4 April 2013

Matius 9:35-38 (Khotbah Minggu, 14 April 2013)



TERGERAK OLEH BELAS KASIHAN

Ayat-ayat Matius fasal 9 ini didahului dengan menampilkan pelayanan Yesus yang begitu banyak dan mengagumkan : (1 – 8) Yesus menyembuhkan orang lumpuh di Yerusalem, (9 – 13) Yesus memberitahukan apa yang seharusnya dilakukan manusia, (14 – 17) Yesus mengajarkan hal berpuasa, (18 – 26) Yesus menyembuhkan orang yang sakit pendarahan, (27 – 31) Yesus menyembuhkan orang buta, (32 – 34) Yesus menyembuhkan orang bisu. Setelah melakukan pelayanan yang begitu banyak dan berat, Yesus sungguhsungguh dapat merasakan derita yang dialami manusia. Yesus melihat dan merasakan banyak penderitaan/penyakit manusia. Yesus juga tahu, bahwa manusia itu sesungguhnya lelah dan terlantar. Yesus empati. Yesus peduli. Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan menyaksikan manusia itu.
Yesus menggambarkan manusia itu seperti domba yang tidak bergembala. Berikut ini gambaran tentang domba : (a) Suka berteman/berkelompok. Domba adalah hewan yang suka berteman. Domba suka dengan cara hidup bersama-sama atau berkelompok dalam jumlah besar. Dalam gerombolan domba itu, akan ada seekor domba yang menjadi pemimpin. Seluruh domba yang lain akan taat pada domba yang satu itu. (b) Penakut. Domba adalah hewan penakut. Domba akan merasa nyaman jika berkumpul banyak karena masing-masing merasa terlindungi. Namun jika musuh datang menyerang, maka domba-domba itu akan berlari mencari perlindungan. Domba akan sangat takut pada binatang yang memusuhinya (terutama anjing). Domba bukan binatang pelawan. (c) Kecerdasannya. Domba bukanlah binatang yang cerdas. Tingkat  kecerdasan domba berada di bawah babi dan sapi. Mereka bereaksi terhadap situasi yang mereka hadapi menggunakan naluri. Karena itu, domba memiliki persepsi yang kurang baik. (d) Tidak dapat menolong diri sendiri. Ketika domba terguling, maka ia tidak bisa bangun sendiri. Domba yang jatuh memerlukan bantuan. (e) Taat pada gembalanya. Sekalipun domba itu penakut, tidak cerdas, tidak dapat menolong diri sendiri, namun sangat patuh pada pemimpin (gembalanya).
Domba yang tidak memiliki gembala akan bingung karena ia bukanlah binatang cerdik tetapi penakut dan lemah (tidak dapat membebaskan dirinya sendiri). Jika domba tidak memiliki gembala, maka domba-domba itu akan terlantar, bingung, berputar-putar di tempat tanpa arah. Domba-domba itu membutuhkan gembala  (pemimpin), yang dapat menuntun mereka ke air yang tenang dan rumput hijau. Oleh sebab itu, domba akan taat kepada perintah seorang gembala yang baik.
Demikianlah Yesus melihat manusia baik di kota maupun desa yang dilaluiNya. Manusia itu sangat lemah, takut, tidak cerdas, dan tidak dapat menolong diri sendiri. Manusia itu sakit, menderita, lelah dan terlantar, berjalan di tempat. Manusia tidak mengerti kemana arah tujuan hidupnya. Bingung ! Kasihan amat ini manusia !
Yesus memandang manusia itu dengan hati yang penuh belas-kasihan. Yesus menghendaki manusia itu agar memiliki arah dan kepastian hidup. Manusia memerlukan tuntunan. Yesus memakai istilah "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit”.  Manusia yang lelah, menderita, takut, dan bingung itu perlu mendapat penuntun, yang dapat mengarahkan mereka. Yesus menginginkan para pemimpin (penuntun), agar mereka dibebaskan dari rasa yang menghantui hidupnya. Mereka harus diberi kekuatan baru untuk bergerak, berjalan meninggalkan kebingungan menuju tujuan hidup yang pasti. Yesus memerlukan gembala lebih banyak dan berkualitas agar mampu menuntun mereka memiliki arah hidup yang pasti dan keselamatan kekal. Gembala yang baik hanya jika ia diutus (memiliki panggilan) dari yang empunya tuaian.

Apakah kita bagian yang merasa lelah dalam menjalani hidup ini ? Atau, apakah kita sudah merasa mapan dengan kemajuan yang dicapai zaman ini ? Kemajuan zaman ternyata tidak membebaskan manusia dari rasa lelah. Sepuluh dan dua puluh tahun yang lalu para orang tua belum mengeluh menyekolahkan anaknya sampai SMA. Sekarang SD pun sudah repot. (untung ada Gus Dur yang menghibur : Kok repot-repot!) Kemajuan zaman juga tidak membuat hati manusia makin tenteram,  malah makin bingung.  Kemajuan zaman tidak mampu menciptakan “kompas” yang dapat menuntun manusia mencapai tujuan hidup damai. Satu sisi manusia mau menguasai dunia, pada sisi lain mengeluh dengan kehidupan dunia. Ini gambaran manusia yang terlantar, bingung, akibatnya jalan di tempat.
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” Perkataan Tuhan Yesus ini sangat relevan sekarang ini. Diperlukan para pelayan. Barangkali, dari segi jumlah, saat ini pelayan sudah sangat banyak (beda dengan pada masa Yesus). Sekarang ini sudah banyak Pendeta, Penatua, Evanggelis. Namun, saat ini dibutuhkan pelayan-pelayan yang tangguh dan berkualitas untuk tuaian yang banyak itu. Tuhan telah mempercayakan ‘proyek’ ini bagi lembaga Gereja untuk menuai. Seluruh pelayan dan jemaat sedang dipakai Tuhan untuk ‘menggarap’ tuaian itu. Tuhan menghendaki kita semua menjadi pelayan yang tangguh dan berkualitas. Aneh, seringkali gereja sibuk dan menguras waktu, tenaga, pikiran, serta materi untuk pertemuan-pertemuan ; baik untuk persiapan rutin sekali seminggu (sermon), Rapat Penatua, Rapat Majelis, dan Sidang Umum. Di dalam pertemuan itu dibicarakan berbagai program dengan adu argument sambil mempertontonkan kehebatan berbicara dan mengungkapkan segudang pengalaman. Namun, setelah pertemuan berakhir, maka berakhir juga program itu. Rapat berlalu tanpa ada gerak belas kasih. Tuaian itu tidak diselesaikan di dalam rapat-rapat tetapi dilakoni oleh gerakan belas kasih.  
Selanjutnya, tuaian yang banyak itu bukan hanya di luar sana tapi juga di dalam lingkungan kita sendiri. Karena itu, firman Tuhan ini masih sangat kontekstual ; kini dan di sini. Adakah kita tergerak memenuhi panggilan Yesus menjadi pekerjaNya ? Tuhan memerlukan pelayanan yang tangguh dari kita semua. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar