TERGERAK
OLEH BELAS KASIHAN
Ayat-ayat Matius fasal 9 ini didahului
dengan menampilkan pelayanan Yesus yang begitu banyak dan mengagumkan : (1 – 8)
Yesus menyembuhkan orang lumpuh di Yerusalem, (9 – 13) Yesus memberitahukan apa
yang seharusnya dilakukan manusia, (14 – 17) Yesus mengajarkan hal berpuasa,
(18 – 26) Yesus menyembuhkan orang yang sakit pendarahan, (27 – 31) Yesus
menyembuhkan orang buta, (32 – 34) Yesus menyembuhkan orang bisu. Setelah
melakukan pelayanan yang begitu banyak dan berat, Yesus sungguhsungguh dapat
merasakan derita yang dialami manusia. Yesus melihat dan merasakan banyak
penderitaan/penyakit manusia. Yesus juga tahu, bahwa manusia itu sesungguhnya lelah dan terlantar. Yesus empati.
Yesus peduli. Tergeraklah hati Yesus
oleh belas kasihan menyaksikan manusia itu.
Yesus menggambarkan manusia itu seperti domba yang tidak bergembala. Berikut
ini gambaran tentang domba : (a) Suka berteman/berkelompok. Domba adalah hewan
yang suka berteman. Domba suka dengan cara hidup bersama-sama atau berkelompok
dalam jumlah besar. Dalam gerombolan domba itu, akan ada seekor domba yang
menjadi pemimpin. Seluruh domba yang lain akan taat pada domba yang satu itu.
(b) Penakut. Domba adalah hewan penakut. Domba akan merasa nyaman jika
berkumpul banyak karena masing-masing merasa terlindungi. Namun jika musuh
datang menyerang, maka domba-domba itu akan berlari mencari perlindungan. Domba
akan sangat takut pada binatang yang memusuhinya (terutama anjing). Domba bukan
binatang pelawan. (c) Kecerdasannya. Domba bukanlah binatang yang cerdas. Tingkat
kecerdasan domba berada di bawah babi dan sapi. Mereka bereaksi terhadap
situasi yang mereka hadapi menggunakan naluri. Karena itu, domba memiliki persepsi
yang kurang baik. (d) Tidak dapat menolong diri sendiri. Ketika domba terguling,
maka ia tidak bisa bangun sendiri. Domba yang jatuh memerlukan bantuan. (e)
Taat pada gembalanya. Sekalipun domba itu penakut, tidak cerdas, tidak dapat
menolong diri sendiri, namun sangat patuh pada pemimpin (gembalanya).
Domba yang tidak memiliki gembala akan
bingung karena ia bukanlah binatang cerdik tetapi penakut dan lemah (tidak
dapat membebaskan dirinya sendiri). Jika domba tidak memiliki gembala, maka
domba-domba itu akan terlantar, bingung, berputar-putar di tempat tanpa arah.
Domba-domba itu membutuhkan gembala
(pemimpin), yang dapat menuntun mereka ke air yang tenang dan rumput
hijau. Oleh sebab itu, domba akan taat kepada perintah seorang gembala yang
baik.
Demikianlah Yesus melihat manusia baik di
kota maupun desa yang dilaluiNya. Manusia itu sangat lemah, takut, tidak
cerdas, dan tidak dapat menolong diri sendiri. Manusia itu sakit, menderita,
lelah dan terlantar, berjalan di tempat. Manusia tidak mengerti kemana arah
tujuan hidupnya. Bingung ! Kasihan amat ini manusia !
Yesus memandang manusia itu dengan hati
yang penuh belas-kasihan. Yesus menghendaki manusia itu agar memiliki arah dan kepastian
hidup. Manusia memerlukan tuntunan. Yesus memakai istilah "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit”. Manusia yang lelah,
menderita, takut, dan bingung itu perlu mendapat penuntun, yang dapat
mengarahkan mereka. Yesus menginginkan para pemimpin (penuntun), agar mereka
dibebaskan dari rasa yang menghantui hidupnya. Mereka harus diberi kekuatan baru
untuk bergerak, berjalan meninggalkan kebingungan menuju tujuan hidup yang
pasti. Yesus memerlukan gembala lebih banyak dan berkualitas agar mampu menuntun
mereka memiliki arah hidup yang pasti dan keselamatan kekal. Gembala yang baik
hanya jika ia diutus (memiliki panggilan) dari yang empunya tuaian.
Apakah kita bagian yang merasa lelah dalam
menjalani hidup ini ? Atau, apakah kita sudah merasa mapan dengan kemajuan yang
dicapai zaman ini ? Kemajuan zaman ternyata tidak membebaskan manusia dari rasa
lelah. Sepuluh dan dua puluh tahun yang lalu para orang tua belum mengeluh
menyekolahkan anaknya sampai SMA. Sekarang SD pun sudah repot. (untung
ada Gus Dur yang menghibur : Kok repot-repot!) Kemajuan zaman juga tidak membuat
hati manusia makin tenteram, malah makin
bingung. Kemajuan zaman tidak mampu
menciptakan “kompas” yang dapat menuntun manusia mencapai tujuan hidup damai.
Satu sisi manusia mau menguasai dunia, pada sisi lain mengeluh dengan kehidupan
dunia. Ini gambaran manusia yang terlantar, bingung, akibatnya jalan di tempat.
"Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” Perkataan Tuhan Yesus ini sangat relevan
sekarang ini. Diperlukan para pelayan. Barangkali, dari segi jumlah, saat ini
pelayan sudah sangat banyak (beda dengan pada masa Yesus). Sekarang ini sudah
banyak Pendeta, Penatua, Evanggelis. Namun, saat ini dibutuhkan pelayan-pelayan
yang tangguh dan berkualitas untuk tuaian yang banyak itu. Tuhan telah
mempercayakan ‘proyek’ ini bagi lembaga Gereja untuk menuai. Seluruh pelayan
dan jemaat sedang dipakai Tuhan untuk ‘menggarap’ tuaian itu. Tuhan menghendaki
kita semua menjadi pelayan yang tangguh dan berkualitas. Aneh, seringkali
gereja sibuk dan menguras waktu, tenaga, pikiran, serta materi untuk
pertemuan-pertemuan ; baik untuk persiapan rutin sekali seminggu (sermon),
Rapat Penatua, Rapat Majelis, dan Sidang Umum. Di dalam pertemuan itu
dibicarakan berbagai program dengan adu argument sambil mempertontonkan
kehebatan berbicara dan mengungkapkan segudang pengalaman. Namun, setelah
pertemuan berakhir, maka berakhir juga program itu. Rapat berlalu tanpa ada
gerak belas kasih. Tuaian itu tidak diselesaikan di dalam rapat-rapat tetapi dilakoni
oleh gerakan belas kasih.
Selanjutnya, tuaian yang banyak itu bukan
hanya di luar sana tapi juga di dalam lingkungan kita sendiri. Karena itu,
firman Tuhan ini masih sangat kontekstual ; kini dan di sini. Adakah kita
tergerak memenuhi panggilan Yesus menjadi pekerjaNya ? Tuhan memerlukan
pelayanan yang tangguh dari kita semua. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar