AKAR SALING
MENGASIHI
Kata kasih sudah begitu melekat dalam
kehidupan Kristiani, bahkan seperti sudah milik Kristen. Kasih itu memang layak
menjadi milik Kristen jika kasih yang dilakukan orang Kristen itu berakar pada
kasih Kristus.
Kasih Kristus sendiri bersumber dari
hubungan kasih Allah dengan AnakNya, Yesus Kristus. Yesus tinggal di dalam Bapa
dan Bapa di dalam Yesus. Hubungan antara Bapa dengan Anak, dimana AnakNya,
Yesus Kristus tinggal di dalam Bapa, maka mengalirlah kasih Bapa kepada
AnakNya. Hubungan kasih yang demikian itulah Allah berkenan mengutus Yesus ke
dalam dunia. Dalam pengutusannya, Yesus membagi kasih dengan Ia menderita, dan
taat sampai mati. Kesetiaan Anak, yang menerima kasih dari Allah Bapa itulah yang kemudian memberikan keselamatan
bagi umat manusia. (Yohanes 14:10 b) : ‘Apa
yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa,
yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.’ Yesus tampil
sebagai manusia tetapi Ia berkarya berdasarkan kuasa Allah yang mengutusnya.
Demikian juga Yesus berkata kepada
murid-muridNya, supaya mereka tinggal di dalam kasih Kristus. Tinggal di dalam
Kristus berarti senantiasa melakukan kontak denganNya dan para murid menjadi
penerima kasih Yesus. Hubungan murid dengan Kristus harus senantiasa dipelihara
agar kasih yang dari Yesus senantiasa mengalir dalam kehidupan para murid. Dengan
memelihara hubungan secara terus-menerus dengan Kristus, maka para murid
dimampukan mengalahkan kelemahan manusia duniawinya. Tinggal di dalam Kristus juga
akan memampukan para murid memperoleh sukacita. Sekalipun para murid tampaknya
menderita tetapi mereka akan mengalami sukacita yang sempurna. Mengapa ? Karena
kuasa Kristuslah yang sesungguhnya bekerja di dalam dirinya. Itu sebabnya,
ketika Paulus di penjara karena kebenaran Injil, tetapi dari dalam kurungan ia
mampu menyerukan sukacita (Filipi 4:4),
‘Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan.’ Itulah orang yang tinggal di dalam kasih
Kristus. Dengan hidup di dalam Kristus, maka tindakan atau perbuatan para murid
bukan lagi berdasarkan kuasa dirinya sendiri melainkan Kristus yang bertindak.
Selanjutnya,
hanya dengan tinggal di dalam Kristuslah maka para murid dimampukan perintah
Yesus. Perintah Yesus adalah supaya saling mengasihi. Perintah untuk saling
mengasihi ini, pertama-tama untuk kedua belas muridnya, tetapi juga mengasihi
orang lain, termasuk mengasihi musuh (Matius
5:44) ‘Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu.’
Perintah Tuhan di dalam kehidupan manusia
adalah untuk saling mengasihi, seperti Yesus mengasihi murid. Kasih Yesus
kepada murid-muridnya bukanlah kasih yang pura-pura tetapi kasih yang tulus,
kasih kepada seorang sahabat. Kasih yang dilakukan seseorang kepada sahabatnya,
maka perbuatannya itu tidak mengikat, tidak mengharapkan balas jasa tetapi murni
menolong sahabatnya itu. Sebab, sekalipun seorang sahabat itu tidak berbuat apa-apa,
mereka akan tetap bersahabat. Tetapi, seorang sahabat yang baik tidak ragu-ragu
untuk memberikan yang termahal dari dirinya, termasuk nyawanya demi sahabatnya.
(entahlah kalau lagu ‘Anak Medan). Seseorang yang menyebut dirinya bersahabat
tetapi tidak rela memberikan miliknya untuk kebutuhan sahabatnya itu, maka mereka
sesungguhnya belum bersahabat. Yesus berkata (ay.14), ‘Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan
kepadamu.’ Atau, jika kamu tidak berbuat yang kuperintahkan, maka kamu bukanlah
sahabatKu.
Para murid yang telah tinggal di dalam
Yesus, maka perbuatan untuk mengasihi bukan lagi pilihan tetapi ketetapan
Allah. Artinya, orang yang berbuat kasih itu bukan lagi perintah dari dirinya
melainkan perintah Tuhan. Mengasihi akan menjadi karakter dari orang yang
tinggal di dalam Kristus.
Seringkali orang berkata sulit untuk
melakukan perintah Tuhan. Belajar dari firman Tuhan ini, ketidakmampuan kita
untuk mengasihi sesama karena kita tidak tinggal di dalam Tuhan. Kita hendaknya
tinggal di dalam Tuhan. Kita tinggal di dalam Tuhan melalui hubungan yang kita
lakukan dengan doa atau bersaat teduh. Kita juga dapat membangun hubungan
dengan Tuhan melalui perenungan atas segala kehidupan ini. Kita juga boleh
berupaya menikmati kebaikan Tuhan atas pengampunan dosa, betapa baiknya Tuhan
di dalam kehidupan ini. Kita juga perlu meng-aminkan bahwa Tuhan telah
memberikan kasihNya bagi kita. Kita juga perlu menyadari, bahwa kehidupan dunia
ini hanyalah sementara. Pada akhirnya, semua manusia akan meninggalkan dunia
ini dan menghadap Tuhan. Semua itu membuat kita tinggal di dalamnya. Tentu kita
tidak boleh lalai melalui Ibadah setiap minggunya dan kebaktian lingkungan
disela-sela hari kerja. Semua itu akan membangun relasi yang begitu indah
bersama Tuhan. Dengan hubungan yang indah dengan Tuhan maka kita dimampukan
melakukan perintahNya, untuk saling mengasihi.
Menjadi renungan juga bagi kita, apakah
tindakan yang kita lakukan selama ini sudah kasih yang berakar di dalam Kristus ? Seringkali
kita ditengah-tengah kehidupan ini menggugat kebaikan yang pernah kita perbuat.
Akibatnya, kebaikan yang pernah ditanam menjadi sia-sia. Kita tidak memperoleh
sukacita, dari perbuatan yang pernah kita lakukan.
Yesus telah mengutus kita menjadi dutaNya
ke tengah-tengah dunia ini untuk memberlakukan kasihNya. Tindakan kita yang
didasari atas kasih dari Kristus akan memampukan kita untuk saling mengasihi.
Bukan hanya mengasihi orang yang dekat dengan kita ; suami/isteri, anak-anak,
orangtua, tetapi juga orang-orang lain yang memang layak menerima kasih yang
kita miliki, bahkan kita juga dituntut untuk mengasihi musuh. Semua itu dapat
kita lakukan jika kita senantiasa membangun hubungan dengan Yesus. Saat kita
berbagi kasih yang dari Tuhan maka kita akan mengalami sukacita yang penuh. AMIN
makasih ..
BalasHapussmoga blognya makin maju..