11 April 2017

Markus 15:22-41 (Jumat Agung)



Markus 15 : 22 – 41 

            YESUS MENYELAMATKAN KITA

Semua manusia telah berdosa sekalipun manusia tidak sadar akan dosa yang diperbuat. Manusia justru sering membenarkan dirinya, padahal ia berada dalam dosa. Di saat kita mencerca orang lain, di situ pula kita telah menimbun dosa dalam diri kita. 

Salah satu dosa yang dilakukan manusia adalah kekerasan. Manusia yang seharusnya makhluk yang beradab tetapi tidak jarang berlaku lebih biadab dari binatang buas. Dalam satu situasi saja tampak betapa jahatnya manusia. Peristiwa di Golgota menunjukkan kesadisan manusia.
Di saat Yesus sudah tak berdaya :
-          orang banyak masih menyalibkan Dia,
-          ada orang lain menari-nari dengan membagi pakaian-Nya
-          masih ada yang memberi penghinaan : "Raja orang Yahudi".
-          Hujatan dan olok-olok terus keluar dari mulut pendosa.
Memang di tengah-tengah keganasan yang berlangsung pada Yesus, masih ada orang-orang yang bermurah hati, memberi anggur bercampur mur. Minuman ini memang dapat mengurangi rasa sakit, semacam obat bius. Tetapi Yesus menolak itu. Yesus ingin menghadapi kematian itu dengan pikiran jernih. Yesus bukan mati konyol tetapi memiliki visi keselamatan manusia.
Perlu kita sadari, bukan kekerasan itu yang membuat Yesus menjadi mati tetapi kematian Kristus adalah kematian yang telah dirancang Allah. Yesus harus mati. Kekerasan yang ditunjukkan pada peristiwa kematian Yesus hanyalah menunjukkan puncak dari kebiadaban/keganasan manusia. Penyaliban Yesus adalah akumulasi dari dosa itu. Manusia telah melampaui batas pri-kemanusiaan. Manusia menjadi lebih ganas dari binatang buas. Manusia kehilangan akal sehatnya. Keserakahan, mengolok-olok, dan menindas orang yang sedang menderita adalah perlakuan manusia yang acapkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu merupakan dosa kejahatan.
Yesus telah menerima dan menanggung semua kejahatan manusia itu. Puncak dari penanggungan atas dosa manusia diperbuat Yesus dengan cucuran darahNya. 
Yesus berseru dari puncak Salib Golgota ; ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu. Perkataan ini sesungguhnya lazim dipergunakan oleh orang Yahudi sebagai sebuah doa menghantar tidur. Bagi orang Yahudi, tidur dianggap semacam orang mati. Jadi, apabila orang mau tidur, orang itu  menyerahkan roh atau nyawanya kepada Allah, dengan kepercayaan bahwa akan dibangunkan kembali. Dengan demikian, ungkapan Yesus ini adalah suatu keyakinan, bahwa kematian Yesus bukanlah kematian yang kekal tetapi Yesus akan mengalami kebangkitan.
Kematian Yesus ditandai dengan peristiwa alam dan kesaksian/pengakuan. (a) Tabir Bait Suci terbelah dua. Hal ini ditafsirkan sebagai terbukanya hubungan setiap orang dengan Allah. Tidak ada kuasa yang dapat memisahkan manusia dengan Tuhan. (b) Peristiwa kematian Yesus juga disertai dengan kesaksian.  Kepala Pasukan yang ganas berubah memuliakan Allah : ‘Sungguh, orang ini adalah orang benar’.  Pengakuan Kepala pasukan ini yang mengatakan bahwa Yesus adalah orang benar. Yang dimaksud dengan kebenaran, kematian Yesus membawa keselamatan bagi banyak orang.
Keselamatan inilah yang ditawarkan Yesus bagi saudara dan saya sebagai orang-orang beriman.

Gereja, yang di dalamnya terdiri dari orang-orang yang percaya, harus senantiasa mengalami pembaharuan/pertobatan. Itu sebabnya, gereja selalu mengingatkan akan dosa-dosa kita. Kita harus senantiasa mau diingatkan oleh firman kebenaran, agar kita memperoleh pembaharuan. Menuju pembaharuan sangatlah penting tetapi tidak selalu mudah dilakukan. Pembaharuan seringkali mengalami hambatan dari diri dan sekitar kita. Pembaharuan dapat dilakukan oleh orang yang mau diterangi oleh firman Tuhan.
Melalui peringatan kematian TY yang kesekian kali, seharusnyalah kita merenungkan dosa-dosa yang kita perbuat. Dosa mengakibatkan penderitaan ; derita bagi  diri kita dan bagi orang lain. Dosa bukan sekedar untuk kita tangisi tetapi perlu kita sesali dengan cara hidup dalam kebaharuan. Yesus mati sekali untuk selamanya. Yesus tidak akan disalibkan kembali karena dosa-dosa yang kita perbuat, tetapi membuat kita tidak beroleh keselamatan. Oleh sebab itu, hendaklah kita tidak lagi menambah-nambah deretan dosa.
Melalui peringatan kematian TY hari ini, patut pula kita merenungkan apa yang telah kita perbuat bagi Yesus. Orang-orang yang percaya kepada kematian Yesus Kristus seharusnya menjadi orang-orang yang terpanggil membaharui, menjadi berkat dimana kita berada, sehingga kita beroleh keselamatan kekal. AMIN.

Artikel Terkait



2 komentar: