26 Maret 2014

Yehezkiel 37:1-14 (Khotbah Minggu, 6 April 2014)



TUHAN MEMBANGKITKAN KITA DARI KETERPURUKAN (Yehezkiel 37:1-14)

Ada saatnya manusia mengalami pergumulan yang sangat berat. Ia bisa saja merasa tidak dapat lagi lepas dari situasi yang melilit dirinya. Pada keadaan yang demikian, rasa putus asa pun menguasai dirinya.
Kondisi seperti di atas rupa-rupanya pernah dialami oleh umat Tuhan, ketika mereka diangkut menjadi umat buangan. Pembuangan adalah kisah yang tak pernah terlupakan umat Israel, karena peristiwa tersebut teramat pahit ; Bait Allah sebagai identitas bangsa telah dihancurkan, mereka dibawa ke luar dari negerinya, berpisah dari keluarganya, tidak dapat lagi melakukan tradisi. Mereka tercabut dari akarnya. Mereka menjadi budak di negeri orang ; sangat memilukan hati, merendahkan harga diri, dan terjadi gonjangan jiwa. Peristiwa ini terjadi sebagai konsekwensi dari ketidak setiaan mereka pada firman Tuhan.
Yehezkiel adalah seorang nabi yang ikut menjadi pelaku sejarah pembuangan umat Tuhan. Yehezkiel turut mengalami dan merasakan kehidupan di pembuangan. Yehezkiel turut merasakan penderitaan yang amat sangat di pembuangan.

18 Maret 2014

Mazmur 95:1-11 (Khotbah, 23 Maret 2014)

BERLUTUT DIHADAPAN TUHAN DAN MENAATI DIA (Mazmur 95:1-11)

Seorang ibu dengan wajah memelas masuk ruang ibadah pada minggu pagi nan indah. Ia duduk di sebuah bangku. Ia melipat tangan dan memjamkan matanya ; ia sedang berdoa. Ibadah pun berlangsung, dan sang ibu mengikuti rangkaian ibadah. Ia menikmati lagu yang dikumandangkan secara bersama. Bebarapa lagu telah membuat ibu itu meneteskan air mata. Alunan musik yang mengiringi lagu penghantar pengakuan dosa membuat sang ibu tak mampu membendung air matanya. Ia bagaikan menumpahkan seluruh beban hidupnya. Acara demi acara diikuti dengan tekun, dan wajah sang ibu tampak mengalami perubahan, semakin memancarkan wajah sukacita. Firman Tuhan yang disampaikan pengkhotbah dari mimbar dinikmati dengan penuh antusias. Sungguh berbeda ketika sang ibu datang ke rumah Tuhan dan saat dia pulang ke rumahnya ; tampak ada kekuatan, rasa sukacita dan pengharapan di dalam dirinya. Ibadah yang benar telah mengubah sang hati sang ibu.
Firman Tuhan ini mengajak semua orang percaya untuk memasyhurkan nama Tuhan, memuji dan menyembah Dia. Hal ini dilakukan orang beriman sebagai ungkapan spiritualitasnya atas kebesaran Tuhan. Ibadah menjadi ruang bagi orang beriman untuk mengekspresikan seluruh pengakuannya terhadap kebesaran Tuhan. Alasan untuk memuji dan memuliakan Tuhan adalah, karena Tuhan telah memberikan sukacita bagi kita melalui pekerjaan dan perbuatanNya. Dialah yang telah berkuasa atas kita, dunia, dan alam semesta.
Ada tiga hal yang perlu dicerminkan dalam ibadah. ; sorak-sorai, merendahkan hati (sujud), dan buah yang melembutkan hati.
Firman Tuhan ini mengajak untuk senantiasa bersorak sorai. Dalam ajakan pujian kepada Allah dapat dilakukan dengan berbagai cara : bernyanyi, menari, berdoa, berbuat baik dsb. Memuji Tuhan menjadi kewajiban segala yang diciptakan/dijadikannya, sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah (3). Allah kita adalah Allah yang berkuasa dan memiliki kekuatan. Ia mengatasi segala kuasa dan kekuatan “dewa”. Tidak ada “allah” lain yang dapat mengatasi segala kuasa dan kekuatan Allah Israel. Orang Yahudi memahami bahwa Yahweh adalah raja, raja yang berthaktakan “kerubim”. (Yesaya  37 : 16 :  "Ya TUHAN semesta alam, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi”.  Dengan tahta itu, Allah diimani sebagai yang kudus, yang memimpin umat Tuhan dan menguasai seluruh umat manusia. Allah yang besar itu adalah pemilik gunung, laut, dan darat. Dia lah yang menjadikannya dan di dalam penataanNya. Segala kehidupan ini berada dalam kuasa Tuhan Allah yang maha besar itu. Karena itu umatNya patut bersoraksorai dalam memuji dan menyembahNya.
Di dalam nas ini, pujian diikuti dengan penyembahan. Masyarakat Timur Tengah sudah terbiasa melakukan penyembahan terhadap ‘allah”. Hanya saja, “allah’ yang mereka sembah adalah allah yang banyak (dewa-dewa). Allah yang satu berbeda dengan allah pada setiap tempat. Namun, Allah Israel adalah Allah yang esa, yang menguasai seluruh bagian bumi. Allah yang membentuk dan berkuasa atas gunung-gunung, laut, dan darat (Kejadian 1).
Dalam ayat 7 dipakai kata “gembala” dan “domba”. Allah bukan hanya menjadikan manusia, lalu membiarkannya ; tetapi Allah juga menggembalakan umatNya. Ia memelihara dan mencukupkan segala kebutuhannya. Oleh sebab itu, pujian patut dilakukan manusia dengan sujud menyembah Dia. Berlutut adalah model (cara) yang dilakukan oleh orang Yahudi dalam doa. Berlutut dapat menunjukkan kerendahan hati, ketaatan, dan penghormatan di hadapan Tuhan yang adalah Pencipta. Menghormati dan menaati Tuhan berarti menyadari diri sebagai yang dicipta dan mengagungkan Pencipta.
Manusia memang sering menampilkan hati kerasnya dalam bentuk berbagai kejahatan dan kesombongan. Orang-orang sombong memandang rendah orang-orang sengsara, padahal ia juga jijik dan sengsara. Manusia seolah-olah hidup dengan kemampuannya. Manusia seringkali membangun dirinya sebagai orang yang utama, padahal manusia itu sangat kecil di hadapan Tuhan. Pengakuan dosa menjadi upaya menyadari dosa-dosa yang diperbuat. Pengakuan dosa membuat manusia membuka belenggu-belenggu dalam dirinya. Ia akan terbebas dari belenggu itu untuk tidak mengulangi dosa, sehingga ia menjadi manusia yang mengalami pembaharuan.

Ibadah adalah ungkapan syukur pada Tuhan. Oleh sebab itu Ibadah (nyanyian, doa, mendengar firman Tuhan) hendaklah dilakukan dengan sukacita. Tidak ada alasan untuk tidak menikmati ibadah dengan sukacita. Ungkapan rasa Kasih Tuhan tidak berhenti pada seremonial belaka tetapi akan dapat berbuah melalui kesaksian hidup (perbuatan). Ibadah yang benar adalah apabila kita mengalami transformasi. Ibadah bukanlah suatu kegiatan yang cukup kita lakukan satu kali dalam seminggu, tetapi juga dilakukan dalam hari-hari kerja pada lingkungan, maupun keluarga. Dan lebih dari seremonial itu, ibadah harus menjadi bagian kehidupan yang kita peragakan dan praktekkan setiap harinya. Ibadah sejati bukanlah ibadah yang selesai ketika ibadah itu berakhir. Allah justru lebih tertarik dengan buah ibadah itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan memuji dan memuliakan Tuhan dalam berbagai persekutuan, maka kita telah menggantungkan  hidup dan pergumulan kita bersama hanya kepada Tuhan yang kita sembah dalam nama  Yesus Kristus. 
Kita perlu mengaku dosa-dosa yang kita perbuat. Pengakuan dosa sangat penting bagi setiap orang yang menyadari keberdosaannya. Tanpa pengakuan, kita akan merasa tertekan oleh belenggu dosa itu sendiri. Pengakuan dosa bukanlah sekedar tetesan air mata, tetapi perlu ditindaklanjuti dengan penuh penyesalan dan melakukan firmanNya. Sembah sujud membuat kita menikmati karya keselamatan Tuhan. Manusia patut menyembah Allah. Sikap yang demikian menunjukkan  kerendahan hati dan ketaatan terhadap Tuhan. Manusia tidak patut menunjukkan keangkuhan, sebab manusia yang dijadikannya itu telah dipenuhi dosa dan kejahatan. Kita perlu menghampiri tahta Tuhan dan menyerahkan hidup kita dengan penuh ketaatan pada tuntunanNya. AMIN

13 Maret 2014

Yohanes 3:1-17 (khotbah, 16 Maret 2014)



  LAHIR BARU UNTUK KERAJAAN ALLAH (Yohanes 3:1-17)

Manusia selalu mencari  dan terus mencari. Manusia berusaha memenuhi kebutuhan dasar untuk dapat menjalani hidup. Namun, pencarian yang dilakukan manusia tidak berhenti pada kebutuhan dasar ; makanan, pakaian, dan papan. Keinginan manusia itu terus bergerak ke atas. Manusia itu tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan dirinya (dan keluarganya), tetapi juga sudah menimbun kekayaan untuk keperluan cucu-cicitnyanya yang belum lahir. Manusia juga tidak berhenti hanya mencari 

4 Maret 2014

Kejadian 2:16-17 & 3:1-7 (9 Maret 2014)



TIPU DAYA IBLIS, DAN KESELAMATAN DARI ALLAH (Kej. 2:16-17 ; 3:1-7) 

Allah menciptakan dunia ini dengan kuasa dan kebaikan untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi kehidupan manusia. Allah menghendaki supaya manusia itu hidup dalam ketulusan, seraya menikmati kedamaian dari anugerah Tuhan. Manusia boleh memuji dan memuliakan Tuhan dengan sukacita. Namun, manusia melawan kehendak Allah, yang mengakibatkan manusia jatuh ke dalam dosa dan kematian.
Allah memberikan kebebasan kepada manusia dengan memanfaatkan semua yang telah disediakan baginya. Tetapi Tuhan juga memberikan larangan untuk tidak memakan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Larangan itu tidak untuk mengurangi, apalagi menghapuskan kebebasan manusia, melainkan menjadi standar ketaatan dan kesetiaan manusia pada Tuhan. Kesetiaan manusia pada perintah Tuhan akan membawa manusia menikmati kehidupan bahagia. Sebaliknya, resiko dari pelanggaran larangan itu adalah kematian, yaitu hilangnya kebebasan.

1 Maret 2014

Matius 17:1-9 (Khotbah, 2 Maret 2014)



BERDIRILAH, JANGAN TAKUT (Matius 17:1-9)

Nas ini mengisahkan sebuah peristiwa misteri, dimana Yesus berubah rupa ; wajahNya bercahaya seperti matahari dan pakaianNya putih bersinar. Perubahan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah yang termulia. Selain perubahan itu, para murid juga menyaksikan Yesus sedang berbicara dengan Musa dan Elia. Keduanya adalah tokoh rohani yang selalu dikenang oleh umat Tuhan, karena mereka selalu menyerukan agar umat Allah melakukan pembaharuan hidup. Musa adalah penerima hukum-hukum Allah di gunung Sinai, yang pemenuhannya ada dalam diri Yesus. Sedangkan Elia adalah seorang nabi yang diharapkan para nabi sesudahnya akan diutus Allah untuk memperingatkan manusia akan penghakiman Allah.

18 Februari 2014

Mazmur 119:33-40 (Khotbah, 23 Pebruari 2014)



MENGERTI DAN HIDUP DENGAN FIRMAN TUHAN (Mazmur 119:33-40)


Orang-orang beragama meyakini, bahwa makin dekat pada Tuhan makin mengalirlah berkat dalam hidupnya. Hal itu juga menjadi keyakinan bagi orang Kristen. Kedekatan itu ditampakkan dengan rajin ke gereja, berdoa, dan membaca firman Tuhan (Alkitab). Untuk yang terakhir ini, banyak orang Kristen mengaku bahwa ia telah membaca Alkitab berkali-kali secara teratur (dari Kejadian sampai Wahyu), selain membacanya secara acak. Sesuai dengan keyakinan di atas, jika orang-orang yang tekun membaca firman, maka patutlah ia menikmati kesuksesan  dalam jabatan, usaha, kekayaan, keluarga dsb.
Namun bagaimana dan mengapa jika keyakinan tersebut tidak menjadi kenyataan, bahkan berbanding terbalik ? Pergumulan seperti di atas itulah yang hendak dijawab renungan kita ini. Firman Tuhan memuat petunjuk ketetapan, perintah, titah, janji, dan hukum Tuhan. Firman Tuhan mengajarkan tentang kehidupan masa lalu, kini, dan masa depan. FT memberi pengetahuan kepada manusia tentang hidup. Firman Tuhan mengajarkan manusia supaya hidup dan berkata dengan benar. (Ayub  42 :7) ; ‘Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub’. Firman Tuhan juga memberi pengetahuan tentang hidup praktis ; arti kekayaan, jabatan, rumah tangga, anak. Selain itu, firman Tuhan mengingatkan manusia untuk mengabaikan (melalukan) hal-hal yang tidak perlu, yang merugikan, yang hampa. Misalnya, ada orang menggossip atau membicarakan kekurangan orang lain. Apakah itu perlu ditanggapi ? Atau kemudian kita ikut membuka kekurangan lain orang itu ? Ini tak berguna, membuang-buang waktu. Abaikan saja. Firman Tuhan itu membimbing manusia untuk mengerti dan melakukan yang benar. Hidup dengan firman Tuhan tidaklah mengutamakan nilai-nilai dunia ini, yang berpusat pada keuntungan (laba) materi. Singkatnya, firman Tuhan menjadi pelita dan terang bagi manusia. (Mazmur 119:105) ‘Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.’
Firman itu harus diterima dengan kerelaan hati. (Kisah Para Rasul  17:11) ‘Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya………, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui,…..’. Firman Tuhan itu mestinya diaminkan, sekalipun bertentangan dengan keinginan kita. Seluruh hati dicondongkan untuk firman Tuhan itu. Sekalipun firman Tuhan itu bertentangan dengan keinginan jasmani, tetapi firman Tuhan harus diterima dan dilakukan dengan dengan kesungguhan hati. Alkitab bukanlah seperti buku lain, yang sebahagian dapat kita terima gagasannya dan sebahagian kita tidak setuju. Alkitab mengandung kebenaran secara mutlak. Alkitab secara keseluruhan adalah kebenaran. Orang yang menekankan ayat tertentu dan menolak menolak ayat lainnya karena tidak sesuai dengan keinginannya, maka ia belumlah mengerti firman Tuhan serta tidak melakukannya dengan kerelaan hati. Misalnya. Seseorang memiliki orang yang dibenci (musuh). Lalu ia menemukan dan membaca nas ‘kasihilah musuhmu’ (Lukas 6:27). Jika orang itu mengabaikan nas itu, tidak mau berdoa, apalagi berbuat bagi musuhnya, maka ia belum hidup dengan firman Tuhan. Mestinya firman itu direnungkan, berdoa, sampai akhirnya dapat dilakukan dengan tulus hati.
Firman Tuhan haruslah dilakukan sekalipun itu bertentangan dengan keinginan. Memang, ketaatan melakukan firman Tuhan itu memerlukan ‘keberanian iman’, sebab banyak hal-hal yang duniawi bertentangan dengan firman Tuhan. Tetapi dengan demikianlah firman Tuhan itu menjadi berkat. (Ibrani 4:12) menyebutkan : ‘Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.’ Firman itu bukan sekedar mengenek-enakkan telingan dan sesuai dengan keinginan hati. Justru firman Tuhan harus mengguncang hati, jiwa, dan pikiran manusia, sampai ia mengalami pembaharuan hati, manusia memandang kemuliaan Tuhan.
Dengan mengerti dan melakukan firman itu, maka kita telah hidup dengan keadilan. Saat kita telah melakukan semua itu, maka kita dapat merasakan berkat Tuhan dalam hidup kita. Firman Tuhan memang sungguh-sungguh menjadi berkat bagi kehidupan manusia jika dimengerti dan dilakukan menurut petunjuknya.

Benarkah orang-orang yang rajin ke gereja dan ikut serta dalam berbagai kegiatan gereja harus selalu lebih sukses dibandingkan dengan orang yang tidak pernah/jarang ke gereja dan berdoa ?  Jika ‘ya’, maka saudara belum mengerti dan tidak mencondongkan diri pada firman Tuhan. Ada sebuah item dalam tata ibadah minggu yang disebut ‘Petunjuk Hidup Baru’, yang kadang dibacakan dari bagian dekalog (sepuluh hukum), dan adakalanya dari ayat Alkitab lainnya. Setelah membacakan petunjuk hidup baru atau hukum Tuhan itu, pemimpin ibadah berkata ‘berbahagialah orang mendengar firman Tuhan, menghayati, dan melakukannya’. Itu berarti firman Tuhan perlu dipelajari, direnungkan, dan diberlakukan dalam hidup kita. Jika firman Tuhan sudah dimengerti dan menjadi bagian hidup kita, maka segala sesuatu dalam hidup ini adalah berkat. Paulus berkata (Filipi 1:21 ‘Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan’. Paulus mengatakan hal demikian bukan kata-kata semata tetapi karena ia telah mengerti dan menghidupi dirinya dengan firman Tuhan.
Seringkali orang membaca Alkitab begitu saja tanpa penghayatan. Ia kemudian berharap ; ‘jika telah membaca Alkitab itu, maka ia akan mendapat berkat’. Alkitab adalah sumber segala pengetahuan. Jika kita hanya membaca begitu saja, lalu menyimpannya, dan kita menunggu dan berharap datangnya yang kita inginkan, maka kita telah menjadikan firman Tuhan itu menjadi mantera (ajimat). Firman Tuhan bukan alat untuk mencari kemegahan dunia melainkan agar kita memahami kehendak Allah. ‘Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya’ (2 Korintus 2:17).
Karena itu, firman Tuhan bukan hanya dibaca dan disimpan tetapi perlu dipahami, digumuli dan dilakukan. Dengan membaca, merenungkan, menggumuli, menghayati, dan memberlakukan firman itu secara menyeluruh dalam hidup ini, maka kita memperoleh kekuatan dan dimampukan memberlakukan keadilan. Hanya dengan mengerti dan memberlakukan firman Tuhan dengan penuh kesetiaan, maka kita telah hidup di dalam firmanNya, dan kita dapat merasakan berkat-berkat Tuhan. AMIN

15 Februari 2014

Ulangan 30:15-20 (Khotbah, 16 Pebruari 2014)



HIDUP, DAN DIBERKATI OLEH TUHAN (Ulangan 30:15-20)

Tahun 2014 ini dinamai Tahun Politik. Berbagai peristiwa politik akan mewarnai kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara. Puluhan ribu orang bergerak mengkampanyekan dirinya sebagai orang yang peduli dengan bangsa ini. Kepedulian itu akan diwujudkan apabila ia berhasil duduk di DPR atau DPRD, atau mungkin menjadi Presiden. Perjuangan mereka sebagai yang peduli terhadap bangsa ini sangat ditentukan oleh rakyat Indonesia, termasuk kita pada Pemilu 9 April 2014. Kita diminta menentukan pilihan pada orang-orang yang kita anggap dapat membawa aspirasi kita. Tapi jika kita salah pilih, maka harapan tidak menjelma menjadi kenyataan dan gelap tidak berubah menjadi terang.
Kitab Ulangan banyak mengajarkan agar umat Tuhan selalu hidup dalam firman Tuhan. Orangtua diingatkan supaya mengajarkan firmanNya bagi anak-anaknya. ‘Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! …haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun’ (Ulangan 6:4-7).
Nas renungan kita (Ulangan 30:15-20) disajikan sebagai perkataan-perkataan terakhir Musa kepada generasi Israel yang akan memasuki tanah perjanjian. Perkataan Musa ini mengacu pada pengalaman umat bersama Tuhan. Namun perkataan Musa juga mengarah ke depan dan menjadi pengajaran bagi generasi mendatang.
Musa telah memimpin umat ini dari Mesir hingga menjelang masuk tanah perjanjian. Sebagai pemimpin umat, Musa memiliki pengalaman bersama umat ini. Musa melihat kedegilan dan sungut-sungut bangsa ini. Mereka tidak segan-segan melakukan penyembahan berhala, sebagai pengaruh dari bangsa-bangsa lain. Mereka acapkali menyembah baal atau dewa, bahkan mereka pernah membuat patung lembu untuk disembah. Semua itu mereka lakukan tatkala mereka merasa tidak puas dengan Allah yang diperkenalkan Musa. Itulah bentuk-bentuk ketidaktaatan kepada Allah. Sikap ini hanya membangkitkan amarah Tuhan. Memang, adakalanya umat juga menikmati pengalaman indah bersama Tuhan ; Tuhan mencukupkan mereka dengan makanan, minuman, pakaian, dan kemenangan menghadapi musuh. Saat ada hidup yang penuh keindahan itu, umat memang memuji dan memuliakan Tuhan. Tapi jelas, mereka bukanlah bangsa yang setia.
Karena itu, disaat akan memasuki negeri yang Tuhan janjikan, Musa ingin supaya bangsa ini menetapkan pilihan ; menjadi bangsa yang ‘setia kepada Tuhan’ atau menjadi ‘bangsa yang menentang Tuhan’. Ketaatan mematuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian Allah dengan umatNya akan membuahkan keberhasilan ; sebaliknya ketidaktaatan akan membuahkan kematian dan kehancuran. Musa memberikan pilihan bagi umat Tuhan ; apakah mau menjadi bangsa yang diberkati atau akan binasa.
Musa meyakini, bahwa Tuhan telah memilih umatNya agar dapat menjadi berkat (Kejadian  12:2). Karena itu, di antara dua pilihan itu, Musa menasehatkan agar umat Tuhan memilih kehidupan. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup; baik engkau maupun keturunanmu (19b). Dengan pilihan itu, mereka masuk ke negeri yang Tuhan janjikan, memperoleh kehidupan,  bertambah banyak,  lanjut usia. Mereka yang taat pada perintah Tuhan, bukan saja diberkati tetapi dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Itulah hidup yang berarti.

Setiap manusia memiliki pilihan untuk menikmati hidup bahagia. Banyak upaya yang dilakukan manusia untuk menggapai kebahagiaan itu. Sungguhkah manusia mencapainya ? Biarlah kita masing-masing dapat menjawabnya. Dunia memang telah memberikan berbagai fasilitas untuk menunjang kemudahan bagi hidup manusia, namun manusia tetap dilanda kegelisahan, galau, takut. Tidak sedikit manusia merasa dirinya terkutuk. Hari-hari yang dilalui selalu diwarnai oleh keputusasaan, sakit hati, dendam, amarah, kebencian, stress.
Allah telah memilih kita karena kasihNya ; maka kita seharusnya mengasihi Allah dan setia kepada firmanNya. Kesetiaan pada firmanNya akan membimbing kita menjalani dan menikmati hidup ini. Mewarnai hidup dengan firmanNya, maka seberat apapun hidup yang dijalani tetap merasakan penyertaan Tuhan. Tidak ada yang melebihi sukacita yang diberikan oleh Tuhan.
Zaman senantiasa mengalami perubahan. Bagaimana kita menghadapi zaman yang terus berubah ini ? Apa yang kita persiapkan ? Bagi orang yang sudah lanjut usia tentu sudah mengalami beberapa perubahan zaman. Tapi pernahkah kita mempersiapkan diri menghadapi setiap perubahan zaman ? Bagaimana kita memasuki zaman yang masih akan berubah ? Atau, apakah kita belajar setelah zaman itu tiba ? Itu namanya magurbag (marguru dibagasan). Hidup dengan firman Tuhan, melakukan perintah Tuhan menjadi hal yang utama menghadapi segala zaman.
Kita perlu mempersiapkan otak kiri anak-anak kita, tapi kita juga perlu membangun otak kanannya, yaitu firman Tuhan. Dengan demikian, bagi mereka kelak tidak ada zaman dan situasi yang buruk. Mereka akan menjadi manusia yang siap menghadapi segala zaman dan menjadi berkat. AMIN