18 Maret 2013

Filipi 2:5-11 (Khotbah Minggu, 24 Maret 2013)



PIKIRAN DAN PERASAAN KRISTUS

Surat Paulus kepada jemaat di Filipi berisikan nasehat-nasehat, yang biasa disebut nyanyian Kristus, dirangkai dalam ayat-ayat yang sangat puitis. Nyanyian Kristus dalam nas ini melukiskan inkarnasi Kristus, yaitu Yesus datang dari sorga, menjelma menjadi manusia, dan melakukan pelayanan. Kristus yang merendahkan diri itu kemudian ditinggikan Allah.
Nas ini dimulai dengan suatu ajakan bagi jemaat Filipi agar menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus. Paulus ingin agar jemaat hasil penggembalaannya itu hidup bersama dengan memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Jemaat Filipi sebenarnya sebuah jemaat yang dinamis, sebuah jemaat kebanggaan Paulus karena pelayanan dan persekutuan yang begitu indah (1:3). Namun, sepeninggal Paulus, jemaat mengalami pergeseran ; ada yang mementingkan diri sendiri, mencari pujian yang sia-sia, timbul kesombongan. Akibatnya, hidup persekutuan mereka mengalami keretakan. 

Dalam situasi inilah, Paulus memberi nasehat agar dalam dinamika kehidupan berjemaat senantiasa menaruh pikiran dan perasaan Kristus. Pikiran dan perasaan Kristus ini akan memampukan jemaat mampu memelihara hidup bersama (Persekutuan) dan melayani. Paulus merindukan jemaat Filipi mampu berdiri kokoh ; bersekutu dan melayani dengan penuh sukacita. Pikiran dan perasaan Kristus hendaknya menjadi pedoman hidup pribadi maupun persekutuan jemaat. Bagaimana pikiran dan perasaan Kristus itu ?
Ay. 6 – 7 mengosongkan diri
Kristus Yesus bukan saja sama dengan Allah tetapi adalah benar-benar Allah, sehakekat dengan Allah. Namun, Kristus tidak memakai kemuliaan dan kebesaran ini untuk kepentinganNya sendiri, sungguh pun hal itu dapat dipertahankanNya. Kristus menjadi manusia dengan mengosongkan diri. Tindakan mengosongkan diri ini adalah kehendak Kristus sendiri dalam kebebasanNya. Dia mengosongkan diri dengan mengambil rupa seorang hamba. Mengosongkan diri bukan berarti kehilangan kebesaran dan kemuliaan tetapi Ia menjadi sama dengan manusia, hanya saja Ia tidak berdosa. 
Ay. 8 Yesus merendahkan diri
Dengan mengosongkan diri, Yesus sampai pada taraf kesamaannya dengan manusia. Namun, Yesus tidak berhenti sekedar menjadi manusia, Dia melewati batas keberadaan manusia secara umum, dimana Yesus merendahkan diri serendah-rendahnya. Kerendahan hatinya itulah membawa ketaatanNya, bahkan taat sampai mati.  KetaatanNya nampak selama hidupNya di dunia walaupun menghadapi tantangan yang mengancam maut Dia tidak mundur. KetaatanNya hanya kepada Allah Bapa
Ayat 9 – 11 Yesus ditinggikan
Pengosongan dan kerendahan diri Yesus merupakan wujud dari perasaan dan pikiranNya untuk mengasihi manusia. Kristus Yesus yang telah mengosongkan dan merendahkan diri itu, kini ditinggikan. Dalam Kristus Yesus yang telah ditinggikan itu, Allah Bapa memberikan nama di atas segala nama kepadaNya. Nama itu bukan sekedar pergantian nama baru tetapi segala sesuatu, benda atau makhluk yang punya nama di alam semesta, bertekuk lutut dalam nama Yesus. Semua makhluk menaklukkan diri, taat, menyembah, mengakui dan hormat kepada Yesus. Dalam kekuasaan, kebesaran, dan kemuliaan Yesus, maka segala makhluk yang memiliki lidah mengaku bahwa Kristus Yesus adalah Tuhan. Saudara dan saya patut mengaku bahwa Kristus Yesus adalah Tuhan yang menyelamatkan. 

Ciri khas suatu hidup berjemaat adalah persekutuan dan pelayanan. Untuk kelanggengan persekutuan dan tercapainya pelayanan, maka tindakan Yesus hendaklah menjadi teladan. Paulus mengungkapkan tindakan Kristus ini agar jemaat Filipi dan kita sekarang ini menjadikan itu sebagai pedoman dalam membangun hidup bersama (persekutuan) dan pelayanan. Gereja bukanlah arena untuk sikap-sikap yang mementingkan diri sendiri dan mencari pujian yang sia-sia. Mementingkan diri sendiri bukanlah persekutuan yang dikehendaki Kristus dan bertentangan dengan pelayanan kasih karena pelayanan kasih adalah pengorbanan ; baik materi, waktu, pikiran, dan tenaga. Hal ini jelas karena pelayanan kasih bergerak keluar dari diri pelayan dalam wujud membantu untuk sesama, sedangkan pelayanan yang didorong oleh kepentingan diri sendiri, segala sesuatu berpusat kepada diri sendiri sehingga pelayanan bergerak kedalam dirinya. Orang yang mementingkan diri sendiri sering kali mengeraskan hati, sehingga orang-orang di sekitarnya menjauhkan diri dari persekutuan. Keberhasilan orang yang mementingkan diri sendiri, kebanggaannya memuncak membusungkan dada. Ucapannya menyebar, ia mencari pujian dengan meninggikan diri dan memuaskan dirinya sendiri. Paulus katakan, ini semua adalah kebinasaan hidup (3:19). Pintu hati mereka telah tertutup akan Firman Tuhan.
Banyak hal duniawi yang akhirnya mengakibatkan kita melupakan tugas utama orang-orang percaya. Hidup dalam persekutuan dan saling melayani dalam kasih Tuhan hendaknya menjadi motivasi pelayanan kita dalam jemaat maupun dalam masyarakat. Dalam pelayanan kasih, orang percaya adalah alat Tuhan, kawan sekerja Tuhan untuk menyatakan kasih Tuhan. Pelayanan kasih adalah wujud iman. Demikian juga halnya pelayan gerejawi yang terkena virus pelayanan yang dikendalikan pikiran duniawi, akan memperluas masalah-masalah gereja. Kalau pelayan gereja mengesampingkan imannya dalam pelayanan, maka pelayan gereja dapat menjadi sumber masalah gereja dan menularkannya ke anggota jemaat.
Membangun hidup bersama dan  pelayanan yang didasarkan pikiran dan perasaan Kristus akan  memampukan kita untuk merendahkan diri, berkorban dan setia. Dengan demikian, hidup persekutuan dan pelayanan kasih dapat dinikmati oleh seluruh jemaat dengan sukacita. Itulah yang berkenan bagi Tuhan. AMIN

Artikel Terkait



1 komentar:

  1. Amang, aha do nats alkitab tanggal 26 MAret 2013 molo di almanak ni GKPI.

    BalasHapus