BERSUNGGUHSUNGGUH
SALING MENGASIHI (1 Petrus 1:17-23)
Dunia ini merupakan gelanggang pertarungan
antara kebenaran dengan kejahatan. Kejahatan dapat menjadi pemenang jika
kejahatan sudah dianggap lumrah (biasa). Tetapi kejahatan akan tetap sebagai
kejahatan dihadapan ‘Sang Kebenaran” yang kelak menghakimi.
Manusia memiliki naluri untuk memiliki
dunia ini. Namun, untuk memperolehnya perlu menghindari kejahatan. Orang
Kristen tidak boleh menggunakan segala cara untuk memperoleh harta dunia. Orang
Kristen haruslah memegang teguh pada etika ‘ada rasa takut pada Tuhan’. Orang
Kristen tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak berkenan kepadaNya. Apalagi
pada zaman gereja mula-mula, orang Kristen berada dalam penindasan kekaisaran Romawi. Mereka tidak menyukai orang Kristiani. Mereka akan
selalu mencari-cari kesalahan orang Kristen.
Oleh sebab itu, Petrus mengingatkan agar
kehidupan orang Kristen harus berbeda dengan kehidupan sebelum mereka menjadi
anak-anak Allah. Kehidupan masa lalu nenek moyang mereka adalah budak. Mereka
diperbudak oleh nilai-nilai dunia. Nenek moyang mereka hampir saja tidak mau
keluar dari Mesir. Mereka menikmati kehidupan sebagai budak. Sungut-sungut
timbul dalam perjalanan 40 Tahun disebabkan soal-soal makanan dan minuman.
Sekalipun Tuhan telah menempatkan mereka di negeri Kanaan yang penuh susu dan
madu tetapi mereka kurang puas. Mereka pun melakukan penyembahan pada allah
lain. Nilai-nilai dunia itu telah membuat mereka jatuh ke dalam dosa. Mereka
kehilangan gambar Allah. Mereka melakukan ini semua ini karena dunia menjadi
tujuan mereka. Akibatnya, mereka telah jatuh ke dalam dosa.
Tetapi Yesus telah menebus dosa-dosa yang
mereka warisi. Penebusan Yesus bukan dengan barang fana. Yesus Kristus menebus
umatNya dengan nilai yang tak terbatas, yaitu dengan darahNya yang kudus.
Penebusan ini mengingatkan tradisi imam-imam Israel mempersembahkan
bermacam-macam binatang dan memercikkan darahnya demi pengampunan dosa umat.
Kematian Yesus di salib dilukiskan sebagai kurban demi pengampunan dosa manusia
(Roma 3:25-26). Yesus juga diumpamakan sebagai anak domba yang tidak bercela,
yang darahNya berkuasa untuk menghapus dosa manusia. Penebusan yang Yesus
lakukan ini semata-mata karena belas kasih Tuhan. Tuhan mengasihi umatNya.
Tuhan ingin manusia menikmati kehidupan yang penuh kekudusan. Karena penebusan
itu pula lah, maka orang percaya haruslah beriman dan berpengharapan kepada
Allah, bukan lagi pada dunia fana ini.
Penebusan yang Yesus
perbuat merupakan tanda-tanda akhir zaman. Dunia yang penuh penderitaan ini
tidak lagi akan berlangsung lama. Umat Tuhan tidak boleh menjadi lemah atau
bosan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup ini. Orang percaya harus terus memiliki
pengharapan sampai mati. ‘Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan
Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatanganNya’ (Ibrani 10:37).
Sekarang ini adalah masa sementara menunggu
datangnya hari penghakiman, saat sukacita bagi anak-anak Tuhan. Dalam hidup masa
penantian di dunia sementara ini, maka anak-anak Tuhan haruslah mensyukuri
penebusan itu dengan tetap berbuat kasih : mengamalkan kasih persaudaraan yang
tulus ikhlas dan saling mengasihi dengan segenap hati. Demikianlah kita hidup
sebagai anak-anak Allah sambil
menantikan Janji Allah yang penuh sukacita dan kebahagiaan kekal.
Minggu MISERICORDIAS DOMINI (Nyanyikanlah segala belas kasih Allah). Nama
minggu ini mengajak kita untuk meneguhkan iman percaya kita pada belas kasih
Allah. ‚Belas Kasih Allah‘ mengingatkan kita agar jangan khawatir, jangan
takut, jangan putus asa sekalipun ada pergumulan. Firman Tuhan sudah
menjangkau semua kesulitan, penderitaan, ketidakadilan dan pelanggaran hukum di
dunia ini. Tetapi, orang percaya tidak perlu khawatir. Di tengah-tengah kehidupan
yang demikian rupa, kita diuji sejauhmana kedalaman iman percaya kita pada
firman Tuhan. Tentu saja, setiap orang yang percaya pada firman Tuhan, ia akan
selalu merasakan kasih setia Tuhan. Hanya saja, sejauhmana kita menyerahkan hidup kita kepada belas kasihNya.
Kita orang-orang yang telah dibenarkan mestinya menyerahkan kehidupan kita pada
Tuhan Yesus Kristus, yang mau berbelas kasih itu. Di dalam Yesus itulah, kita
mengalami ketenangan hidup.
Belas kasihNya
menggerakkan
kita untuk melayani, menolong dan mengasihi sesama. Kita dapat melayani dengan
talenta yang kita miliki, kita juga kiranya senantiasa berdoa supaya Tuhan terus-menerus
memperlengkapi para pelayan yang sudah ada. Dengan belas kasih
Tuhan kita dimampukan untuk berbelas kasih kepada orang lain. Melalui belas kasih
Allah, maka kita makin dimantapkan menjalani hidup dan memiliki kepastian akan
keselamatan yang kekal.
Kita dapat merasakan belas kasih Tuhan
apabila hidup kita tidak terikat pada yang fana. Kita boleh percaya bahwa
segala yang fana itu telah diaturkan oleh Tuhan. Jika Tuhan memberi banyak bagi
saudara, maka syukuri dan gunakanlah untuk kemuliaan Tuhan. Kita seringkali menganggap bahwa kita akan selalu hidup di dunia ini.
Manusia seringkali berpikir bahwa ia akan selalu di dunia ini, sehingga
tindakannya tidak ada rasa takut pada Tuhan. Semua perbuatannya hanya
berdasarkan keinginan dan menurut aturan pribadinya. Ia lupa akan kasih Allah,
dan akibatnya sulit mengasihi sesama. Hidup yang demikian tidak ada sukacita. Dunia
ini bukanlah tujuan kita. Dunia hanyalah sebuah lintasan yang harus dilalui
untuk sampai pada tujuan kita, yaitu kehidupan kekal. Oleh sebab itu, kita
jangan terjerat membuat dunia ini sebagai tempat menetap selamanya. Ketika
orang masuk ke liang lahat maka pelayan akan membacakan kitab Wahyu 14:13 : "karena
segala perbuatan mereka menyertai mereka." Manusia perlu
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Yesus Kristus telah melakukan
penebusan, mati satu kali untuk selamanya, dengan darah yang mahal. Karena itu,
marilah kita mengisi kehidupan ini dengan berbuat baik, dan hidup dengan
sungguhsungguh saling mengasihi. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar