YESUS DIKASIHI DAN
DIPERKENAN ALLAH (Matius 3:13-17)
Minggu ke-2 di tahun 2014 ini, kita disapa
firman Tuhan dengan ajaran yang sangat penting dalam bergereja, yaitu baptisan.
Injil Matius mengisahkan baptis sebagai narasi yang menarik, dengan tokoh
sentralnya adalah Yohanes. Dari narasi yang muncul, dapat diketahui bahwa
baptisan pada zaman itu merupakan tanda pertobatan. Orang yang menerima baptisan
adalah orang yang sadar akan keberdosaannya. Itu sebabnya, Yohanes dengan
lantang berani berkata kepada mereka, “hai kamu keturunan ular beludak’. Mereka
yang berdosa itu dan datang membaptiskan diri membenarkan ungkapan itu. Dengan
sadar, mereka datang kepada hamba Tuhan (Yohanes) untuk memohon pengampunan
dosa.
Yang menarik dalam nas ini adalah Yesus
datang hendak membaptiskan diri. Muncul pertanyaan, apakah Yesus membaptiskan
diri karena Ia berdosa ? Yohanes mencegah kehendak Yesus untuk menerima baptisan.
Yohanes mencegah Yesus menerima baptisan.
Yesus
bermoral tinggi
Yohanes telah mengenal Yesus sebagai orang
yang memiliki moral jauh lebih tinggi dari dirinya. Yohanes mengenal prilaku
Yesus. Dan dari prilaku Yesus yang dikenal Yohanes, maka Yesus bukanlah seorang pendosa yang membutuhkan pertobatan.
Itu sebabnya Yohanes mencegah Yesus untuk menerima baptisan. Yohanes sadar, dia
yang layak menerima baptisan dari Yesus. Kesadaran Yohanes itu menunjukkan
bahwa ia adalah orang berdosa. Ia hanyalah perintis bagi kedatangan Juruselamat
seperti yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya (Yes 40:3), ‘Ada suara yang
berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan,
luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!’
Yesus
adalah Mesias
Melalui dialog Yesus dengan Yohanes,
Yohanes tidak kuasa mencegah baptisan Yesus. Ketika Yesus mengatakan, bahwa Ia
juga menerima baptisan sebagai pemenuhan (penggenapan) dari seluruh kehendak
Allah, maka Yohanes kemudian membaptis Yesus. Setelah baptisan Yesus
berlangsung, ada tiga peristiwa yang menarik pada baptisan Yesus.
Langit
terbuka
Melambangkan kedatangan Tuhan dan
kemuliaanNya ke dalam dunia. Yesus Kristus menjadi terang atas dunia ini
(Yesaya 60:1).
Ia
melihat Roh Allah seperti burung merpati
Merpati adalah simbol perdamaian.
Sifat-sifat merpati yang tulus, penuh kasih, lemah-lembut, tidak membalas,
tidak menyakiti, selalu berdamai. Yesus Kristus menampakkan gambaran ini dalam
pelayananNya, untuk membawa perdamaian bagi dunia.
Terdengar
suara : "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
‘Anak yang Kukasihi’, ungkapan yang
menunjukkan hubungan yang unik. Yesus mengutus Anak yang dikasihiNya.
‘kepadaNyalah Aku berkenan’, bukan saja
kepatuhanNya sampai saat itu, tetapi juga sebagai perantara yang dipakai Allah
untuk melaksanakan rencana keselamatanNya. Suara ini menunjukkan bahwa Yesus
adalah Mesias. Ia ditahbiskan sebagai Anak Allah.
Tuhan Yesus datang dan memberi diri dibaptis. Baptisan Tuhan
Yesus merupakan tanda bahwa Ia akan memulai
pekerjaaan Allah ditengah-tengah dunia ini. Baptisan Tuhan Yesus adalah penerimaan kuasa
untuk memulai pelayananNya memberitakan
dan membangun kerajaan Allah ditengah-tengah dunia ini. Yesus Kristus adalah
Anak yang dikasihi Allah dan kepadaNyalah Allah berkenan untuk mewujudkan
perdamaian dan keselamatan.
Baptisan merupakan tugas gereja, yang di
dalamNya Allah bekerja. Itu sebabnya baptisan dapat dilakukan kepada anak kecil
maupun dewasa. Ada yang mengatakan, “anak-anak kan belum paham baptisan
! Orang itu sesungguhnya memandang baptisan sebagai pekerjaan duniawi. Sebab,
orang itu tidak memiliki Allah yang luar biasa. Allah mampu menyampaikan pesan
kepada seorang bayi, bahkan dapat berbuat kepada orang yang masih dalam
kandungan.
Kita telah menerima baptisan dalam Nama
Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Kita telah dikuduskan dan layak menjadi
anak-anak Tuhan. Tetapi kita perlu terus menerus memelihara kekudusan itu, baik
dalam kata dan tindakan agar hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus Kristus. Kita harus
mengalami pembaharuan hati, jiwa, kata, tingkah laku menuju ke arah yang
dikehendaki Kristus. Jadi tidak ada gunanya orang berulang-ulang dibaptis jika
tidak mengalami pembaharuan.
Orang yang dibaharui dengan menerima
baptisan haruslah menghasilkan buah Roh (Galatia 5 : 22 – 23) : ‘kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu’.
Itulah yang disebut Hidup Baru, yaitu orang
yang memiliki sifat Kristus. Ia aktif melawan gelapnya dunia. Ia mengalami
pengampunan dosa secara sungguh-sungguh. Ia menjadi orang yang mensyukuri semua
perjalanan hidupnya. Ia dapat menerima manis dan pahit - getirnya hidup ini.
Kita telah menjalani Tahun 2014, dan masih
sangat panjang. Dalam kurun waktu itu, kita melakukan aktifitas seraya kita
mengalami pembaharuan. Tuhan Yesus yang dikasihi dan berkenan bagi Allah akan
menyertai kita membaharui diri, sampai kita mengalami damai sejahtera yang
abadi. AMIN