17 April 2014

Lukas 23:33-43 (Jumat Agung)



BERSAMA-SAMA DENGAN KRISTUS DI FIRDAUS (Lukas 23:33-43)

Hari ini dinamai Jumat Agung, karena pada hari ini kita memperingati suatu peristiwa yang teramat besar. Kematian TY menjadi Agung karena membawa pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Kematian Tuhan Yesus menjadi sangat penting, karena hal ini diimani oleh orang percaya sebagai penghapus dosa umat manusia.
Manusia pertama tidak mampu memelihara perintah Tuhan. Manusia tergoda oleh rayuan dunia. Itulah dosa ! Akibat dosa itu, manusia memiliki jarak dengan Penciptanya ; manusia bersembunyi dari hadapan Allah, manusia tak layak lagi bergaul dengan Allah, manusia tidak memiliki arah hidup, dan manusia hidup dalam penderitaan.

Lukisan dari Lukas 23 : 33 – 43 ini merupakan representasi keberdosaaan manusia. Penyaliban Yesus adalah akumulasi dari dosa itu. Manusia telah melampaui batas yang Allah tentukan. Manusia menjadi lebih ganas dari binatang buas. Manusia kehilangan akal sehatnya. ‘Membuang undi membagi pakaian Yesus merupakan bentuk’ keserakahan manusia tanpa perduli penderitaan orang lain. Mengejek dan Mengolok-olok’ adalah manusia yang berpuas diri melihat orang lain menderita. Mengunjukkan anggur asam’ adalah penindasan terhadap orang yang telah menderita. Keserakahan, mengolok-olok, menindas orang yang sedang menderita adalah perlakuan manusia yang sering dalam kehidupan manusia. Semua itu merupakan dosa kejahatan.
Yesus telah menerima dan menanggung semua kejahatan manusia itu. Puncak dari penanggungan atas dosa manusia diperbuat Yesus dengan cucuran darahNya.  
Pengampunan dari Yesus
Manusia muncul dengan kekejian dan keberingasan, tetapi Yesus tampil dengan pengampunan. Yesus memohon pengampunan bagi mereka yang menyalibkanNya. Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka  perbuat” (34). Inilah perwujudan dari kasih Allah yang Agung. Pengampunan datang dari yang sedang tertindas. Sekalipun dosa manusia merah seperti kermizi tetapi kasih Tuhan tidak pernah berkesudahan.
Pengampunan agung yang Tuhan tawarkan rupa-rupanya tidak serta merta diterima semua umat manusia. Inilah sikap manusia yang tidak mau mengalami pertobatan. Seorang yang tersalib pada saat yang sama dengan Yesus di bukit Tengkorak menjadi gambaran manusia yang degil, yang terus menerus berada dalam dosa. Sedangkan seorang lain menyadari sungguh keberdosaannya. Ia menerima pengampunan yang Yesus berikan. Ia menyambut pengampunan dengan berkata (42) : "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.".
Bersama dengan Kristus di Firdaus
Yesus menyempurnakan kasih dan kuasaNya bagi orang yang berkenan kepadaNya (43) : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.
Perkataan Yesus ini juga memiliki makna, bahwa penjahat yang bertobat itu telah dibenarkan iman. Ia memang mati tetapi dengan penghiburan dan pengharapan. Ia telah menemukan keselamatan yang dari Allah. Kata “Firdaus”, adalah ruang dan waktu dimana manusia menikmati upah dari iman yang diperlihara.

Suatu ketika diputar film yang melukiskan penderitaan sampai kematian Tuhan Yesus. Melalui lukisan penderitaan Yesus itu timbul emosi dari penonton ; ada rasa benci terhadap penindas dan ada yang larut dalam kesedihan atas derita yang Yesus alami.
Sikap emosi itu akan menjadi bermakna bagi kehidupan manusia bila rasa itu direnungkan dalam kehidupannya. Kebencian terhadap para penindas itu dapat menjadi renungan, bahwa bukankah kita juga seringkali bagian dari penindas atau pemberontak terhadap Yesus. Manusia perlu melepaskan dirinya dari penindasannya terhadap Yesus melalui pembaharuan diri. Ketidaktaan manusia pada firman, perintah Tuhan merupakan dosa yang ditularkan manusia bagi dirinya. Manusia di dalam hidup bersama tidak lepas dari kekurangan, kesalahan, dan jauh dari kesempurnaan. Tuhan Yesus dalam doaNya mengajarkan kita juga untuk mengampuni orang yang bersalah. Kita bukan menjadi penindas bagi sesama.
Sedangkan kesedihan atas derita Yesus mestinya membawa kita pada pertobatan. Tuhan menantikan pembaharuan diri manusia sebagai sebagai respon atas pengampunan yang ditawarkan. Membaharui hidup dan menerima tawaran Yesus akan membawa umat percaya menikmati kehidupan bersama-sama dengan Kristus di Firdaus.
Melalui peringatan kematian TY yang kesekian kali, kita patut menerima pengampunan itu. Peringatan Kematian Tuhan Yesus, Jumat Agung ini hendaklah menjadi suatu titik baru bagi kita untuk mengalami hidup baru. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar