HASILKAN BUAH YANG
BAIK
Setiap orang senang memiliki kekasih. Kita
dapat menyebut seseorang itu kekasih kita, apabila kita mengenal dan memahami
yang dikasihinya itu. Seorang kekasih bukan hanya mengenal bagian luar
kekasihnya tetapi juga memahami hatinya, yang paling dalam. Setiap orang
menghendaki agar kekasihnya itu memancarkan suasana yang dapat membahagiakan
dirinya.
Tuhan memiliki kekasih, demikian kata
Yesaya dalam nas ini. Tuhan begitu mengasihi kekasihNya itu. Tuhan begitu
bersukacita memiliki kekasih… sampai ‘diciptakan’ sebuah nyanyian yang diberi
judul : kebun anggur. Dalam lagunya,
Yesaya menyebutkan, bahwa Tuhan begitu mencintai kekasihNya. Sang kekasih
merawat dan menjaga kebun anggurnya. Sang kekasih memenuhi segala keperluan
kebunnya untuk menghasilkan buah anggur baik. Tuhan telah menyiapkan tempat
pengolahan anggur. Namun, kebun kekasihnya hanya menghasilkan buah anggur yang
asam.
Siapakah kekasih Tuhan itu ? Kekasih Tuhan
itu adalah umat yang telah dipanggil dan dipilih. Tuhan mampu menyelami dan
memahami kekasihNya. Tuhan begitu mengasihi umatNya tetapi umat selalu hidup
dalam kedegilan.
Setiap kali mendengar umat Tuhan maka kita
akan segera membayangkan orang Israel, Bait Suci, imam-imam, tua-tua, para
pejabat dengan peraturan-peraturannya, dan pertikaian. Semua itu adalah realita
dari kehidupan umat Tuhan.
Umat Tuhan ada karena ‘panggilan
Tuhan’ yang menghimpun dan menuntunnya.
Tuhan memanggil dan memilih umatNya untuk diutus kepada maksud dan tujuan
Tuhan. Yesaya mengungkapkan hubungan
Tuhan dengan umatNya melalui perumpamaan. Perumpamaan atau lambang itu hanya
mampu mengungkapkan “Citra’.
Pengungkapan umat Tuhan melalui perumpamaan (citra), di dalamnya selalu
terkandung pesan pertobatan atau semangat pembaharuan/perbaikan. Dengan kata
lain, citra umat Tuhan selalu bersifat eskatologis ; mengandung unsur ‘sudah’
tetapi sekaligus ‘belum’. ‘Apakah Gereja sudah tubuh Kristus ?’ Alkitab
menyebutnya ‘sudah’ tetapi sekaligus
‘belum’, karena gereja adalah manusia, bukan Tuhan. Gereja masih harus terus
mewujudkan dirinya sebagai tubuh Kristus hingga akhir zaman menuju kedewasaan
dan kesempurnaannya.
Demikian juga nas ini. Apakah umat Israel
sebagai kebun anggur kesenangan Tuhan ? Diungkapkan dalam nas ini ‘ya’ tetapi sekaligus ‘belum’, karena pohon anggur
itu masih membuahkan anggur yang asam. Tuhan menantikan pohon anggur yang
membuahkan anggur yang baik.
Penggambaran umat Tuhan dengan memakai
perumpamaan menunjuk pada ‘proses’. Lebih lanjut nas ini mengarahkan hati dan
pikiran kita bukan kepada ‘buah’ itu sendiri secara fisik, tetapi justru
menunjuk kepada ‘rasanya’. Seperti disebutkan (ay. 4b) : ‘Aku menanti supaya
dihasilkannya buah anggur yang baik’.
Rasa buah yang disebut dalam perumpamaan
ini menjadi perbandingan terhadap perilaku, sikap, kegiatan, dan pekerjaan dari
umat Tuhan. “DinantiNya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman; dinantinya
kebenaran, tetapi hanya ada keonaran (ay.7).
Dengan memakai perumpamaan dalam nas ini,
maka hakekat dan fungsi keberadaan umat Tuhan dimintakan oleh firman ini agar kekristenan bukan sekedar seremonial
tetapi sungguh-sungguh supaya di dalam diri seluruh umat melekat dan menghasilkan
sikap, perilaku, dan kerja yang dapat dinikmati oleh orang lain, menyukakan
hati Tuhan.
Kita adalah kebun anggur Tuhan yang disebut
dalam perumpamaan ini. Kita perlu memahami dan menghayati hakekat dan fungsi
keberadaan kita sebagai umat Tuhan (gereja) di tengah dunia ini. Gereja tidak berhenti pada gedung yang wah
atau jumlah pengunjung ibadah yang banyak saja, tetapi di dalamnya harus ada
proses secara terus-menerus sehingga kita dapat menjadi gereja (umat Tuhan)
yang sesungguhnya.
Dengan demikian, kita perlu mempertanyakan
dan merenungkan ; “Kapan dan bagaimanakah kita mengalami hidup sebagai umat
Tuhan ? Apakah ketika kita memberikan persembahan di gereja, ketika mengunjungi
orang sakit, ketika kebaktian ? Ya, tetapi tidak berhenti di situ saja. Lebih
dari itu, kita harus hidup dalam kebenaran. Kita boleh menikmati buah Roh
(Galatia 5:22-23) : ‘sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri’.
Dengan demikian, kita mencapai gereja yang
sesungguhnya di dalam keseluruhan sikap
hidup : perilaku, aktifitas, kegiatan, atau pelayanan. Saat itulah kita dapat
menghayati diri sebagai umat Tuhan. Marilah kita menjadi buah anggur yang
manis. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar