6 Januari 2016

Lukas 3:15-17+21-22 (Minggu, 10 Jan 2016)



                   KEPADAMULAH AKU BERKENAN

Menanti dan berharap merupakan bagian dari kehidupan manusia. Manusia menantikan yang diimpikan, dan berharap segala impiannya dapat terwujud. Kita meyakini, bahwa apa yang kita impikan itu dapat membawa pada kehidupan yang lebih baik.  Oleh sebab itu, selama yang kita impikan itu belum tercapai akan menimbulkan kegelisahan. Dan memang, untuk mencapai suatu impian tidaklah mudah, ada hambatan yang harus dihadapi.
Pada zaman Yohanes, umat Tuhan sedang menghadapi kondisi hidup yang sangat buruk disebabkan oleh para penguasa. Para pemimpin menjalankan kekuasaan dengan kekerasan, otoriter, serta penuh ketamakan.  Hidup menjadi tidak tenteram. Rakyat tidak lagi memiliki pegangan hidup. Kegelisahan menyelimuti kehidupan mereka.      

Suasana demikian sungguh memprihatinkan. Mereka merindukan adanya perubahan yang dapat memberikan kehidupan lebih baik.
Yohanes pada saat itu sangat gencar melakukan baptisan bagi banyak orang. Orang-orang berdatangan kepadanya untuk dibaptis. Mungkin ragam motif orang yang datang untuk menerima baptisan Yohanes. Yang jelas, gerakan yang dilakukan Yohanes membuat muncul anggapan bahwa Yohanes adalah pemimpin yang mereka nantikan dan harapkan membawa pembaharuan dan keselamatan. Tetapi Yohanes menepis anggapan itu (16), “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.”
Bagi Yohanes, dirinya hanyalah seorang pelayan untuk mempersiapkan kehadiran Sang Pembuat perubahan dan Pemberi keselamatan. Pembaharu dan pemberi keselamatan itu memiliki kuasa yang melampaui segala kuasa. Siapakah Dia itu ?
Yohanes telah rutin melaksanakan baptisan. Suatu ketika, setelah seorang bernama Yesus menerima baptisan, terjadi peristiwa misteri. (1) langit terkoyak. Masyarakat memahami bahwa alam semesta terbagi dua, yaitu dunia dimana manusia berada dan dunia atas (sorga) di mana Allah bersemayam. Oleh sebab itu, ketika ‘langit terkoyak‘ dimaknai sebagai terbukanya perkara-perkara sorgawi. Allah yang bersemayam di sorga datang ke dalam dunia.  (2) Ada Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Merpati merupakan lambang ketulusan hati, kesucian, kebersihan, kesederhanaan, dan kelemahlembutan. Allah yang datang itu adalah Allah yang tulus, suci, sederhana, dan lemah lembut. (3) Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." Suara ini merupakan pernyataan tentang kesatuan Yesus dengan Allah. Yesus memiliki hubungan yang khas dengan Allah.
Peristiwa baptisan Yesus menjadi proklamasi kepada orang banyak, bahwa Allah yang maha mulia dan berkuasa datang ke dalam dunia. Allah berkenan atas kehadiran Yesus. Dia lah sesungguhnya yang dinanti dan diharapkan manusia untuk perubahan dan keselamatan. Yesus memimpin dengan lemah lembut (Matius  11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Matius  11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan). Manusia manusia layak mendengar dan meminta pertolongan kepada Yesus.

Zaman sekarang ini, banyak gereja mempersoalkan baptisan ; (a) cara percik atau harus diselam.  (b) Tempatnya pun bisa dipersoalkan ; di dalam bak atau di kolam renang atau di sungai lah. Dan mungkin (seolah-olah Alkitabiah) bahwa baptis harus di sungai Yordan. (c) Akhirnya soal siapa. Tak mengherankan juga, sangat mungkin orang menokohkan tentang siapa yang membaptis.
Gereja menjadi berputar-putar di sekitar seremonial dan dogma belaka. Sesungguhnya, bukan soal bagaimana seseorang menerima baptisan dan tempatnya dibaptis atau siapa yang membaptis. Masalah baptisan sepertinya tidak perlu lagi diperdebatkan ; mengapa anak-anak, mengapa tidak diselam, mengapa hanya dipercik ? Baptisan itu bukan soal duniawi (usia, cara, dan tempat) tetapi rohani. Sebab yang bekerja untuk baptisan adalah Roh Kudus. Yang utama,  orang yang telah menerima pengampunan mengalami pertumbuhan dan bangkit menjadi manusia baru. Menurut Martin Luther : Baptisan memberi keampunan dosa, serta memberi keselamatan yang kekal. Baptisan merupakan penguburan dosa-dosa manusia, termasuk dosa warisan. OSI, orang yang menerima baptisan telah menjadi manusia baru.
Kita telah memasuki Tahun 2016 ini. Perjalanan panjang masih kita tempuh. Di dalam perjalanan ini kita tentu memiliki impian dan harapan. Kita tidak kuasa untuk berjalan sendirian, sebab manusia memiliki kemampuan yang terbatas. Kita tidak mampu menerobus semua rintangan untuk menggapai impian dan harapan. Dalam menggapai harapan, kita membutuhkan penolong yang memiliki kuasa, yaitu Yesus. Yesus hendaknya menjadi kekuatan kita untuk menggapai segala harapan. Yesus sungguh-sungguh kekuatan bila kita hidup dengan meneladaniNya ; tulus hati, suci, sederhana, dan penuh kelembutan.
Selanjutnya, kita hidup dengan saling melayani. Pelayanan yang kita lakukan bukan berdasarkan kekuatan kita tetapi panggilan kita sebagai pengikut Tuhan Yesus. Dan seluruh pelayanan yang kita lakukan bukan penonjolan diri melainkan ketaatan kita kepada Tuhan. Karena itu, segala pelayanan yang boleh kita lakukan haruslah dengan rendah hati, menghayati atas yang telah Yesus perbuat bagi hidup kita. Dalam pelayanan yang demikianlah kita dibenarkan Tuhan dan beroleh sukacita. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar