25 November 2014

Yesaya 5:1-7 (8 Oktober 2017)


                  HASILKAN BUAH YANG BAIK

Setiap orang senang memiliki kekasih. Kita dapat menyebut seseorang itu kekasih kita, apabila kita mengenal dan memahami yang dikasihinya itu. Seorang kekasih bukan hanya mengenal bagian luar kekasihnya tetapi juga memahami hatinya, yang paling dalam. Setiap orang menghendaki agar kekasihnya itu memancarkan suasana yang dapat membahagiakan dirinya.

Tuhan memiliki kekasih, demikian kata Yesaya dalam nas ini. Tuhan begitu mengasihi kekasihNya itu. Tuhan begitu bersukacita memiliki kekasih… sampai ‘diciptakan’ sebuah nyanyian yang diberi judul : kebun anggur. Dalam lagunya, Yesaya menyebutkan, bahwa Tuhan begitu mencintai kekasihNya. Sang kekasih merawat dan menjaga kebun anggurnya. Sang kekasih memenuhi segala keperluan kebunnya untuk menghasilkan buah anggur baik. Tuhan telah menyiapkan tempat pengolahan anggur. Namun, kebun kekasihnya hanya menghasilkan buah anggur yang asam. 
Siapakah kekasih Tuhan itu ? Kekasih Tuhan itu adalah umat yang telah dipanggil dan dipilih. Tuhan mampu menyelami dan memahami kekasihNya. Tuhan begitu mengasihi umatNya tetapi umat selalu hidup dalam kedegilan. 
Setiap kali mendengar umat Tuhan maka kita akan segera membayangkan orang Israel, Bait Suci, imam-imam, tua-tua, para pejabat dengan peraturan-peraturannya, dan pertikaian. Semua itu adalah realita dari kehidupan umat Tuhan.
Umat Tuhan ada karena ‘panggilan Tuhan’  yang menghimpun dan menuntunnya. Tuhan memanggil dan memilih umatNya untuk diutus kepada maksud dan tujuan Tuhan.  Yesaya mengungkapkan hubungan Tuhan dengan umatNya melalui perumpamaan. Perumpamaan atau lambang itu hanya mampu mengungkapkan  “Citra’. Pengungkapan umat Tuhan melalui perumpamaan (citra), di dalamnya selalu terkandung pesan pertobatan atau semangat pembaharuan/perbaikan. Dengan kata lain, citra umat Tuhan selalu bersifat eskatologis ; mengandung unsur ‘sudah’ tetapi sekaligus ‘belum’. ‘Apakah Gereja sudah tubuh Kristus ?’ Alkitab menyebutnya ‘sudah’  tetapi sekaligus ‘belum’, karena gereja adalah manusia, bukan Tuhan. Gereja masih harus terus mewujudkan dirinya sebagai tubuh Kristus hingga akhir zaman menuju kedewasaan dan kesempurnaannya.
Demikian juga nas ini. Apakah umat Israel sebagai kebun anggur kesenangan Tuhan ? Diungkapkan dalam nas ini ‘ya’  tetapi sekaligus ‘belum’, karena pohon anggur itu masih membuahkan anggur yang asam. Tuhan menantikan pohon anggur yang membuahkan anggur yang baik.
Penggambaran umat Tuhan dengan memakai perumpamaan menunjuk pada ‘proses’. Lebih lanjut nas ini mengarahkan hati dan pikiran kita bukan kepada ‘buah’ itu sendiri secara fisik, tetapi justru menunjuk kepada ‘rasanya’. Seperti disebutkan (ay. 4b) : ‘Aku menanti  supaya dihasilkannya buah anggur yang baik’.  
Rasa buah yang disebut dalam perumpamaan ini menjadi perbandingan terhadap perilaku, sikap, kegiatan, dan pekerjaan dari umat Tuhan. “DinantiNya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman; dinantinya kebenaran, tetapi hanya ada keonaran (ay.7).
Dengan memakai perumpamaan dalam nas ini, maka hakekat dan fungsi keberadaan umat Tuhan dimintakan oleh firman ini  agar kekristenan bukan sekedar seremonial tetapi sungguh-sungguh supaya di dalam diri seluruh umat melekat dan menghasilkan sikap, perilaku, dan kerja yang dapat dinikmati oleh orang lain, menyukakan hati Tuhan.

Kita adalah kebun anggur Tuhan yang disebut dalam perumpamaan ini. Kita perlu memahami dan menghayati hakekat dan fungsi keberadaan kita sebagai umat Tuhan (gereja) di tengah dunia ini.  Gereja tidak berhenti pada gedung yang wah atau jumlah pengunjung ibadah yang banyak saja, tetapi di dalamnya harus ada proses secara terus-menerus sehingga kita dapat menjadi gereja (umat Tuhan) yang sesungguhnya.
Dengan demikian, kita perlu mempertanyakan dan merenungkan ; “Kapan dan bagaimanakah kita mengalami hidup sebagai umat Tuhan ? Apakah ketika kita memberikan persembahan di gereja, ketika mengunjungi orang sakit, ketika kebaktian ? Ya, tetapi tidak berhenti di situ saja. Lebih dari itu, kita harus hidup dalam kebenaran. Kita boleh menikmati buah Roh (Galatia 5:22-23) : ‘sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri’.
Dengan demikian, kita mencapai gereja yang sesungguhnya di dalam keseluruhan  sikap hidup : perilaku, aktifitas, kegiatan, atau pelayanan. Saat itulah kita dapat menghayati diri sebagai umat Tuhan. Marilah kita menjadi buah anggur yang manis. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar