20 Juni 2012

Ayub 38:1-11 (GKPI, 24 Juni 2012)


                          HIKMAT DAN PENGERTIAN HENDAKLAH TERUS MEMULIAKAN TUHAN

Kitab Ayub mengisahkan perjalanan hidup seorang manusia saleh.  Ayub taat melakukan firman Tuhan; ia berdoa, melakukan segala kewajibannya, suka menolong, sopan dan ramah.
Kehidupan Ayub pun penuh dengan kemakmuran. Ia menikah dan dikaruniai putra-putri. Ia juga memiliki harta yang luar biasa. Ia menjadi orang yang sangat dihormati. (HAMORAON, HAGABEON, DAN HASANGAPON)

Sampai disini, kita bisa mengatakan : “Pantas Ayub mendapatkan  semua itu, sebab Tuhan memberkati yang berkenan kepadaNya.” Tetapi perjalanan hidup Ayub berubah. Yang berubah bukan sifat baik atau kesalehan Ayub. Ia tetap saleh dan baik. Tetapi yang berubah adalah hidupnya ; secara beruntun semua anaknya  meninggal, seluruh hartanya ludes. Tidak cukup sampai disitu, ia juga mengalami penyakit yang luar biasa. Yang menyedihkan lagi, isterinya mengomel supaya meninggalkan Tuhan yang diimaninya. Inilah yang kemudian menjadi pergumulan Ayub : “MENGAPA ORANG YANG BAIK MENGALAMI PENDERITAAN ? “
Pergumulan Ayub itulah yang dijawab oleh Tuhan dalam bacaan kita. Tuhan menjawab pergumulan Ayub dengan pertanyaan. Sebelum Tuhan memberikan jawaban atas pergumulan Ayub, Tuhan mengingatkan Ayub (3) : “Bersiaplah engkau sebagai laki-laki!”
Ini bukan soal gender, tapi soal iman. Tuhan menghendaki agar Ayub berbicara dengan penuh iman ; mengatakan sesuatu dengan kejujuran,  tegar, tidak berbelit-belit, tidak sekedar membela diri. 

1. Dimana engkau ketika Aku meletakkan dasar bumi ?
2. Siapa yang telah menetapkan ukurannya ?
3. Dimanakah diletakkan bumi ini, adakah tiang-tiangnya ?

Pertanyaan ini telah menggiring Ayub untuk menjawab ‘tidak tahu!’. Ayub tidak tahu. Kita yang hidup pada zaman moderen ini, yang memiliki pengetahuan tinggi juga belum sepenuhnya memahami bumi ini. Pengetahuan manusia tidak memberi kepastian. Manusia tidak perlu mencongkakkan diri.

Banyak hal yang tidak terpecahkan manusia. Demikian halnya dengan pergumulan Ayub. Rumus kehidupan manusia yang mengatakan : “Orang jahat dihukum Tuhan dan orang baik diberkati Tuhan”, tidak selalu tepat. Ada rahasia Tuhan. Tuhan  penuh dengan misteri. Pengetahuan manusia sangat terbatas. Kalau demikian, apa yang dapat dilakukan manusia ? Beriman ! Beriman, bahwa : segala sesuatu adalah kekuasaan Tuhan. Kehidupan manusia ada di dalam kuasa Tuhan. Kalaupun kita sebagai orang beriman tetapi mengalami penderitaan, itu supaya manusia lebih meningkatkan keimanannya.

Pergumulan manusia adalah ketika manusia tidak mengetahui dan arah kehidupannya. Hidup menjadi sebuah teka-teki yang sulit dipecahkan. Manusia mencoba menjawab kehidupan ini dengan pengetahuannya, lalu manusia melepaskan hubungannya dengan yang mengetahui  bahkan menguasai dirinya. Padahal, pengetahuan manusia begitu terbatas. Keterbatasan manusia itu memang Tuhan nyatakan. Ketika manusia menerobos batasan-batasan kemampuannya, di situlah manusia sudah memasuki kecongkakannya. Ketika manusia hidup dalam kecongkakannya, dimana ia tidak lagi menaruh kekuatan dan pengharapan pada penciptaNya, di situlah ia mengalami gelombang-gelombang kehidupan yang tidak dapat ia pahami.
Kecongkakan manusia adalah ketika manusia itu tidak lagi melihat peran Tuhan di dalam hidupnya. Manusia yang hanya mengandalkan dirinya merupakan bagian dari kecongkakan. Manusia yang tidak melakukan perintah Tuhan adalah bagian dari kecongkakan manusia.
Kecongkakan Gereja adalah ketika gereja tidak melakukan perintah Tuhan.
Melalui firman Tuhan ini, ada dua hal yang perlu kita kuatkan :
1. Jalanilah hidup ini dengan penuh iman, melakukan perintah-perintah Tuhan. Segala sesuatu di dunia ini ada dalam kuasa Tuhan.
2. Jangan takut dengan apapun yang kita alami di dunia ini, sebab hidup ini memang penuh misteri.
AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar