4 April 2014

Matius 21:1-11 (Minggu, 13 April 2014)



DIBERKATILAH DIA YANG DATANG DALAM NAMA TUHAN (Matius 21:1-11)

Sudah menjadi tradisi bagi orang Yahudi untuk mengenang pembebasan mereka dari perbudakan Mesir. Mereka mensyukuri pembebasan itu dengan pesta yang disebut Paskah. Diyakini, setiap orang yang hadir pada perayaan paskah itu akan memperoleh berkat. Oleh sebab itu, setiap orang Yahudi berusaha untuk turut serta merayakan paskah itu. Kedatangan Yesus ke Yerusalem kali ini adalah juga dalam rangka untuk ikut serta merayakan paskah tersebut.
Kehadiran Yesus di Yerusalem dan sekitarnya cukup menciptakan rasa sukacita bagi orang-orang yang berada di sana. Lihatlah, ketika Yesus menyuruh muridNya mengambil seekor keledai, tanpa banyak alasan si pemilik keledai segera memberikannya. Pemilik keledai itu menyerahkan keledainya yang muda sebagai persembahannya, karena ia bersukacita akan kehadiran Yesus.
Yesus mulai memasuki kota Yerusalem, dengan menggunakan keledai muda, bukan seekor kuda. Hal ini menggenapi nubuatan Nabi Zakharia (Zak. 9:9), yang menyebutkan bahwa raja yang datang dengan keledai beban yang muda itu adalah raja yang lemah lembut. Ketika Yesus naik keledai tampak sebuah kesederhanaan dan kelembutan. Yesus begitu bersahaja sehingga setiap orang yang melihat merasakan kedamaian. Ini sangat berbeda dengan tradisi para pahlawan dunia yang selalu menggunakan kuda,  bagaikan hendak berperang dan menakutkan. Tetapi dengan keledai ini, Yesus sesungguhnya menunjukkan kelemah lembutanNya. Yesus datang bukan untuk berperang tetapi untuk membawa damai.
Sekalipun Yesus hanya naik keledai muda, tetapi sambutan masyarakat Yerusalem begitu antusias. Mereka rela meninggalkan rutinitas untuk melihat sang pembawa damai. Tanpa perhitungan ekonomi, mereka mengalasi keledai dengan pakaiannya, dan sebahagian menghamparkan pakaiannya di jalan yang dilalui Yesus. Sebahagian orang memotong ranting-ranting pohon dan menyebarkannya di jalan. Seluruh perbuatan orang-orang ini merupakan persembahan bagi Yesus, karena mereka merasakan sukacita yang meluap.
Kelembutan, kesahajaan, kedamaian yang terpancar pada diri Yesus membuat penduduk Yerusalem merasakan kemerdekaan. Ekspresi penduduk yang mengelu-elukan Yesus mengisyaratkan bahwa orang banyak itu telah lama merindukan pembebasan. Kini, Kehadiran Yesus memberi pengharapan baru bagi mereka untuk mengalami pembaharuan.
Selain memberikan persembahan sukacita, mereka juga menyambut Yesus dengan seruan yang meriah. ‘Hosana’ mempunyai arti ‘selamat’ lazim diberikan kepada orang yang baru datang. (bdk dengan kata ‘HORAS’). Tetapi pada kedatangan Yesus, kata “hosana’ menjadi sebuah seruan pujian.  Yesus disambut dengan seruan sukacita ‘Hosanna’. Ungkapan ini merupakan pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, Penyelamat.  Orang banyak sungguh merasakan bahwa kedatangan Yesus yang lemah-lembut itu membawa damai. Mereka meyakini bahwa Yesus merupakan utusan Tuhan sehingga mereka menyanyikan lagu dari Mazmur ; ‘diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan’.
Kehadiran Yesus cukup membuat kota Yerusalem menjadi gempar. Artinya, Yesus menjadi percakapan yang menarik ; mulai dari pertanyaan ‘siapakah Yesus’, dan berbagai pendapat bahwa Dia adalah kandidat raja (dunia), Dia adalah Mesias (sorgawi), sampai kemudian Dia adalah nabi dari Nazaret. Tetapi satu hal yang sama dari semua percakapan itu, “Yesus adalah pembawa perdamaian’. Yesus datang untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Bagaimana Yesus mendamaikan Allah dengan manusia, itulah yang akan kita renungkan selama passion yang akan kita rayakan selama minggu passion ini.

Manusia selalu merindukan kehidupan yang penuh sukacita. Orang yang hidup dalam sukacita ditandai dengan perbuatan atau tindakan yang juga memberikan sukacita bagi orang lain. Kehadiran orang Kristen hendaknya selalu menjadi sukacita bagi setiap orang. Agar orang lain bersukacita, kita tidak harus selalu tampil ‘wah’. Ketika kita menyadari tugas panggilan itu merupakan pengutusan Tuhan, maka kita tidak perlu ‘berkoak-koak’ menonjolkan diri, bahkan bila perlu, kita seperti orang yang tak berguna. Kita bisa memulainya dari ajaran kasih yang sederhana itu. Mengasihi orang adalah tuntutan dari iman percaya kita sebagai anak-anak Tuhan. Orang-orang percaya sedang diutus Tuhan untuk mengasihi sesama, keluarga, sahabat, saudara dalam persekutuan, bahkan orang yang tidak memiliki hubungan tertentu dengan kita. Kasih merupakan misi Tuhan untuk keselamatan dunia.
Gereja, dan kita semua sedang dipanggil Tuhan untuk melayani. Pelayanan kita hendaknya didasari pada pengutusan Tuhan. Hanya dengan kesadaran itulah, bahwa Tuhan mengutus kita, maka kita dapat tampil sederhana dan lemah lembut, tetapi dapat membuat orang lain bersukacita. Tuhan mau memakai kesederhanaan kita untuk menjalankan misi KerajaanNya. AMIN







Artikel Terkait



1 komentar:

  1. Salam Kenal
    Buat saudara/i yang ingin berpartisipasi dan bergabung di komunitas Kotbah.com silahkan bergabung bersama kami, klik Register untuk bergabung...
    syaloom...
    http://kotbah.com/index.php
    register : http://kotbah.com/index.php?action=register

    BalasHapus