MENYADARI APA YANG
DIIMANI
Keadaan hidup ini
sering berulang-ulang dengan suasana yang berbeda. Karena itu, mendengar,
mengerti, dan mengingat atas suatu peristiwa atau perkataan sangatlah penting.
Pengabaian atas semua itu dapat menjadikan keliru dan gagal paham atas suatu
peristiwa yang mengikutinya.
Ketika bersama
murid-muridNya, Yesus telah mengungkapkan segala peristiwa yang akan terjadi
pada diriNya. Yesus mengungkapkan dan mengajarkan banyak hal kepada para
muridNya. Andaikan mereka focus pada setiap ungkapan Yesus maka kematian dan
kebangkitan Yesus tak perlu membuat para murid takut, khawatir, dan gelisah.
Kematian dan kebangkitan mestinya menjadi sukacita bagi para murid.
Kleopas dan
seorang murid lainnya berjalan menuju Emaus pada suasana hati yang kecewa.
Mereka hendak pulang ke rumahnya dan sekaligus menyegarkan tubuh dengan air
panas (aek rangat – Emaus). Mereka telah letih, sedih, dan kecewa atas kematian
serta hilangnya mayat Yesus. Peristiwa yang baru saja terjadi menjadi bahan
percakapan antara Kleopas dengan sahabatnya sepanjang Yerusalem – Emaus.
Kesedihan yang mereka alami membuat mereka tidak menyadari kehadiran Yesus.
Mereka tahu bahwa ada orang bersama mereka tetapi tidak mengenal (sadar) bahwa
itu adalah Yesus.
Yesus ‘nimbrung’
atas percakapkan Kleopas dan seorang sahabatnya. Kleopas langsung saja
mengungkapkan pikirannya bahwa Yesus adalah seorang nabi yang penuh kuasa
(memiliki wibawa), yang mereka harapkan dapat membawa pembebasan (kemerdekaan)
Israel dari kekuasaan Romawi. Kleopas juga mengakui bahwa Yesus tidak ada di kubur.
Tetapi ini bentuk kekecewaan, sebab Kleopas tidak meyakini berita yang beredar
bahwa ‘Yesus itu hidup’. Ketidakyakinan Kleopas ini ditandai dengan kata-kata
(22-24) : ‘terkejut, tidak menemukan mayat, tidak mereka lihat’.
Yesus merespon
pikiran Kleopas. Yesus mengatakan : "Hai kamu orang bodoh….’. Kebodohan
biasanya dikaitkan dengan pikiran (nalar atau logika) tetapi tidak demikian
yang dimaksud Yesus tetapi karena ‘betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak
percaya’. Para nabi telah sering mengatakan dan mengutip firman Tuhan bahwa
peristiwa yang akan terjadi pada Yesus. Tetapi mereka tidak mau memberi hati
(tidak mau tahu), apalagi mau memahami, maka tak mungkin pula mereka percaya.
Padahal, firman Tuhan telah menuliskan bahwa Mesias harus menderita untuk
kemudian menerima kemuliaanNya. HATI YANG MEMBUAT PERCAYA….
Namun, Kleopas
dan sahabatnya tidak sepenuhnya lupa atau mengabaikan ajaran dan teladan Yesus.
Ajaran Yesus tentang kasih tampaknya masih melekat dalam diri mereka. Sekalipun
Kleopas tidak mengenal Yesus (setelah kebangkitanNya) tetapi mereka mengajakNya
untuk tinggal bersama di rumahnya, sebab matahari sudah hampir terbenam. Mereka
tinggal dan makan bersama. Saat makan bersama itu, Yesus melakukan persis
seperti yang dilakukan pada perjamuan malam terakhir, yaitu dengan mengambil
roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan dan membagikannya. Peristiwa ini
mengingatkan mereka kembali akan apa yang pernah dilakukan Yesus. Saat itulah Kleopas
seperti tersadar dan sungguh melihat Yesus, tetapi Yesus segera lenyap dari
pandangan mereka.
Mereka pun
teringat perjalanan antara Yerusalem – Emaus sepanjang 11 KM. Semula mereka
begitu lelah dan suasana hati sedih. Tetapi saat mereka telah bersama dengan
Yesus maka perjalanan itu begitu ‘mengasyikkan’. Kleopas bersama sahabatnya tidak
lagi merasa sedih dan lelah. Semua itu karena mereka sedang berjalan dan
mendengar sang Firman. Dengan indah sekali Lukas mengutip ungkapan perasaan mereka
saat berjalan dalam penyertaan Yesus (32) : ‘Bukankah hati kita
berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia
menerangkan Kitab Suci kepada kita?’ Dengan penuh semangat, Kleopas bersama
sahabatnya kembali ke Yerusalem untuk memberitakan perjumpaan mereka dengan
Yesus. Mereka pun mewartakan Yesus Kristus yang telah bangkit itu dengan
sukacita.
Kita telah sering
mendengar renungan/khotbah dan membaca Alkitab (firman Tuhan), di berbagai
tempat dan waktu. Apakah semua itu memberi pengaruh bagi hidup kita ? Bagaimana
firman itu bertumbuh dalam diri kita ? Mengapa kita terus gelisah dan galau
menghadapi hidup ini ? Bukankah seharusnya firman itu mengubahkan dan membangun,
sehingga kita dimampukan dan dikuatkan menghadapi hidup ini ? Bukankah karena
seluruh hidup ini kita arahkan kepada hal-hal yang jasmani, bahkan kita
menjadikan firman Tuhan sebagai ‘stempel’ bagi kesuksesan dunia ? Itu juga yang
terjadi dalam pikiran para murid Yesus, seperti ungkapan Kleopas (21). Mereka
hanya mengharapkan sejauh kebebasan dari kungkungan pemerintahan Romawi. Padahal
Yesus melampaui semua itu. Dia bukan hanya Raja bagi Israel saja tetapi bagi
semua bangsa. Juga bukan sekedar perolehan jasmani tetapi Yesus memberi kehangatan
cinta kasih.
Yesus Kristus
tidak pernah meninggalkan kita. Dia senantiasa menyertai perjalanan hidup kita.
Dia hadir pada segala waktu dan tempat dan memberikan kesegaran jiwa dan
semangat baru. Namun, bagaimana kita dapat merasakan dan menyadari kehadiranNya
? Kita terus dengan tekun membaca, mendengar, merenungkan, serta mengimani
firmanNya. Dengan demikianlah kita merasakan dan menyadari kehadiran Tuhan yang
menyertai kita. Kehadiran Tuhan akan menguatkan dan memberi semangat yang
berkobar-kobar bagi untuk mewartakan Kristus melalui pelayanan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar