28 November 2016

Roma 15:4-13 (Minggu Advent)



      BERPEGANG TEGUH PADA PENGHARAPAN


Sila ketiga dari Pancasila menyebutkan Persatuan Indonesia. Sila ini menjadi sangat penting mengingat bangsa kita terdiri dari berbagai suku, agama, kulit, geografis, serta perbedaan lainnya. Kondisi ini sangat rentan menimbulkan perpecahan bagi bangsa kita. Pemerintah selalu mengupayakan persatuan itu dengan memunculkan berbagai istilah : kerukunan, dialog umat beragama, toleransi dan belakangan ini NKRI. Pemerintah mensosialisasikan itu melalui pembinaan atau seminar di berbagai tempat. Tujuannya sangat jelas, yaitu supaya kesatuan bangsa tetap terpelihara. 

Kekristenan bertumbuh begitu hebat di kota Roma. Orang-orang Kristen memang menyadari panggilan mereka sebagai orang yang telah dikhususkan. Mereka adalah orang-orang yang telah dipilih dan dipanggil Tuhan. Namun di dalam pertumbuhan itu timbul perbedaan, baik di dalam persekutuan maupun di luar. Masalah yang cukup tajam kelihatan adalah perbedaan Yahudi dengan non-Yahudi, dan orang bersunat dengan tak bersunat. Selain perbedaan itu, kekristenan juga menghadapi tantangan yang sangat berat dari pemerintah Romawi. Dengan demikian persekutuan Kristen bukan hanya menghadapi masalah di dalam tetapi juga keluar.
Melalui konteks itulah, Paulus menekankan pentingnya kerukunan, dimana mereka boleh saling menerima. Paulus menegaskan agar kerukunan itu dimulai dari hidup persekutuan orang-orang percaya. Hidup di dalam kerukunan akan memberikan sukacita dan damai sejahtera bagi kehidupan manusia.
Mereka hendaknya satu hati dan satu suara
Satu hati dan satu suara memiliki standar, dimana seluruh tindakan adalah untuk kemuliaan Allah. Karena itu, yang mendasar dalam memuliakan Tuhan adalah dimana setiap orang boleh saling menerima. Kristus telah melakukan itu dengan menerima setiap orang, bahkan sekalipun orang itu berdosa. Kristus mengampuni setiap orang yang berkenan datang kepadaNya yang menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Semuanya menjadi satu di dalam penebusan Kristus, tidak ada lagi orang bersunat dan tak bersunat, yang kuat dan lemah, tetapi semua bersatu dalam memuliakan Tuhan. Setiap orang memang memiliki kekurangan tetapi hendaklah saling menerima. Orang yang belum dapat menerima orang lain, berarti orang itu belum mengimani kematian Kristus sebagai penebusan dosanya.
Kesatuan di dalam persekutuan Tuhan bukan berdasarkan demokrasi tetapi saling menerima. Itulah satu hati dan satu suara dalam memuliakan Tuhan.
Persekutuan yang menjadi teladan
Kesatuan di dalam Kristus akan menjadi teladan terhadap sekitarnya. Keteladanan itu akan membuat bangsa atau orang lain terpanggil untuk memuliakan Tuhan. Adalah tugas setiap orang percaya untuk membawa jiwa memuji dan memuliakan Tuhan. Bukan hanya manusia yang telah bergabung dalam komunitas Kristus tetapi hendaklah semua memuji Tuhan. Sikap menjadi sebuah teladan yang tepat untuk menyatakan kabar baik bagi setiap orang.

Mazmur 133 dengan indah sekali menggambarkan orang yang hidup rukun, ‘Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!....Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya’.
Tuhan memang menciptakan kita dengan berbagai perbedaan ; asal daerah, profesi, tingkat ekonomi, bentuk badan, hobby, suku, marga, kulit, status. Tetapi Kristus tidak menghendaki perbedaan itu memisahkan yang satu dengan yang lain. Perbedaan justru menjadi sebuah keindahan di dalam hidup manusia bila kita memahami maksud Tuhan. Jika perbedaan itu kita gunakan untuk kemuliaan Tuhan maka hidup itu menjadi indah. Dengarkanlah paduan suara (koor) begitu enaknya terdengar dibandingkan dengan hanya satu suara. Perbedaan suara yang dipadu sedemikian rupa menjadi begitu sedap kedengaran. Memang, jika suara yang berbeda itu tidak dapat dipadukan dengan baik, maka lebih baik mereka tak usah bernyanyi, karena dapat merusak gendang telinga. Demikian juga perbedaan hidup yang Tuhan anugerahkan bagi manusia harus dapat dipadukan dengan saling menerima yang satu dengan lainnya.
Hendaklah seperti Kristus yang telah menerima manusia berdosa menjadi sahabatNya.  Kita sudah diperdamaikan Kristus dengan Allah, sehingga kita menjadi anak-anak Allah. Anak-anak Allah harus menjadi teladan di dalam hidupnya, secara khusus bersama-sama dengan seluruh orang percaya (Gereja). Hidup saling menerima perbedaan didalam kasih dan pembenaran Tuhan Yesus Kristus akan menciptakan kedamaian. Kebersamaan dan kedamaian jemaat maka akan menjadi teladan bagi sekitarnya, sehingga seluruh dunia ikut serta memuliakan Allah.
‘….marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun’ (Roma 14:19). Damai sejahtera seharusnya menjadi tujuan hidup orang percaya, dan TY menginginkan hal itu terwujud di dalam hidup orang Kristen. Damai sejahtera dan sukacita dapat diwujudkan manusia dengan hidup dalam bimbingan Roh Kudus. Dengan hidup saling peduli dan saling menerima, maka kita telah membangun persekutuan tubuh Kristus, sehingga setiap orang juga dapat merasakan damai sejahtera.
Gereja tidak boleh menutup dirinya sendiri. Gereja juga perlu membangun hubungan antar gereja untuk saling menerima (inter-denominasi). Gereja masih terus bergumul untuk boleh saling menerima. Kita terus berdoa agar seluruh gereja boleh saling menerima.
Kita juga masih menghadapi pergumulan bernuansa sara (suku, agama, ras, antar golongan). Kita bersyukur beberapa aksi demo yang berkaitan dengan kerukunan boleh berlangsung dengan baik. Kita berdoa agar persatuan tetap terjaga di tengah negeri kita.
Di tengah-tengah dunia yang makin beragam ini, orang-orang percaya perlu membangun hubungan yang benar dengan Tuhan. Suasana damai sejahtera dan sukacita tidak datang dan hadir begitu saja tetapi menjadi tugas setiap orang percaya melalui saling menerima, sehingga tercipta kerukunan. Semua ini boleh terjadi jika setiap orang berpegang teguh pada pengharapan di dalam Kristus. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar