TUJUKANLAH HATIMU KE
JALAN YANG BENAR
Sembilan bulan
lamanya seorang anak dalam kandungan dan kemudian dilahirkan oleh ibunya. Anak
itu kemudian dirawat, dipelihara, dibesarkan oleh orangtuanya. Apa yang
diharapkan orang tua dari anak yang dikandung, dilahirkan, dirawat dan
dibesarkan itu ? Tak lain dan tidak bukan, hanyalah agar anak tersebut
bertumbuh menjadi orang yang bijak. Orang tua akan bersukacita, bersukaria, dan
bersorak-sorak bila anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang bijak.
Dalam kehidupan
orang Israel ada tiga hal penting untuk menciptakan manusia yang bijak : hikmat
(nasehat), pendidikan dan orangtua. Hikmat adalah sumber pengajaran yang dapat
menumbuhkan sikap mental dan tata-krama yang menunjang kedayagunaan dan
kemajuan dalam pengabdian. Hikmat memberikan kemampuan intelektual yang tajam
dan tinggi serta kemampuan yang kritis dalam membuat pertimbangan-pertimbangan
untuk pengambilan keputusan.
Hikmat (nasehat)
menjadi bahan ‘kurikulum’ yang diajarkan kepada anak-anak bangsa di Israel. Pengajar
yang utama bukanlah guru di sekolah-sekolah atau imam di tempat ibadah,
melainkan orangtua menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya di rumah.
Orang yang
beroleh hikmat akan hidup dengan jujur. Jujur berarti berkata-kata dan
bertindak dengan apa adanya, tidak ada dusta dalam hidupnya. Kejujuran menjadi
sangat penting untuk keharmonisan hidup. Ketidakjujuran akan menjadi ancaman,
baik kepada dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Orang yang
beroleh hikmat juga tidak akan pernah iri hati. Orang yang berhikmat akan
menjaga hatinya sedemikian rupa. Bagi orang berhikmat, segala sesuatunya sudah
ditetapkan Tuhan. Maka sekalipun orang-orang berdosa memiliki kelebihan, itu
adalah wewenang Tuhan. Orang berhikmat percaya bahwa Tuhan telah menyiapkan
segala sesuatu bagi anak-anaknya. Bedanya, orang yang tidak jujur memperolehnya
dengan kejahatan dan itu tidak akan membuatnya bersukacita. Sedangkan orang
yang memperolehnya dengan kejujuran akan menikmatinya dengan sukacita.
Tuhan adalah
sumber hikmat itu. Oleh sebab itu, setiap orang yang ingin berhikmat maka ia
harus senantiasa menujukan (mengarahkan) hatinya ke jalan yang benar. Orang tua
memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan hikmat itu kepada
anak-anaknya. Sebab orang tua adalah guru yang terutama dalam mengajarkan
hikmat tersebut.
Orang yang
berhikmat akan ditandai juga dengan praktek hidup yang benar (etika). Orang
yang berhikmat bukan hanya berteori (berwacana), tetapi ia menjalani hidup
secara benar. Orang berhikmat mengetahu segala yang bermanfaat dan yang tak
berguna di dalam hidupnya. Ia akan menjauhi diri dari ‘peminum anggur’ dan
‘pelahap daging’…….yah, semacam parmitu beratlah. Peminum anggur dan
pelahap daging adalah gambaran orang-orang yang rakus, serakah, tidak mampu
mengendalikan nafsunya. Orang berhikmat akan jauh dari hidup yang demikian.
Orang berhikmat
tentu saja akan selalu menghormati orang tua. Penghormatan terhadap orang tua
ditandai dengan ketaatan kepada kebenaran yang telah diajarkan. Sekalipun orang
tua yang melahirkan anak sudah renta tetapi ajarannya akan selalu up to date.
Sebab yang diajarkan orang tua adalah hikmat yang akan berlaku sepanjang zaman.
Anak-anak yang taat dan setia pada hikmat yang diajarkan akan menyukakan
orangtuanya. Dengan taat kepada ajaran hikmat maka si anak tidak akan pernah
menjadi anak durhaka, melainkan memberikan sukacita bagi ayahnya.
‘Berikanlah
hatimu kepadaku’. ‘ku’ dalam ay 26 ini adalah hikmat/nasehat itu sendiri,
yaitu Allah. Allah adalah sumber hikmat itu. Karena itu, setiap orang harus
memperhatikan kata-kata firman Allah dengan betul-betul. Dengan demikian,
nasehat ini bukan hanya berlaku bagi anak-anak kecil tetapi kepada semua umat
manusia pada segala usia. Firman Allah menuntun manusia agar menjadi bijak.
Setiap orang hendaklah taat kepada firman Allah maka Tuhan berkenan bagi
umatNya. Kedudukan orang tua atau guru dapat menjadi jurubicara dari hikmat
itu.
Tuhan telah
menyelamatkan kita dengan kasihNya. Tuhan menghendaki umatNya agar hidup dengan
jujur. Kejujuran seseorang hanya dirinya dengan Tuhan yang mengetahuinya. Namun
cepat atau lambat, kejujuran seseorang akan terkuak. Ketidakjujuran akan
menimbulkan keburukan bagi dirinya dan orang lain. Oleh sebab itu peliharah
kejujuran di dalam hati kita.
Mari kita
senantiasa memandang kepada Tuhan agar kita dimampukan menjalani hidup dengan
kejujuran. Dunia masa kini adalah dunia yang penuh tipu-muslihat, dusta. Di
dalam rumah tangga, pekerjaan, terlebih di dalam gereja Tuhan, maka kejujuran
sangat menentukan ketenangan dan kedamaian. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar