29 Juni 2013

Matius 8:18-22 (Khotbah Minggu, 30 Juni 2013)



MENGIKUT YESUS TANPA DALIH

 “Selidiki aku, lihat hatiku, apakah ‘ku sungguh mengasihimu Yesus? Kau yang maha tahu, dan menilai hidupku, tak ada yang tersembunyi bagi-Mu. T’lah kulihat kebaikan-Mu; yang tak pernah habis dihidupku, kuberjuang sampai akhirnya, Kau dapati aku tetap setia.” Ini merupakan sebuah lagu yang mengungkapkan tentang kesungguhan hati dalam mengasihi Tuhan Yesus. Ungkapan terdalam yang meminta Tuhan untuk dapat melihat jauh ke dalam hati si penulis. Supaya penulis jauh dari penilaian dirinya yang subjektif; merasa benar, namun senantiasa meminta Tuhan untuk menyelidiki hatinya. Sebab, hanya Tuhan yang tahu dan sanggup menilai tanpa ada yang tersembunyi.  

Demikian halnya yang diungkapkan oleh Matius pada perikop ini, yang mengisahkan tentang orang-orang yang mau mengikut Yesus. Dalam hal ini para pelakunya adalah seorang ahli Taurat dan seorang yang sudah menjadi murid Yesus. Intinya, semua itu mau mempertanyakan bagaimana caranya mengikut Tuhan Yesus ? Apa dasar dari sikap yang sesungguhnya dalam mengikut Yesus ? Disinilah semua orang ditantang, sekaligus disadarkan untuk melihat jauh ke dalam hati, motivasi apa yang mendorong seseorang untuk datang mengikuti-Nya.
Seorang ahli Taurat berkata: “Guru, aku akan mengikut Engkau, kemana Engkau pergi.” Yesus tahu dan mengenal semua orang yang mengikut-Nya. Jawab-Nya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”  Yesus hendak menjelaskan bahwa serigala adalah binatang yang suka mengembara tetapi ia selalu memiliki , demikian juga burung terbang ke sana – ke mari senantiasa tersedia sarangnya. Akan tetapi Anak Manusia tidak memiliki persediaan apa-apa. Anak Manusia justru akan menderita selama hidup-Nya di dunia, Ia akan menjadi pengembara dan menempuh jalan hidup yang tidak aman, sering ditolak bahkan dimusuhi orang. Konsekuensinya, semua orang yang mengikuti Yesus akan menempuh jalan yang sama, yakni tidak aman dan dimusuhi oleh dunia.  Yesus menjadi Anak Manusia yang jaya dan mulia karena penderitaan-Nya di dunia.
Seorang yang lain, yaitu salah seorang murid-Nya juga berkata: “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” Bukankah perkataan itu terlalu kasar untuk orang yang berkewajiban menguburkan orangtuanya yang sudah mati ? Atau apa yang hendak dikatakan Yesus dengan perkataan itu ? Adat istiadat Timur Tengah mewajibkan setiap anak untuk taat kepada orangtuanya. Ia wajib memelihara dan menjaganya hingga orangtuanya itu masuk ke liang lahat. Sesudah ayah dan ibunya mati, barulah ia bebas menentukan pilihan dan jalan hidupnya. Karena itu, pergi jauh meninggalkan orangtua, bagi seorang anak adalah perbuatan hina dan terlarang. Yesus tahu akan budaya itu, dan Yesus tidak untuk mematahkan budaya itu. Tetapi Yesus tahu, bahwa itu hanyalah alasan. Kelak, setelah alasan itu berlalu akan muncul alasan lain untuk tidak mengikut Yesus. Terlalu banyak alasan manusia untuk tidak mengikut Yesus.
Mewakili pertanyaan dari kedua orang di atas (ahli Taurat dan seorang murid yang masih muda), Yesus hendak memberikan sebuah pemahaman baru kepada semua orang banyak yang sedang mengikuti-Nya. Mengikut Yesus berarti sama dengan menjadi hidup dalam Kebenaran dan Kasih yang dinyatakan-Nya, yang lahir dan didorong oleh kesadaran diri dalam mengenal-Nya secara nyata. Kesadaran itu juga yang akhirnya menjadi motivasi dalam sebuah perjumpaan dengan Allah yang hidup; yang nyata dan kekal. Itulah tujuan Allah yang hadir dalam diri Yesus untuk membangkitkan semua orang dari kematian; kehidupan yang semu, yang terlihat hidup secara fisik, namun rohnya mati. 
Mengikut Yesus bukanlah karena tuntutan tradisi yang telah dipelihara secara turun-temurun, seperti yang dimengerti oleh ahli Taurat, dan juga bukan hanya sekedar keinginan semata seperti anak muda yang sedang bergelora melihat Yesus yang tampil sebagai motivator kondang. Tentunya Yesus tahu betul dan sangat mengenal setiap motivasi orang-orang yang mengikuti-Nya. Yesus hendak mencelikkan mata dan membuka hati mereka, supaya mereka sadar dan mau ikut, atau berdalih ketika Yesus datang memanggil.

Setiap orang harus berani memutuskan hubungannya dengan warisan-warisan dari masa lampu yang menjadi penghalang (band. 1 Rajaraja 19:21). Kita harus siap menyambut tugas pelayanan ketika hendak masuk dalam Kerajaan Allah tanpa merepotkan diri dengan kewajiban-kewajiban yang menjadi penghalang. Kita harus meneladani cara Yesus menilai dunia ini, yang kadang terbalik dengan cara dunia ini pada umumnya. Secara sederhana, mengikut Yesus ‘ya’ tanpa embel-embel; tanpa dalih. Tuhan menghendaki kita menjadi pelayanNya. Seorang pelayan Tuhan haruslah orang yang giat bekerja. Seringkali kita berdoa untuk dipakai oleh Tuhan, tetapi jika kita hanya berdoa tanpa mau bekerja (melayani), kita tak mungkin dipakai oleh Tuhan. Ungkapan nanti dululah, yang lain dululah, belum waktunya, kalau sudah aman barulah, dsb., masih sering menjadi alasan untuk tidak melayani. Mengikut Yesus berati bersedia melakukan kebenaran dan kasih melalui kesederhanaan dari setiap talenta maupun karya yang kita miliki. Tentunya kesediaan mengikut Yesus haruslah lahir dari motivasi yang murni. Motivasi murni adalah sebuah dorongan berbentuk energi bio-psiko-spiritual dari dalam hati manusia yang membuat dan memampukan setiap orang untuk memilih dan sanggup melakukan setiap pilihan yang diambil. Motivasi itulah yang akan menentukan, apakah seseorang bersedia melayani atau berdalih.
Melayani Tuhan adalah suatu panggilan. Banyak cara Tuhan untuk memanggil orang menjadi hambaNya. Namun, panggilan Tuhan juga membutuhkan respon. Dalam panggilannya sebagai seorang hamba Tuhan, harus mempersiapkan diri dengan segala resiko. Setidaknya kesiapan untuk tidak mendapat sanjungan duniawi, tetapi memiliki pengharapan akan keselamatan. Oleh sebab itu, jangan pernah patah semangat dalam melayani bersama Tuhan.
Berapa banyak orang yang bersedia ketika diajak untuk terlibat melayani sebagai pelayan (penatua) ? Berapa banyak pemuda dan remaja yang bersedia ikut ketika diajak masuk dalam persekutuan pemuda? Berapa banyak jemaat yang bersedia memberikan talentanya menjadi pemain musik, pemandu kidung atau dalam pelayanan lainnya? Dimanakah semua orang yang mengaku mau mengikut Yesus, sementara gereja-Nya masih sangat membutuhkan para pelayan?
Firman Tuhan mengingatkan dan sekaligus mengajak kita: marilah ikut, datang dengan kesungguhan hati dan masuklah untuk mengambil bagian dalam panggilan-Nya memberitakan kabar baik; memberitakan Kerajaan Allah yang telah hadir dalam setiap kebaikan-Nya di hidup kita. Itulah panggilan Tuhan Yesus kepada semua orang yang percaya, sekaligus merupakan kesaksian iman yang kita nyatakan dalam membangun motivasi dan perbuatan kasih kita. Sesungguhnya setiap orang percaya adalah orang-orang yang memiliki panggilan. Panggilan bukan hanya kepada penatua tetapi setiap orang percaya. Itu berarti, kita semua adalah orang-orang yang dipanggil untuk melayani. Pelayanan bukan saja berkhotbah atau maragenda. Tetapi pelayanan memiliki pengertian yang luas. Misalnya : membersihkan gereja, menyambut pengunjung gereja, mengajak orang lain supaya ke gereja. Senyummu pun dapat menjadi bagian dari pelayanan. Inti dari pelayanan adalah membuat orang lain dapat merasakan kenyamanan, ketentraman, kebahagiaan, sukacita, dan tentunya iman yang bertumbuh. Untuk melakukan itu memang tidak mudah, membutuhkan pengorbanan. Tetapi pada akhirnya, siapa yang melakukan pelayanan itu ia akan menerima upah. Ia akan berbahagia. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar