KEPADAMULAH AKU
BERKENAN
Menanti dan berharap merupakan bagian dari
kehidupan manusia. Manusia menantikan yang diimpikan, dan berharap segala
impiannya dapat terwujud. Kita meyakini, bahwa apa yang kita impikan itu dapat
membawa pada kehidupan yang lebih baik.
Oleh sebab itu, selama yang kita impikan itu belum tercapai akan
menimbulkan kegelisahan. Dan memang, untuk mencapai suatu impian tidaklah
mudah, ada hambatan yang harus dihadapi.
Pada zaman Yohanes, umat Tuhan sedang
menghadapi kondisi hidup yang sangat buruk disebabkan oleh para penguasa. Para
pemimpin menjalankan kekuasaan dengan kekerasan, otoriter, serta penuh
ketamakan. Hidup menjadi tidak tenteram.
Rakyat tidak lagi memiliki pegangan hidup. Kegelisahan menyelimuti kehidupan
mereka.
Suasana demikian sungguh memprihatinkan.
Mereka merindukan adanya perubahan yang dapat memberikan kehidupan lebih baik.
Yohanes pada saat itu sangat gencar
melakukan baptisan bagi banyak orang. Orang-orang berdatangan kepadanya untuk
dibaptis. Mungkin ragam motif orang yang datang untuk menerima baptisan
Yohanes. Yang jelas, gerakan yang dilakukan Yohanes membuat muncul anggapan
bahwa Yohanes adalah pemimpin yang mereka nantikan dan harapkan membawa
pembaharuan dan keselamatan. Tetapi Yohanes menepis anggapan itu (16), “Aku
membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan
datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu
dengan Roh Kudus dan dengan api.”
Bagi Yohanes, dirinya hanyalah seorang
pelayan untuk mempersiapkan kehadiran Sang Pembuat perubahan dan Pemberi
keselamatan. Pembaharu dan pemberi keselamatan itu memiliki kuasa yang
melampaui segala kuasa. Siapakah Dia itu ?
Yohanes telah rutin
melaksanakan baptisan. Suatu ketika, setelah seorang bernama Yesus menerima
baptisan, terjadi peristiwa misteri. (1) langit terkoyak.
Masyarakat memahami bahwa alam semesta terbagi dua, yaitu dunia dimana manusia
berada dan dunia atas (sorga) di mana Allah bersemayam. Oleh sebab itu, ketika
‘langit terkoyak‘ dimaknai sebagai terbukanya perkara-perkara sorgawi. Allah
yang bersemayam di sorga datang ke dalam dunia.
(2) Ada Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Merpati merupakan lambang ketulusan
hati, kesucian, kebersihan, kesederhanaan, dan kelemahlembutan. Allah yang
datang itu adalah Allah yang tulus, suci, sederhana, dan lemah lembut. (3) Lalu
terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Mulah Aku berkenan." Suara ini merupakan pernyataan tentang
kesatuan Yesus dengan Allah. Yesus memiliki hubungan yang khas dengan Allah.
Peristiwa baptisan
Yesus menjadi proklamasi kepada orang banyak, bahwa Allah yang maha mulia dan
berkuasa datang ke dalam dunia. Allah berkenan atas kehadiran Yesus. Dia lah
sesungguhnya yang dinanti dan diharapkan manusia untuk perubahan dan
keselamatan. Yesus memimpin dengan lemah lembut (Matius 11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih
lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Matius 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan). Manusia manusia layak mendengar dan meminta pertolongan
kepada Yesus.
Zaman sekarang ini, banyak gereja
mempersoalkan baptisan ; (a) cara percik atau harus diselam. (b) Tempatnya pun bisa dipersoalkan ; di
dalam bak atau di kolam renang atau di sungai lah. Dan mungkin (seolah-olah
Alkitabiah) bahwa baptis harus di sungai Yordan. (c) Akhirnya soal siapa. Tak
mengherankan juga, sangat mungkin orang menokohkan tentang siapa yang
membaptis.
Gereja menjadi berputar-putar di sekitar
seremonial dan dogma belaka. Sesungguhnya, bukan soal bagaimana seseorang
menerima baptisan dan tempatnya dibaptis atau siapa yang membaptis. Masalah
baptisan sepertinya tidak perlu lagi diperdebatkan ; mengapa anak-anak, mengapa
tidak diselam, mengapa hanya dipercik ? Baptisan itu bukan soal duniawi (usia,
cara, dan tempat) tetapi rohani. Sebab yang bekerja untuk baptisan adalah Roh
Kudus. Yang utama, orang yang telah
menerima pengampunan mengalami pertumbuhan dan bangkit menjadi manusia baru.
Menurut Martin Luther : Baptisan memberi keampunan dosa, serta memberi
keselamatan yang kekal. Baptisan merupakan penguburan dosa-dosa manusia,
termasuk dosa warisan. OSI, orang yang menerima baptisan telah menjadi manusia
baru.
Kita telah memasuki Tahun 2016 ini.
Perjalanan panjang masih kita tempuh. Di dalam perjalanan ini kita tentu
memiliki impian dan harapan. Kita tidak kuasa untuk berjalan sendirian, sebab
manusia memiliki kemampuan yang terbatas. Kita tidak mampu menerobus semua
rintangan untuk menggapai impian dan harapan. Dalam menggapai harapan, kita
membutuhkan penolong yang memiliki kuasa, yaitu Yesus. Yesus hendaknya menjadi
kekuatan kita untuk menggapai segala harapan. Yesus sungguh-sungguh kekuatan
bila kita hidup dengan meneladaniNya ; tulus hati, suci, sederhana, dan penuh kelembutan.
Selanjutnya, kita hidup dengan saling
melayani. Pelayanan yang kita lakukan bukan berdasarkan kekuatan kita tetapi
panggilan kita sebagai pengikut Tuhan Yesus. Dan seluruh pelayanan yang kita
lakukan bukan penonjolan diri melainkan ketaatan kita kepada Tuhan. Karena itu,
segala pelayanan yang boleh kita lakukan haruslah dengan rendah hati,
menghayati atas yang telah Yesus perbuat bagi hidup kita. Dalam pelayanan yang
demikianlah kita dibenarkan Tuhan dan beroleh sukacita. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar