BERSAMA-SAMA DENGAN
KRISTUS DI FIRDAUS (Lukas 23:33-43)
Hari ini dinamai Jumat Agung, karena pada
hari ini kita memperingati suatu peristiwa yang teramat besar. Kematian TY
menjadi Agung karena membawa pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan manusia.
Kematian Tuhan Yesus menjadi sangat penting, karena hal ini diimani oleh orang
percaya sebagai penghapus dosa umat manusia.
Manusia pertama tidak mampu memelihara
perintah Tuhan. Manusia tergoda oleh rayuan dunia. Itulah dosa ! Akibat dosa
itu, manusia memiliki jarak dengan Penciptanya ; manusia bersembunyi dari
hadapan Allah, manusia tak layak lagi bergaul dengan Allah, manusia tidak
memiliki arah hidup, dan manusia hidup dalam penderitaan.
Lukisan dari Lukas 23 : 33 – 43 ini
merupakan representasi keberdosaaan manusia. Penyaliban Yesus adalah akumulasi
dari dosa itu. Manusia telah melampaui batas yang Allah tentukan. Manusia
menjadi lebih ganas dari binatang buas. Manusia kehilangan akal sehatnya. ‘Membuang
undi membagi pakaian Yesus merupakan bentuk’ keserakahan manusia tanpa perduli penderitaan orang lain. ‘Mengejek
dan Mengolok-olok’ adalah
manusia yang berpuas diri melihat orang lain menderita. ‘Mengunjukkan
anggur asam’ adalah
penindasan terhadap orang yang telah menderita. Keserakahan,
mengolok-olok, menindas orang yang sedang menderita adalah perlakuan manusia
yang sering dalam kehidupan manusia. Semua itu merupakan dosa kejahatan.
Yesus telah menerima dan menanggung semua
kejahatan manusia itu. Puncak dari penanggungan atas dosa manusia diperbuat
Yesus dengan cucuran darahNya.
Pengampunan dari Yesus
Manusia muncul dengan kekejian dan keberingasan,
tetapi Yesus tampil dengan pengampunan. Yesus memohon pengampunan bagi mereka
yang menyalibkanNya. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat” (34). Inilah perwujudan dari kasih
Allah yang Agung. Pengampunan datang dari yang sedang tertindas. Sekalipun dosa
manusia merah seperti kermizi tetapi kasih Tuhan tidak pernah berkesudahan.
Pengampunan agung
yang Tuhan tawarkan rupa-rupanya tidak serta merta diterima semua umat manusia.
Inilah sikap manusia yang tidak mau mengalami pertobatan. Seorang yang tersalib
pada saat yang sama dengan Yesus di bukit Tengkorak menjadi gambaran manusia
yang degil, yang terus menerus berada dalam dosa. Sedangkan seorang lain
menyadari sungguh keberdosaannya. Ia menerima pengampunan yang Yesus berikan.
Ia menyambut pengampunan dengan berkata (42) : "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai
Raja.".
Bersama dengan Kristus di Firdaus
Yesus menyempurnakan kasih dan kuasaNya
bagi orang yang berkenan kepadaNya (43) : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini
juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.
Perkataan Yesus ini juga memiliki makna,
bahwa penjahat yang bertobat itu telah dibenarkan iman. Ia memang mati tetapi
dengan penghiburan dan pengharapan. Ia telah menemukan keselamatan yang dari
Allah. Kata “Firdaus”, adalah ruang dan waktu dimana manusia menikmati upah
dari iman yang diperlihara.
Suatu ketika
diputar film yang melukiskan penderitaan sampai kematian Tuhan Yesus. Melalui
lukisan penderitaan Yesus itu timbul emosi dari penonton ; ada rasa benci
terhadap penindas dan ada yang larut dalam kesedihan atas derita yang Yesus
alami.
Sikap emosi itu akan menjadi bermakna bagi
kehidupan manusia bila rasa itu direnungkan dalam kehidupannya. Kebencian
terhadap para penindas itu dapat menjadi renungan, bahwa bukankah kita juga
seringkali bagian dari penindas atau pemberontak terhadap Yesus. Manusia perlu
melepaskan dirinya dari penindasannya terhadap Yesus melalui pembaharuan diri.
Ketidaktaan manusia pada firman, perintah Tuhan merupakan dosa yang ditularkan
manusia bagi dirinya. Manusia di dalam hidup bersama tidak lepas dari
kekurangan, kesalahan, dan jauh dari kesempurnaan. Tuhan Yesus dalam doaNya
mengajarkan kita juga untuk mengampuni orang yang bersalah. Kita bukan menjadi
penindas bagi sesama.
Sedangkan kesedihan atas derita Yesus
mestinya membawa kita pada pertobatan. Tuhan menantikan pembaharuan diri
manusia sebagai sebagai respon atas pengampunan yang ditawarkan. Membaharui
hidup dan menerima tawaran Yesus akan membawa umat percaya menikmati kehidupan
bersama-sama dengan Kristus di Firdaus.
Melalui peringatan kematian TY yang
kesekian kali, kita patut menerima pengampunan itu. Peringatan Kematian Tuhan Yesus, Jumat Agung ini hendaklah menjadi suatu
titik baru bagi kita untuk mengalami hidup baru. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar