Markus
15 : 22 – 41
YESUS MENYELAMATKAN KITA
Semua manusia telah
berdosa sekalipun manusia tidak sadar akan dosa yang diperbuat. Manusia justru
sering membenarkan dirinya, padahal ia berada dalam dosa. Di saat kita mencerca
orang lain, di situ pula kita telah menimbun dosa dalam diri kita.
Salah satu dosa yang
dilakukan manusia adalah kekerasan. Manusia yang seharusnya makhluk yang
beradab tetapi tidak jarang berlaku lebih biadab dari binatang buas. Dalam satu
situasi saja tampak betapa jahatnya manusia. Peristiwa di Golgota menunjukkan
kesadisan manusia.
Di saat Yesus sudah
tak berdaya :
-
orang banyak masih
menyalibkan Dia,
-
ada orang lain
menari-nari dengan membagi pakaian-Nya
-
masih ada yang memberi
penghinaan : "Raja orang Yahudi".
-
Hujatan dan olok-olok
terus keluar dari mulut pendosa.
Memang di
tengah-tengah keganasan yang berlangsung pada Yesus, masih ada orang-orang yang
bermurah hati, memberi anggur bercampur mur. Minuman ini memang dapat
mengurangi rasa sakit, semacam obat bius. Tetapi Yesus menolak itu. Yesus ingin
menghadapi kematian itu dengan pikiran jernih. Yesus bukan mati konyol tetapi
memiliki visi keselamatan manusia.
Perlu kita sadari,
bukan kekerasan itu yang membuat Yesus menjadi mati tetapi kematian Kristus
adalah kematian yang telah dirancang Allah. Yesus harus mati. Kekerasan yang
ditunjukkan pada peristiwa kematian Yesus hanyalah menunjukkan puncak dari
kebiadaban/keganasan manusia. Penyaliban Yesus adalah akumulasi dari dosa itu.
Manusia telah melampaui batas pri-kemanusiaan. Manusia menjadi lebih ganas dari
binatang buas. Manusia kehilangan akal sehatnya. Keserakahan, mengolok-olok, dan menindas orang yang sedang
menderita adalah perlakuan manusia yang acapkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Semua itu merupakan dosa kejahatan.
Yesus telah menerima
dan menanggung semua kejahatan manusia itu. Puncak dari penanggungan atas dosa
manusia diperbuat Yesus dengan cucuran darahNya.
Yesus berseru dari
puncak Salib Golgota ; ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.
Perkataan ini sesungguhnya lazim dipergunakan oleh orang Yahudi sebagai sebuah
doa menghantar tidur. Bagi orang Yahudi, tidur dianggap semacam orang mati.
Jadi, apabila orang mau tidur, orang itu
menyerahkan roh atau nyawanya kepada Allah, dengan kepercayaan bahwa
akan dibangunkan kembali. Dengan demikian, ungkapan Yesus ini adalah suatu
keyakinan, bahwa kematian Yesus bukanlah kematian yang kekal tetapi Yesus akan
mengalami kebangkitan.
Kematian Yesus
ditandai dengan peristiwa alam dan kesaksian/pengakuan. (a) Tabir Bait Suci
terbelah dua. Hal ini ditafsirkan sebagai terbukanya hubungan setiap orang
dengan Allah. Tidak ada kuasa yang dapat memisahkan manusia dengan Tuhan. (b)
Peristiwa kematian Yesus juga disertai dengan kesaksian. Kepala Pasukan yang ganas berubah memuliakan
Allah : ‘Sungguh, orang ini adalah orang benar’. Pengakuan Kepala pasukan ini yang mengatakan bahwa
Yesus adalah orang benar. Yang dimaksud dengan kebenaran, kematian Yesus
membawa keselamatan bagi banyak orang.
Keselamatan inilah yang
ditawarkan Yesus bagi saudara dan saya sebagai orang-orang beriman.
Gereja, yang di
dalamnya terdiri dari orang-orang yang percaya, harus senantiasa mengalami
pembaharuan/pertobatan. Itu sebabnya, gereja selalu mengingatkan akan dosa-dosa
kita. Kita harus senantiasa mau diingatkan oleh firman kebenaran, agar kita
memperoleh pembaharuan. Menuju pembaharuan sangatlah penting tetapi tidak
selalu mudah dilakukan. Pembaharuan seringkali mengalami hambatan dari diri dan
sekitar kita. Pembaharuan dapat dilakukan oleh orang yang mau diterangi oleh
firman Tuhan.
Melalui peringatan kematian TY yang
kesekian kali, seharusnyalah kita merenungkan dosa-dosa yang kita perbuat. Dosa
mengakibatkan penderitaan ; derita bagi
diri kita dan bagi orang lain. Dosa bukan sekedar untuk kita tangisi
tetapi perlu kita sesali dengan cara hidup dalam kebaharuan. Yesus mati sekali
untuk selamanya. Yesus tidak akan disalibkan kembali karena dosa-dosa yang kita
perbuat, tetapi membuat kita tidak beroleh keselamatan. Oleh sebab itu,
hendaklah kita tidak lagi menambah-nambah deretan dosa.
Melalui peringatan kematian TY hari ini,
patut pula kita merenungkan apa yang telah kita perbuat bagi Yesus. Orang-orang
yang percaya kepada kematian Yesus Kristus seharusnya menjadi orang-orang yang
terpanggil membaharui, menjadi berkat dimana kita berada, sehingga kita beroleh
keselamatan kekal. AMIN.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAmin pak pendeta ! Syalom !
BalasHapus