BERLUTUT DIHADAPAN
TUHAN DAN MENAATI DIA (Mazmur 95:1-11)
Seorang ibu dengan
wajah memelas masuk ruang ibadah pada minggu pagi nan indah. Ia duduk di sebuah
bangku. Ia melipat tangan dan memjamkan matanya ; ia sedang berdoa. Ibadah pun
berlangsung, dan sang ibu mengikuti rangkaian ibadah. Ia menikmati lagu yang
dikumandangkan secara bersama. Bebarapa lagu telah membuat ibu itu meneteskan
air mata. Alunan musik yang mengiringi lagu penghantar pengakuan dosa membuat
sang ibu tak mampu membendung air matanya. Ia bagaikan menumpahkan seluruh
beban hidupnya. Acara demi acara diikuti dengan tekun, dan wajah sang ibu
tampak mengalami perubahan, semakin memancarkan wajah sukacita. Firman Tuhan
yang disampaikan pengkhotbah dari mimbar dinikmati dengan penuh antusias.
Sungguh berbeda ketika sang ibu datang ke rumah Tuhan dan saat dia pulang ke
rumahnya ; tampak ada kekuatan, rasa sukacita dan pengharapan di dalam dirinya.
Ibadah yang benar telah mengubah sang hati sang ibu.
Firman Tuhan ini
mengajak semua orang percaya untuk memasyhurkan nama Tuhan, memuji dan
menyembah Dia. Hal ini dilakukan orang beriman sebagai ungkapan
spiritualitasnya atas kebesaran Tuhan. Ibadah menjadi ruang bagi orang beriman
untuk mengekspresikan seluruh pengakuannya terhadap kebesaran Tuhan. Alasan
untuk memuji dan memuliakan Tuhan adalah, karena Tuhan telah memberikan
sukacita bagi kita melalui pekerjaan dan perbuatanNya. Dialah yang telah
berkuasa atas kita, dunia, dan alam semesta.
Ada tiga hal yang perlu dicerminkan dalam
ibadah. ; sorak-sorai, merendahkan hati (sujud), dan buah yang melembutkan
hati.
Firman Tuhan ini mengajak untuk senantiasa
bersorak sorai. Dalam ajakan pujian kepada Allah dapat dilakukan dengan
berbagai cara : bernyanyi, menari, berdoa, berbuat baik dsb. Memuji Tuhan
menjadi kewajiban segala yang diciptakan/dijadikannya, sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi
segala allah (3). Allah kita adalah Allah yang berkuasa dan memiliki
kekuatan. Ia mengatasi segala kuasa dan kekuatan “dewa”. Tidak ada “allah” lain
yang dapat mengatasi segala kuasa dan kekuatan Allah Israel. Orang Yahudi
memahami bahwa Yahweh adalah raja, raja yang berthaktakan “kerubim”. (Yesaya 37 : 16 :
"Ya TUHAN semesta alam, Allah
Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala
kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi”. Dengan tahta itu, Allah diimani sebagai yang
kudus, yang memimpin umat Tuhan dan menguasai seluruh umat manusia. Allah yang
besar itu adalah pemilik gunung, laut, dan darat. Dia lah yang menjadikannya
dan di dalam penataanNya. Segala kehidupan ini berada dalam kuasa Tuhan Allah
yang maha besar itu. Karena itu umatNya patut bersoraksorai dalam memuji dan
menyembahNya.
Di dalam
nas ini, pujian diikuti dengan penyembahan. Masyarakat Timur Tengah sudah
terbiasa melakukan penyembahan terhadap ‘allah”. Hanya saja, “allah’ yang
mereka sembah adalah allah yang banyak (dewa-dewa). Allah yang satu berbeda
dengan allah pada setiap tempat. Namun, Allah Israel adalah Allah yang esa,
yang menguasai seluruh bagian bumi. Allah yang membentuk dan berkuasa atas
gunung-gunung, laut, dan darat (Kejadian 1).
Dalam
ayat 7 dipakai kata “gembala” dan “domba”. Allah bukan hanya menjadikan
manusia, lalu membiarkannya ; tetapi Allah juga menggembalakan umatNya. Ia
memelihara dan mencukupkan segala kebutuhannya. Oleh sebab itu, pujian patut
dilakukan manusia dengan sujud menyembah Dia. Berlutut adalah model (cara) yang
dilakukan oleh orang Yahudi dalam doa. Berlutut dapat menunjukkan kerendahan
hati, ketaatan, dan penghormatan di hadapan Tuhan yang adalah Pencipta.
Menghormati dan menaati Tuhan berarti menyadari diri sebagai yang dicipta dan
mengagungkan Pencipta.
Manusia memang
sering menampilkan hati kerasnya dalam bentuk berbagai kejahatan dan
kesombongan. Orang-orang sombong memandang rendah orang-orang sengsara, padahal
ia juga jijik dan sengsara. Manusia seolah-olah hidup dengan kemampuannya.
Manusia seringkali membangun dirinya sebagai orang yang utama, padahal manusia
itu sangat kecil di hadapan Tuhan. Pengakuan dosa menjadi upaya menyadari
dosa-dosa yang diperbuat. Pengakuan dosa membuat manusia membuka
belenggu-belenggu dalam dirinya. Ia akan terbebas dari belenggu itu untuk tidak
mengulangi dosa, sehingga ia menjadi manusia yang mengalami pembaharuan.
Ibadah adalah
ungkapan syukur pada Tuhan. Oleh sebab itu Ibadah (nyanyian, doa, mendengar
firman Tuhan) hendaklah dilakukan dengan sukacita. Tidak ada alasan untuk tidak
menikmati ibadah dengan sukacita. Ungkapan rasa Kasih Tuhan tidak berhenti pada
seremonial belaka tetapi akan dapat berbuah melalui kesaksian hidup
(perbuatan). Ibadah yang benar adalah apabila kita mengalami transformasi.
Ibadah bukanlah suatu kegiatan yang cukup kita lakukan satu kali dalam
seminggu, tetapi juga dilakukan dalam hari-hari kerja pada lingkungan, maupun
keluarga. Dan lebih dari seremonial itu, ibadah harus menjadi bagian kehidupan
yang kita peragakan dan praktekkan setiap harinya. Ibadah sejati bukanlah
ibadah yang selesai ketika ibadah itu berakhir. Allah justru lebih tertarik
dengan buah ibadah itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan memuji dan
memuliakan Tuhan dalam berbagai persekutuan, maka kita telah
menggantungkan hidup dan pergumulan kita bersama hanya kepada Tuhan yang
kita sembah dalam nama Yesus Kristus.
Kita
perlu mengaku dosa-dosa yang kita perbuat. Pengakuan dosa sangat penting bagi
setiap orang yang menyadari keberdosaannya. Tanpa pengakuan, kita akan merasa
tertekan oleh belenggu dosa itu sendiri. Pengakuan dosa bukanlah sekedar
tetesan air mata, tetapi perlu ditindaklanjuti dengan penuh penyesalan dan
melakukan firmanNya. Sembah sujud membuat kita menikmati karya keselamatan
Tuhan. Manusia patut menyembah Allah. Sikap yang demikian menunjukkan kerendahan hati dan ketaatan terhadap Tuhan.
Manusia tidak patut menunjukkan keangkuhan, sebab manusia yang dijadikannya itu
telah dipenuhi dosa dan kejahatan. Kita perlu menghampiri tahta Tuhan dan
menyerahkan hidup kita dengan penuh ketaatan pada tuntunanNya. AMIN