30 April 2014

1 Petrus 1:17-23 (Minggu, 4 Mei 2014)



BERSUNGGUHSUNGGUH SALING MENGASIHI (1 Petrus 1:17-23)

Dunia ini merupakan gelanggang pertarungan antara kebenaran dengan kejahatan. Kejahatan dapat menjadi pemenang jika kejahatan sudah dianggap lumrah (biasa). Tetapi kejahatan akan tetap sebagai kejahatan dihadapan ‘Sang Kebenaran” yang kelak menghakimi.
Manusia memiliki naluri untuk memiliki dunia ini. Namun, untuk memperolehnya perlu menghindari kejahatan. Orang Kristen tidak boleh menggunakan segala cara untuk memperoleh harta dunia. Orang Kristen haruslah memegang teguh pada etika ‘ada rasa takut pada Tuhan’. Orang Kristen tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak berkenan kepadaNya. Apalagi pada zaman gereja mula-mula, orang Kristen berada dalam penindasan kekaisaran Romawi. Mereka tidak menyukai orang Kristiani. Mereka akan selalu mencari-cari kesalahan orang Kristen.

Oleh sebab itu, Petrus mengingatkan agar kehidupan orang Kristen harus berbeda dengan kehidupan sebelum mereka menjadi anak-anak Allah. Kehidupan masa lalu nenek moyang mereka adalah budak. Mereka diperbudak oleh nilai-nilai dunia. Nenek moyang mereka hampir saja tidak mau keluar dari Mesir. Mereka menikmati kehidupan sebagai budak. Sungut-sungut timbul dalam perjalanan 40 Tahun disebabkan soal-soal makanan dan minuman. Sekalipun Tuhan telah menempatkan mereka di negeri Kanaan yang penuh susu dan madu tetapi mereka kurang puas. Mereka pun melakukan penyembahan pada allah lain. Nilai-nilai dunia itu telah membuat mereka jatuh ke dalam dosa. Mereka kehilangan gambar Allah. Mereka melakukan ini semua ini karena dunia menjadi tujuan mereka. Akibatnya, mereka telah jatuh ke dalam dosa.
Tetapi Yesus telah menebus dosa-dosa yang mereka warisi. Penebusan Yesus bukan dengan barang fana. Yesus Kristus menebus umatNya dengan nilai yang tak terbatas, yaitu dengan darahNya yang kudus. Penebusan ini mengingatkan tradisi imam-imam Israel mempersembahkan bermacam-macam binatang dan memercikkan darahnya demi pengampunan dosa umat. Kematian Yesus di salib dilukiskan sebagai kurban demi pengampunan dosa manusia (Roma 3:25-26). Yesus juga diumpamakan sebagai anak domba yang tidak bercela, yang darahNya berkuasa untuk menghapus dosa manusia. Penebusan yang Yesus lakukan ini semata-mata karena belas kasih Tuhan. Tuhan mengasihi umatNya. Tuhan ingin manusia menikmati kehidupan yang penuh kekudusan. Karena penebusan itu pula lah, maka orang percaya haruslah beriman dan berpengharapan kepada Allah, bukan lagi pada dunia fana ini.
Penebusan yang Yesus perbuat merupakan tanda-tanda akhir zaman. Dunia yang penuh penderitaan ini tidak lagi akan berlangsung lama. Umat Tuhan tidak boleh menjadi lemah atau bosan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup ini. Orang percaya harus terus memiliki pengharapan sampai mati. ‘Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatanganNya’ (Ibrani 10:37).
 Sekarang ini adalah masa sementara menunggu datangnya hari penghakiman, saat sukacita bagi anak-anak Tuhan. Dalam hidup masa penantian di dunia sementara ini, maka anak-anak Tuhan haruslah mensyukuri penebusan itu dengan tetap berbuat kasih : mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas dan saling mengasihi dengan segenap hati. Demikianlah kita hidup sebagai anak-anak Allah sambil  menantikan Janji Allah yang penuh sukacita dan kebahagiaan kekal.  

Minggu MISERICORDIAS DOMINI (Nyanyikanlah segala belas kasih Allah). Nama minggu ini mengajak kita untuk meneguhkan iman percaya kita pada belas kasih Allah. ‚Belas Kasih Allah‘ mengingatkan kita agar jangan khawatir, jangan takut, jangan putus asa sekalipun ada pergumulan. Firman Tuhan sudah menjangkau semua kesulitan, penderitaan, ketidakadilan dan pelanggaran hukum di dunia ini. Tetapi, orang percaya tidak perlu khawatir. Di tengah-tengah kehidupan yang demikian rupa, kita diuji sejauhmana kedalaman iman percaya kita pada firman Tuhan. Tentu saja, setiap orang yang percaya pada firman Tuhan, ia akan selalu merasakan kasih setia Tuhan. Hanya saja, sejauhmana kita menyerahkan hidup kita kepada belas kasihNya. Kita orang-orang yang telah dibenarkan mestinya menyerahkan kehidupan kita pada Tuhan Yesus Kristus, yang mau berbelas kasih itu. Di dalam Yesus itulah, kita mengalami ketenangan hidup.
Belas kasihNya menggerakkan kita untuk melayani, menolong dan mengasihi sesama. Kita dapat melayani dengan talenta yang kita miliki, kita juga kiranya senantiasa berdoa supaya Tuhan terus-menerus memperlengkapi para pelayan yang sudah ada. Dengan belas kasih Tuhan kita dimampukan untuk berbelas kasih kepada orang lain. Melalui belas kasih Allah, maka kita makin dimantapkan menjalani hidup dan memiliki kepastian akan keselamatan yang kekal.
Kita dapat merasakan belas kasih Tuhan apabila hidup kita tidak terikat pada yang fana. Kita boleh percaya bahwa segala yang fana itu telah diaturkan oleh Tuhan. Jika Tuhan memberi banyak bagi saudara, maka syukuri dan gunakanlah untuk kemuliaan Tuhan.  Kita seringkali menganggap  bahwa kita akan selalu hidup di dunia ini. Manusia seringkali berpikir bahwa ia akan selalu di dunia ini, sehingga tindakannya tidak ada rasa takut pada Tuhan. Semua perbuatannya hanya berdasarkan keinginan dan menurut aturan pribadinya. Ia lupa akan kasih Allah, dan akibatnya sulit mengasihi sesama. Hidup yang demikian tidak ada sukacita. Dunia ini bukanlah tujuan kita. Dunia hanyalah sebuah lintasan yang harus dilalui untuk sampai pada tujuan kita, yaitu kehidupan kekal. Oleh sebab itu, kita jangan terjerat membuat dunia ini sebagai tempat menetap selamanya. Ketika orang masuk ke liang lahat maka pelayan akan membacakan kitab Wahyu  14:13 : "karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." Manusia perlu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Yesus Kristus telah melakukan penebusan, mati satu kali untuk selamanya, dengan darah yang mahal. Karena itu, marilah kita mengisi kehidupan ini dengan berbuat baik, dan hidup dengan sungguhsungguh saling mengasihi. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar