DIBERKATILAH DIA
YANG DATANG DALAM NAMA TUHAN (Matius 21:1-11)
Sudah menjadi tradisi bagi orang Yahudi
untuk mengenang pembebasan mereka dari perbudakan Mesir. Mereka mensyukuri
pembebasan itu dengan pesta yang disebut Paskah. Diyakini, setiap orang yang
hadir pada perayaan paskah itu akan memperoleh berkat. Oleh sebab itu, setiap
orang Yahudi berusaha untuk turut serta merayakan paskah itu. Kedatangan Yesus
ke Yerusalem kali ini adalah juga dalam rangka untuk ikut serta merayakan
paskah tersebut.
Kehadiran Yesus di Yerusalem dan sekitarnya
cukup menciptakan rasa sukacita bagi orang-orang yang berada di sana. Lihatlah,
ketika Yesus menyuruh muridNya mengambil seekor keledai, tanpa banyak alasan si
pemilik keledai segera memberikannya. Pemilik keledai itu menyerahkan
keledainya yang muda sebagai persembahannya, karena ia bersukacita akan
kehadiran Yesus.
Yesus mulai memasuki
kota Yerusalem, dengan menggunakan keledai muda, bukan seekor kuda. Hal ini
menggenapi nubuatan Nabi Zakharia (Zak. 9:9), yang menyebutkan bahwa raja yang
datang dengan keledai beban yang muda itu adalah raja yang lemah lembut. Ketika
Yesus naik keledai tampak sebuah kesederhanaan dan kelembutan. Yesus begitu
bersahaja sehingga setiap orang yang melihat merasakan kedamaian. Ini sangat
berbeda dengan tradisi para pahlawan dunia yang selalu menggunakan kuda, bagaikan hendak berperang dan menakutkan.
Tetapi dengan keledai ini, Yesus sesungguhnya menunjukkan kelemah lembutanNya.
Yesus datang bukan untuk berperang tetapi untuk membawa damai.
Sekalipun Yesus hanya naik keledai muda,
tetapi sambutan masyarakat Yerusalem begitu antusias. Mereka rela meninggalkan
rutinitas untuk melihat sang pembawa damai. Tanpa perhitungan ekonomi, mereka
mengalasi keledai dengan pakaiannya, dan sebahagian menghamparkan pakaiannya di
jalan yang dilalui Yesus. Sebahagian orang memotong ranting-ranting pohon dan
menyebarkannya di jalan. Seluruh perbuatan orang-orang ini merupakan
persembahan bagi Yesus, karena mereka merasakan sukacita yang meluap.
Kelembutan, kesahajaan, kedamaian yang
terpancar pada diri Yesus membuat penduduk Yerusalem merasakan kemerdekaan.
Ekspresi penduduk yang mengelu-elukan Yesus mengisyaratkan bahwa orang banyak
itu telah lama merindukan pembebasan. Kini, Kehadiran Yesus memberi pengharapan
baru bagi mereka untuk mengalami pembaharuan.
Selain memberikan persembahan sukacita,
mereka juga menyambut Yesus dengan seruan yang meriah. ‘Hosana’ mempunyai arti
‘selamat’ lazim diberikan kepada orang yang baru datang. (bdk dengan kata
‘HORAS’). Tetapi pada kedatangan Yesus, kata “hosana’ menjadi sebuah seruan
pujian. Yesus disambut dengan seruan
sukacita ‘Hosanna’. Ungkapan ini merupakan pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias,
Penyelamat. Orang banyak sungguh
merasakan bahwa kedatangan Yesus yang lemah-lembut itu membawa damai. Mereka
meyakini bahwa Yesus merupakan utusan Tuhan sehingga mereka menyanyikan lagu
dari Mazmur ; ‘diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan’.
Kehadiran Yesus cukup membuat kota
Yerusalem menjadi gempar. Artinya, Yesus menjadi percakapan yang menarik ;
mulai dari pertanyaan ‘siapakah Yesus’, dan berbagai pendapat bahwa Dia adalah
kandidat raja (dunia), Dia adalah Mesias (sorgawi), sampai kemudian Dia adalah
nabi dari Nazaret. Tetapi satu hal yang sama dari semua percakapan itu, “Yesus
adalah pembawa perdamaian’. Yesus datang untuk mendamaikan manusia dengan
Allah. Bagaimana Yesus mendamaikan Allah dengan manusia, itulah yang akan kita
renungkan selama passion yang akan kita rayakan selama minggu passion ini.
Manusia selalu merindukan kehidupan yang
penuh sukacita. Orang yang hidup dalam sukacita ditandai dengan perbuatan atau
tindakan yang juga memberikan sukacita bagi orang lain. Kehadiran orang Kristen
hendaknya selalu menjadi sukacita bagi setiap orang. Agar orang lain
bersukacita, kita tidak harus selalu tampil ‘wah’. Ketika kita menyadari tugas
panggilan itu merupakan pengutusan Tuhan, maka kita tidak perlu ‘berkoak-koak’
menonjolkan diri, bahkan bila perlu, kita seperti orang yang tak berguna. Kita
bisa memulainya dari ajaran kasih yang sederhana itu. Mengasihi orang adalah
tuntutan dari iman percaya kita sebagai anak-anak Tuhan. Orang-orang percaya
sedang diutus Tuhan untuk mengasihi sesama, keluarga, sahabat, saudara dalam
persekutuan, bahkan orang yang tidak memiliki hubungan tertentu dengan kita.
Kasih merupakan misi Tuhan untuk keselamatan dunia.
Gereja, dan kita
semua sedang dipanggil Tuhan untuk melayani. Pelayanan kita hendaknya didasari
pada pengutusan Tuhan. Hanya dengan kesadaran itulah, bahwa Tuhan mengutus
kita, maka kita dapat tampil sederhana dan lemah lembut, tetapi dapat membuat
orang lain bersukacita. Tuhan mau memakai kesederhanaan kita untuk menjalankan
misi KerajaanNya. AMIN
Salam Kenal
BalasHapusBuat saudara/i yang ingin berpartisipasi dan bergabung di komunitas Kotbah.com silahkan bergabung bersama kami, klik Register untuk bergabung...
syaloom...
http://kotbah.com/index.php
register : http://kotbah.com/index.php?action=register