BERMAZMURLAH BAGI
TUHAN SEBAB PERBUATANNYA MULIA
Siapakah Allah dan bagaimanakah sifatNya ?
Ini dua pertanyaan yang tidak mudah dijawab, karena logika tak mampu menjawab
dengan pasti. Kita hanya dapat menjawabnya dengan iman : ‘Allah adalah Pencipta
langit dan bumi’. Lalu, bagaimana sifatNya ? Baik dari Alkitab maupun
pengalaman sehari-hari muncul pemahaman tentang Allah yang berubah-ubah. Di
dalam Alkitab, kita menemukan Allah itu terkadang pemarah tetapi sering juga
muncul dengan penuh kelembutan dan cinta kasih (yang pasti tak pakai humor).
Demikian juga dalam pengalaman hidup manusia, kita sering kali mengalami hidup
sukacita, dan saat demikian kita memahami Allah itu baik. Tetapi saat kita mengalami
suatu pergumulan berat, kita seperti merasakan Allah itu jauh bahkan sedang
menghukum.
Tetapi Yesaya atas pengalaman imannya
tampil dengan pernyataan yang tegas (2) : ‘Allah
itu keselamatanku’. Keyakinan Yesaya begitu kokohnya, sehingga lebih lanjut
ia berkata, ‘aku percaya dengan tidak
gementar’. Peran Allah dalam
hidupnya diyakini bukan hanya pada masa yang akan datang tetapi juga pada masa
kini. Itu sebabnya ia berkata, ‘TUHAN
ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku’. Tuhan memberinya kekuatan dan
penghiburan, sehingga ia merasa layak memuji dan memuliakan Tuhan.
Pengalaman iman yang dialami Yesaya membuatnya
terpanggil agar orang lain turut percaya kepada Allah. Dan jika mereka percaya
kepada Allah itu, ‘Maka kamu akan menimba
air dengan kegirangan dari mata air keselamatan’. Allah akan
memberikan kelengkapan hidup orang-orang percaya, sehingga mereka akan
merasakan hidup tenang, nyaman, dan jiwa yang segar.
Bermazmurlah bagi Tuhan sebab perbuatanNya
mulia. Melalui kasih Allah yang dirasakan umat Tuhan, maka mereka juga patut
bermazmur bagi Tuhan dan memberitakan kasih Allah itu. Kesaksian umat Tuhan
yang sungguh-sungguh sudah merasakan kasih Tuhan akan membuat orang banyak
turut percaya, bahwa Allah adalah keselamatan seluruh bumi.
Kapankah kita
merasa bahagia dalam hidup ini ? Ketika kita merasakan dan mensyukuri kemurahan
Allah. Sesungguhnya, Allah kita adalah Allah Keselamatan. Sekalipun manusia itu
telah bergelimang dengan dosa tetapi Allah tidak membinasakan manusia,
melainkan Allah senantiasa memberikan kemurahanNya. Allah menganugerahkan
kemurahanNya supaya manusia dituntun kepada pertobatan. Mereka yang
mensyukuri kemurahan Allah akan tekun berbuat baik, sehingga mereka akan
memperoleh damai sejahtera.
Sebagai orang
percaya, kita seharusnya mensyukuri segala kehidupan yang kita alami. Kita
harus melihat semua peristiwa di dalam hidup ini sebagai kemurahan Allah. Semua
yang kita miliki adalah kemurahan Allah. Kekayaan, jabatan, harta, kesehatan ;
mari kita imani sebagai kemurahan Allah. Segala kemurahan Allah itu hendaknya
menguatkan kita untuk menerima kehidupan yang kekal.
Sebagai orang yang telah merasakan
kemurahan Allah, kita patut bermazmur bagi Tuhan sebagai tanda sukacita. Mazmur
kita adalah mewartakan perbuatan Tuhan yang mulia itu. Perbuatan yang penuh
pengampunan, tindakan yang memberi keselamatan.
Tuhan memakai Gereja untuk mewartakan Injil
kepada orang-orang sengsara. Kesengsaraan manusia masa kini bukan hanya soal
ekonomi, tetapi lebih lagi orang-orang yang dilanda berbagai pergumulan.
Pergumulan-pergumulan itu membuat orang kehilangan semangat hidup, putus asa. Mewartakan
kasih Allah bukan dengan menyerang keyakinan orang lain, tetapi menjadi saksi
atas kemurahan Tuhan.
Banyak orang-orang yang kehilangan semangat
hidup karena berbagai pergumulan. Bahkan orang Kristen sendiri banyak yang
bergumul, baik di luar maupun di dalam gereja. Seringkali karena pergumulan itu
membuat mereka menjauh dari Tuhan, dan mereka tidak datang lagi ke gereja.
Kita mestinya terpanggil untuk mewartakan
kasih Kristus bagi mereka. Gereja harus mewartakan kasih Kristus itu dengan sentuhan
cinta kasih. Gereja (persekutuan) haruslah hadir untuk membangun
mental-spiritual (partondion). Gereja perlu kembali memperkokoh persekutuan,
membangun kerohanian, mengajak setiap warga gereja turut ambil bagian dalam
persekutuan. Saat ini menjadi sebuah
moment bagi kita warga gereja untuk saling mengasihi, menyentuh hati yang berbeban
berat, menjamah hati yang remuk.
Saat ini dinamakan dengan minggu penantian,
Minggu mempersiapkan diri untuk memperingati hari Kelahiran Tuhan Yesus, Sang
Pemberi Keselamatan. Disamping kita mempersiapkan hal-hal dunia, persiapan yang
paling utama, adalah mempersiapkan rohani kita. Mempersiapkan diri menghayati sifat, jiwa, dan
perbuatan Kristus. Kita perlu mempersiapkan diri untuk mampu mengampuni,
memaafkan bahkan mengasihi orang yang menyakiti, yang mengganggu hidup kita.
Dengan demikian, menyongsong Natal dan Tahun Baru maka kita merasakan
perjumpaan dengan Tuhan dalam damai sejahtera. Hendaklah kita semuanya
bersukacita. Maka ketika Tuhan yang kita nanti-nantikan datang, Dia mengangkat
kita semua dalam kasihNya. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar