PERJANJIAN ALLAH DENGAN ABRAHAM
Abraham dikenal sebagai ‘bapa orang
percaya’. Sebutan itu melekat pada Abraham karena perjalanan hidupnya dipenuhi
oleh janji-janji Allah. Ia taat dengan mem-pasrah-kan hidupnya pada janji itu.
Ia tidak takut dan hanyut pada godaan dan ancaman dunia.
Perjanjian Allah dengan Abraham ditandai
dengan syarat agar Abraham hidup dengan tidak bercela. Dalam hidup yang
demikianlah, Allah memenuhi janji-janjiNya kepada Abraham.
Janji Allah adalah Abraham akan memiliki
keturunan yang banyak. Keturunan yang banyak itu bukan saja dari segi jumlah
tetapi lebih utama lagi berkwalitas. Keturunannya akan menjadi raja-raja di
berbagai bangsa.
Yang menarik dari janji ini adalah, perjanjian
itu berlangsung pada saat Abraham berusia Sembilan puluh Sembilan tahun, dan
saat isterinya Sara sudah pada usia yang tak mungkin lagi mampu melahirkan
anak. Tetapi dua puluh empat tahun setelah janji itu, Tuhan menampakkan diri
kepada Abraham dengan suatu berita dan sebuah tuntutan dari Sara.
Janji Allah untuk
"menjadi Allahmu" adalah janji terbesar dalam Alkitab. Janji ini
merupakan janji pertama yang melandasi semua janji lainnya. Ini juga berarti
bahwa kasih karunia, pengampunan, janji-janji, perlindungan, bimbingan,
kebaikan, pertolongan, dan berkat diberikan kepada mereka di dalam kasih. Semua
orang Kristen mewarisi janji yang sama melalui iman kepada Kristus (Gal 3:15).
Allah juga berjanji bagi setiap orang-orang
percaya. Allah menjanjikan kehidupan indah bagi setiap orang yang percaya
padaNya. Janji-janji tersebut adalah dasar dari Injil Kristus. Karenanya,
sebagaimana Abraham mendapat panggilan dari Allah, begitu juga yang dialami
oleh orang-orang Kristen. Janji itu pasti akan terpenuhi asalkan orang-orang
percaya taat dan setia kepada Tuhan, yaitu untuk meninggalkan hal-hal yang
bersifat sementara dalam hidup ini. Orang percaya senantiasa dituntut untuk hidup
dengan setia dalam iman pada Kristus. Kita dapat membayangkan bagaimana Abraham
mempertimbangkan janji-janji tersebut selama perjalanannya. “Karena iman
Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik
pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju’ (Ibr.
11:8). Sebagaimana Janji-janji Allah diberikan pada waktu pertama kali
diberikan, demikian juga yang kita alami. Walaupun kita tidak tahu dengan
pasti, seperti apakah Kerajaan Allah itu, tapi dengan iman kepada firman Allah,
akan membuat kita berhasrat untuk mematuhinya.
Dalam mencapai kehidupan indah yang Kristus
janjikan, kita mungkin mungkin menghadapi hal-hal yang menyedihkan. Kita
diperhadapkan dengan tantangan, ancaman, derita, cemohan, ejekan oleh dunia
ini. Tetapi hal itu memang merupakan konsekuensi dari menerima dan melaksanakan
janji-janji Allah. Satu-satunya hal yang tersedia sebagai motivasi dalam
menempuh perjalanan sampai terpenuhinya janji tersebut adalah kesetiaan. Kita harus
mengingat dan merenungkannya setiap hari untuk mengetahui maksud yang
sebenarnya dari janji Allah itu.
Dengan memperlihatkan iman yang sama, dan
melakukannya, maka kita akan mendapat kehormatan seperti yang diterima Abraham,
yaitu kehidupan abadi dalam Kerajaan Allah. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar