, Allah akan mengampuni meski tidak secara eksplisit disebutkan dalam teks ini (bnd. Yeh. 18:14-20). Penuturan Ulangan 24:16 "janganlah ayah mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri, menunjukkan bahwa hukuman terhadap anak karena dosa ayahnya tidak dibenarkan lagi, sebab setiap orang akan menanggung akibat dosanya sendiri (bnd. Yer. 31:29-30; Yeh. 18: 30). Hukuman bagi mereka yang menolak Allah dan ketetapan peraturan-Nya tidak lagi disebutkan sampai generasi tertentu (Ulangan 7: 9-10), melainkan Allah menunjukkan kasih setia-Nya sampai beribu-ribu generasi. Oleh karena itu Keluaran 20:5 ini bukan mau menunjukkan adanya dampak dosa orang tua dan leluhur yang sudah meninggal pada anak-anak atau cucunya yang masih hidup, melainkan sebagai peringatan supaya umat tidak mengabaikan perintah Allah dan sebaliknya tetap mengasihi Allah.
Kesalahan umat tidak dapat dilimpahkan kepada nenek moyang, tetapi setiap generasi mempunyai tanggung jawab atas dosanya. Tuhan menghukum orang menurut tindakannya, dalam konteks ini adalah dosa bangsa Israel secara menyeluruh. Malapetaka yang dialami generasi sekarang merupakan akibat perbuatan dosa generasi sekarang juga, bukan dikarenakan dosa generasi terdahulu. Oleh sebab itu, Yehezkiel menekankan pentingnya pertobatan bagi bangsa Israel.
Berpaling dari segala durhaka - Membaharui hati
Israel yang disebut sebagai umat pilihan tidak menunjukkan jati diri sebagai bangsa yang telah dipilih oleh Allah. Semua kebaikan Tuhan justru mereka balas dengan berbagai kejahatan.  Kedegilan umat Tuhan telah mencapai puncaknya; penyembahan berhala dan penindasan yang berlangsung dalam kehidupan umat Tuhan. Allah yang telah mengasihi umatNya tetapi mereka kemudian menyembah allah lain. Inilah dosa yang sangat menjijikkan, mereka menjadi durhaka, ‘air susu dibalas dengan air tuba’. Durhaka adalah sikap seorang anak yang tidak mengakui orangtuanya, tidak mendengar nasehat orangtua, melawan orangtua, tidak patuh pada orangtua. Demikian juga durhaka terhadap Allah, berarti pemutusan hubungan dirinya dengan Allah secara sengaja ; tidak mengakui adanya Allah (atheis) dan tidak melakukan perintah Allah (degil).
Sekalipun umat Tuhan begitu jahat, tetapi Tuhan tetap saja masih memberi kesempatan kepada bangsa itu untuk membaharui diri. Karena itu, Yehezkiel berseru : berpalinglah dari segala durhakamu. Yehezkiel sebagai hamba Tuhan, ingin agar hubungan manusia  dengan Allah terjalin kembali. Yehezkiel juga menyadari, bahwa hubungan Allah dengan manusia sesungguhnya terjalin melalui hati dan roh. Hati dan roh adalah pemberian Allah. Hati berfungsi menyadarkan manusia bahwa hidup bukanlah miliknya, tetapi milik Allah. Roh adalah kekuatan yang menggerakkan manusia, supaya manusia itu menjadi makhluk yang bermoral dan berkarya. Pembaharuan hati dan roh manusia sangat penting. Allah menghendaki supaya mereka memperbaharui hatinya. Tuhan akan turut bekerja dengan memberikan hati yang baru.

Bertobat adalah seruan yang terus menerus didengungkan oleh para hamba Tuhan. Bertobat berarti berbalik meninggalkan sifat-sifat, tingkah laku, perbuatan yang negatif ke arah yang positif. Tuhan menciptakan manusia dan melengkapinya dengan akal budi. Akal budi pemberian Tuhan menjadi sarana bagi manusia untuk menentukan pilihan kepada siapa dia menyerahkan iman percayanya. Sebagai umat yang percaya, kita harus mampu menggunakan pilihan dengan benar. Kita memohon karunia pengampunan atas dosa yang kita lakukan di masa lalu serta berpengharapan bahwa Tuhan akan membimbing orang yang mau merendahkan hati dengan jalan patuh dan setia kepada Tuhan.
Tuhan melakukan pekerjaan-pekerjaan bagi manusia yang dikasihiNya. Tuhan mengetahui kedalaman hati manusia. Tuhan memperhatikan manusia yang tersesat, manusia yang tidak tahu lagi makna hidup, manusia yang sudah kehilangan jati diri, manusia yang tidak memiliki tujuan, manusia yang mengalami kekosongan jiwa, manusia yang kehilangan pengharapan. Tuhan memberi pengajaran agar manusia meninggalkan segala kejahatannya agar dapat menikmati kehidupan yang Tuhan anugerahkan dalam rasa sukacita. Tuhan berkenan mengumpulkan manusia yang kehilangan tujuan hidup dan mengarahkan pada kehidupan sukacita. Tuhan beraktifitas untuk menyelamatkan manusia. Keselamatan yang Tuhan berikan bukan hanya sesaat saja, tetapi Tuhan memberikan keselamatan bagi manusia kini dan selama-lamanya. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar