5 Oktober 2012

Ibrani 2:5-12 (Khotbah)



                      GEREJA YANG BERSAKSI
Sebahagian dari nas ini dikutip dari kitab Mazmur 8 : 4 – 6 ; Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Mazmur ini merupakan puisi yang berisi pujian tentang kemuliaan manusia seperti yang dimaksudkan oleh Allah. Puisi pujian dalam Mazmur ini merupakan perluasan dari janji Allah ketika menciptakan alam semesta dalam kitab Kejadian 1:28. Allah berfirman, supaya manusia berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Jadi, manusia itu sungguh mulia ; dimana manusia diciptakan hampir sama dengan Allah, dan Allah memberi kuasa kepada manusia atas segala yang ada di dunia ini.

Namun, kitab Ibrani mengatakan, bahwa  keadaan yang kita hadapi sekarang ini berbeda sekali. Manusia dimaksudkan untuk menguasai segalanya, tetapi nyatanya tidak. Manusia menjadi makhluk yang mengalami frustasi karena keadaaan, ditaklukan oleh godaan-godaan, dan dibelenggu oleh kelemahannya sendiri. Manusia yang mestinya bebas, malah terikat ; yang mestinya sebagai raja, malah menjadi budak belian.
Dalam kondisi manusia yang sudah berubah itulah Yesus Kristus datang. Dia menderita dan mati. Semua penderitaan, kematian, dan kemuliaanNya itu adalah untuk manusia, sebab Dia mati supaya manusia menjadi seperti yang semula. Dia mati supaya manusia terlepas dari rasa frustasi, belenggu, dan kelemahannya. Dia mati untuk memberi manusia kuasa yang asli. Dia mati untuk menciptakan manusia kembali menjadi makhluk seperti yang dikehendaki Allah waktu penciptaannya. Mereka yang menerima Kristus telah berpindah dari maut ke dalam hidup.
Salib adalah jalan yang harus dilalui Yesus untuk menjalankan misi penyelamatan itu. Yesus Kristus mengalami penderitaan untuk menguduskan semua manusia. Pengorbanan Kristus adalah kasih karunia Allah untuk orang yang menerimaNya. Dan karena Yesus bersedia menderita dan mati maka Dia masuk ke dalam kemuliaan.
Nas ini memperlihatkan beberapa tentang manusia : (a) manusia itu akrab dengan Allah yang menguasai alam semesta, (b) manusia mengalami frustasi, gagal dan tidak berkemuliaan, (c) keadaan manusia dapat diubah menjadi idaman melalui Kristus. Penulis surat Ibrani melihat bahwa Kristus satusatunya tokoh yang oleh penderitaannya dan kemenanganNya dapat menjadikan manusia kembali seperti yang dikehendaki Allah ; tanpa Kristus, manusia kehilangan segalagalanya.

Manusia telah jatuh ke dalam dosa. Manusia itu tidak mungkin melepaskan dirinya sendiri dari gelimang dosa. Dan Allah tidak akan membiarkan manusia yang telah diberi kuasa itu. Kita tahu bahwa dalam segala hal Allah turut bekerja untuk kebaikan (Roma 8:28). Oleh sebab itu, ketika kita menghadapi pergumulan/kesulitan dalam hidup ini, kita tidak harus putus asa tetapi kita perlu mengingat penderitaan Yesus di dalam dunia ini. Kita boleh percaya, bahwa kasih Kristus tidak memutuskan hubungan kita dengan Allah tetapi akan lebih menguatkan kita untuk hidup dalam pengharapan. Allah tidak mungkin memberikan pencobaan melampaui kekuatan kita ( I Kor. 13:10). Allah dalam diri Yesus Kristus yang telah menyelamatkan manusia itu senantiasa bekerja untuk kebaikan manusia.
Dalam perubahan zaman yang demikian cepat saat ini, orang sering bertanya: Dunia yang bagaimanakah yang akan kita hadapi di masa yang akan datang ? Tetapi sebagai orang Kristen, maka pertanyaan kita : orang yang bagaimanakah yang dapat menghadapi masa depan ? Jawabnya : orang yang hidupnya dikuasai oleh Tuhan! Dalam kehidupan dunia sekarang ini, manusia seperti dipacu untuk mengejar segala sesuatu, termasuk kehormatan. Sayangnya, kecenderungan manusia untuk memperoleh itu sering mengorbankan sesamanya. Orang yang demikian akan binasa. Yudas Iskariot menjual Yesus dengan ciuman (mautnya) untuk mendapatkan uang 30 keping. Yudas dikenang sebagai orang yang terlalu menyayangi hidupnya sendiri, sehingga ia binasa secara tragis.
Ketika manghadapi cobaan dan penderitaan, pandanglah kepada Tuhan yang jauh lebih besar dan berkuasa atas masalah yang kita hadapi. Paulus berkata (2 Korintus 12 : 9) : "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. Orang yang berharap kepada Tuhan akan diberi kesegaran ditengah-tengah kelelahan, kelemahan, penderitaan, dan kita dimampukan menghadapi persoalan hidup ini seperti rajawali yang mampu menaklukkan badai. Dengan memandang Tuhan, kita diberi semangat baru menghadapi semua pergumulan hidup ini.
Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, Tuhan menghendaki supaya manusia membangun persekutuan di dalam jemaat Tuhan, yang dilandasi pada Bapa dan AnakNya, Yesus Kristus. Ditengah-tengah persekutuan itu orang-orang percaya memuliakan Tuhan atas segala pengasihanNya bagi kehidupan umatNya. Gereja sebagai tempat persekutuan yang indah, penuh sukacita seharusnya dirasakan oleh setiap orang yang tergabung dalam persekutuan sambil menantikan hidup kekal itu. Itulah yang menjadi bentuk kesaksian kita atas pengasihan Tuhan.
Karena itu, marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yesus yang telah menyediakan apa yang tidak pernah dapat kita capai dengan kekuatan sendiri. Ya, Tuhan Yesus menyediakan keselamatan dan hubungan yang kekal dengan Allah, Bapa di surga. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar