BERPEGANG
TEGUH PADA PENGHARAPAN
Sila ketiga dari
Pancasila menyebutkan Persatuan Indonesia. Sila ini menjadi sangat penting
mengingat bangsa kita terdiri dari berbagai suku, agama, kulit, geografis,
serta perbedaan lainnya. Kondisi ini sangat rentan menimbulkan perpecahan bagi
bangsa kita. Pemerintah selalu mengupayakan persatuan itu dengan memunculkan
berbagai istilah : kerukunan, dialog umat beragama, toleransi dan belakangan
ini NKRI. Pemerintah mensosialisasikan itu melalui pembinaan atau seminar di
berbagai tempat. Tujuannya sangat jelas, yaitu supaya kesatuan bangsa tetap
terpelihara.
Kekristenan
bertumbuh begitu hebat di kota Roma. Orang-orang Kristen memang menyadari
panggilan mereka sebagai orang yang telah dikhususkan. Mereka adalah
orang-orang yang telah dipilih dan dipanggil Tuhan. Namun di dalam pertumbuhan
itu timbul perbedaan, baik di dalam persekutuan maupun di luar. Masalah yang
cukup tajam kelihatan adalah perbedaan Yahudi dengan non-Yahudi, dan orang
bersunat dengan tak bersunat. Selain perbedaan itu, kekristenan juga menghadapi
tantangan yang sangat berat dari pemerintah Romawi. Dengan demikian persekutuan
Kristen bukan hanya menghadapi masalah di dalam tetapi juga keluar.
Melalui konteks
itulah, Paulus menekankan pentingnya kerukunan, dimana mereka boleh saling
menerima. Paulus menegaskan agar kerukunan itu dimulai dari hidup persekutuan
orang-orang percaya. Hidup di dalam kerukunan akan memberikan sukacita dan
damai sejahtera bagi kehidupan manusia.
Mereka
hendaknya satu hati dan satu suara
Satu hati dan satu suara memiliki
standar, dimana seluruh tindakan adalah untuk kemuliaan Allah. Karena itu, yang
mendasar dalam memuliakan Tuhan adalah dimana setiap orang boleh saling
menerima. Kristus telah melakukan itu dengan menerima setiap orang, bahkan
sekalipun orang itu berdosa. Kristus mengampuni setiap orang yang berkenan
datang kepadaNya yang menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Semuanya menjadi satu di
dalam penebusan Kristus, tidak ada lagi orang bersunat dan tak bersunat, yang
kuat dan lemah, tetapi semua bersatu dalam memuliakan Tuhan. Setiap orang
memang memiliki kekurangan tetapi hendaklah saling menerima. Orang yang belum
dapat menerima orang lain, berarti orang itu belum mengimani kematian Kristus
sebagai penebusan dosanya.
Kesatuan di dalam
persekutuan Tuhan bukan berdasarkan demokrasi tetapi saling menerima. Itulah
satu hati dan satu suara dalam memuliakan Tuhan.
Persekutuan yang menjadi teladan
Kesatuan di dalam
Kristus akan menjadi teladan terhadap sekitarnya. Keteladanan itu akan membuat
bangsa atau orang lain terpanggil untuk memuliakan Tuhan. Adalah tugas setiap
orang percaya untuk membawa jiwa memuji dan memuliakan Tuhan. Bukan hanya
manusia yang telah bergabung dalam komunitas Kristus tetapi hendaklah semua
memuji Tuhan. Sikap menjadi sebuah teladan yang tepat untuk menyatakan kabar
baik bagi setiap orang.
Mazmur 133 dengan indah sekali menggambarkan orang yang hidup rukun,
‘Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama
dengan rukun!....Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk
selama-lamanya’.
Tuhan memang
menciptakan kita dengan berbagai perbedaan ; asal daerah, profesi, tingkat
ekonomi, bentuk badan, hobby, suku, marga, kulit, status. Tetapi Kristus tidak
menghendaki perbedaan itu memisahkan yang satu dengan yang lain. Perbedaan
justru menjadi sebuah keindahan di dalam hidup manusia bila kita memahami
maksud Tuhan. Jika perbedaan itu kita gunakan untuk kemuliaan Tuhan maka hidup
itu menjadi indah. Dengarkanlah paduan suara (koor) begitu enaknya terdengar dibandingkan
dengan hanya satu suara. Perbedaan suara yang dipadu sedemikian rupa menjadi
begitu sedap kedengaran. Memang, jika suara yang berbeda itu tidak dapat
dipadukan dengan baik, maka lebih baik mereka tak usah bernyanyi, karena dapat
merusak gendang telinga. Demikian juga perbedaan hidup yang Tuhan anugerahkan
bagi manusia harus dapat dipadukan dengan saling menerima yang satu dengan
lainnya.
Hendaklah seperti
Kristus yang telah menerima manusia berdosa menjadi sahabatNya. Kita sudah diperdamaikan Kristus dengan
Allah, sehingga kita menjadi anak-anak Allah. Anak-anak Allah harus menjadi
teladan di dalam hidupnya, secara khusus bersama-sama dengan seluruh orang
percaya (Gereja). Hidup saling menerima perbedaan didalam kasih dan pembenaran
Tuhan Yesus Kristus akan menciptakan kedamaian. Kebersamaan dan kedamaian
jemaat maka akan menjadi teladan bagi sekitarnya, sehingga seluruh dunia ikut
serta memuliakan Allah.
‘….marilah kita
mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling
membangun’ (Roma 14:19). Damai sejahtera seharusnya menjadi tujuan hidup orang
percaya, dan TY menginginkan hal itu terwujud di dalam hidup orang Kristen.
Damai sejahtera dan sukacita dapat diwujudkan manusia dengan hidup dalam
bimbingan Roh Kudus. Dengan hidup saling
peduli dan saling menerima, maka kita telah membangun persekutuan tubuh
Kristus, sehingga setiap orang juga dapat merasakan damai sejahtera.
Gereja tidak
boleh menutup dirinya sendiri. Gereja juga perlu membangun hubungan antar
gereja untuk saling menerima (inter-denominasi). Gereja masih terus bergumul
untuk boleh saling menerima. Kita terus berdoa agar seluruh gereja boleh saling
menerima.
Kita juga masih
menghadapi pergumulan bernuansa sara (suku, agama, ras, antar golongan). Kita
bersyukur beberapa aksi demo yang berkaitan dengan kerukunan boleh berlangsung
dengan baik. Kita berdoa agar persatuan tetap terjaga di tengah negeri kita.
Di tengah-tengah
dunia yang makin beragam ini, orang-orang percaya perlu membangun hubungan yang
benar dengan Tuhan. Suasana damai sejahtera dan sukacita tidak datang dan hadir
begitu saja tetapi menjadi tugas setiap orang percaya melalui saling menerima,
sehingga tercipta kerukunan. Semua ini boleh terjadi jika setiap orang berpegang
teguh pada pengharapan di dalam Kristus. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar