TUHAN
MENGHUKUM PENYEMBAH-PENYEMBAH BERHALA
Menjadi hamba Tuhan bukanlah pilihan tetapi
panggilan. Artinya, sekalipun jarang orang bercita-cita menjadi hamba Tuhan
tetapi Tuhan memiliki cara khusus memanggil orang menjadi hambaNya. Setiap
hamba Tuhan memiliki latar belakang yang berbedabeda; ada yang dari peternak,
petani, perampok. Ada juga karena kurang pintar di sekolah sekuler, akhirnya
mengambil sekolah Pendeta. Semua latar belakang itu tidak menjadi soal, yang utama, apakah hamba Tuhan itu melaksanakan
tugas panggilannya. Amos bukanlah orang yang memiliki pendidikan formal, ia
hanya seorang peternak kecil. Tetapi Tuhan yang memanggil Amos menjadi
hambaNya. Tuhan memanggil Amos untuk suatu tugas yang teramat berat. Amos
dipanggil untuk memberi kritik atas ketidakadilan sosial yang terjadi
ditengah-tengah bangsanya.
Melalui alat ukur itu, Allah memperlihatkan
kepada Amos, bahwa umat Tuhan sudah sangat menyimpang dari yang semestinya. Ada
banyak ketidakadilan sosial yang terjadi dalam kehidupan umat Tuhan : (1 : 11) ada yang mengejar saudaranya dengan pedang dan mengekang belas kasihannya,
(2:6) ada yang menjual orang benar
karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut, (4:1) ada yang memeras
orang lemah, yang menginjak orang miskin, (6:3) pemerintahan yang penuh kekerasan.
Umat
Tuhan adalah sebuah bangsa yang pernah memiliki kejayaan ; Negara yang kuat
dalam bidang politik, militer, dan memiliki sumber daya alam yang besar
sehingga menjadi sebuah negara makmur. Namun kemakmuran yang dimiliki negara
hanya dinikmati oleh segelintir orang. Sementara orang-orang kecil mengalami
penindasan dan hak-hak mereka dikebiri. Orang-orang kuat menindas orang-orang
kecil. Ketidakadilan adalah dosa !
Para pelaku ketidakadilan itu tampaknya
tahu bahwa perbuatan tersebut adalah dosa. Namun, karena ketamakan lebih
menguasai hati mereka, maka mereka tetap berbuat dosa. Para pelaku
ketidakadilan itu menutupi dosanya dengan ibadah dan memberi persembahan.
Sebuah ibadah yang penuh kemunafikan. Mereka melakukan kewajiban agama, namun
sebenarnya hanyalah upaya manipulasi, tipuan yang sangat tidak berguna. Mereka
beribadah hanya menutupi dosa ketidakadilan yang diperbuat, dan berharap esok dapat
lagi melakukan ketidakadilan untuk kepuasan dirinya. Mereka memahami bahwa dari
hari Senin sampai Sabtu boleh melakukan dosa, lalu pada hari minggu sebagai
penghapusan dosa. Ini adalah pemahaman
ibadah yang salah, sebab di dalamnya penuh perbuatan jahat. Perbuatan
jahat yang mereka lakukan seolah-olah dapat diselesaikan dengan ibadah. Dosa-dosa itu tidak terhapus dengan ritual
ibadah.
Mereka memberi persembahan dalam ibadah.
Persembahan ini pun dipahami sebagai ‘suap’ untuk penghapusan dosa, dan
selanjutnya sebagai ‘pelicin’ agar mereka kembali lancar berbuat ketidakadilan.
Pemahaman seperti ini tidak beda dengan
pemahaman orang-orang yang menyembah berhala. Mereka menyembah berhala dengan
memberikan persembahan agar ia memperoleh berlipatganda dari yang telah
dipersembahkan. Tuhan tidak menghendaki Ibadah yang demikian. Akibatnya,
(ay. 9) : “Bukit-bukit pengorbanan dari pada Ishak akan dilicintandaskan dan
tempat-tempat kudus Israel akan diruntuhkan.” Sebab, sesungguhnya ibadah
adalah perayaan atas sukacita dari hidup keseharian yang penuh kebenaran.
Amos dipanggil Tuhan untuk mengingatkan
umat yang menyimpang ini agar kembali ke jalan yang lurus. Kritik yang
disampaikan Amos ini memang mengecilkan hati para pelaku ketidakadilan. Mungkin
sebahagian ada yang dapat menerima kritik Amos untuk memperbaiki diri, tetapi
ada yang tersinggung yaitu Amazia,
seorang imam di Betel. Amazia bukannya menerima kritik Amos agar umat
Tuhan mau bertobat. Amazia adalah imam yang curang, penjilat. Amazia justru
memprovokasi Yerobeam, yang menjadi raja pada waktu itu. Amazia ingin agar
Yerobeam yang otoriter itu mengusir Amos karena kevokalannya.
Tetapi, Amos bukanlah seorang hamba Tuhan
yang mudah menyerah. Amos adalah seorang hamba Tuhan yang benar dan memiliki
keteguhan, sehingga Amos berkata kepada Amazia (15) : Tuhan yang menyuruhku
untuk bernubuat bagi umatNya. Amos senantiasa melakukan kritiknya sebagai
bagian dari panggilannya.
Di tengah-tengah kehidupan kita sebagai
suatu bangsa saat ini begitu banyak ketidakadilan, keserakahan, korupsi. Dan
untuk menutupi kejahatan itu, tanpa ada rasa malu, mereka berbohong. Mereka
boleh bersembunyi dibalik Hukum dengan sebutan ‘saksi’ dan ‘bukti’. Pelaku
kejahatan mampu mengancam ‘saksi’ agar tidak memberi kesaksian. Kalaupun ada yang
memberi kesaksian, maka dengan mudah kesaksian itu dapat dipatahkan. Mereka
juga mampu menghilangkan bukti, sebab mereka sendirilah sesungguhnya bukti itu.
Tetapi ada hal yang tak dapat mereka patahkan dan sembunyikan adalah hati
mereka yang gelisah.
Tuhan memanggil setiap orang percaya untuk
tugas mulia di dunia ini. Tuhan memanggil Gereja dan mengutus umatnya untuk
menyatakan keadilan di tengah dunia ini. Gereja dipanggil Tuhan untuk
menciptakan keadilan dan membaharui bumi ini. Keadilan dapat kita lakukan pada
lingkungan dimana kita berada ; dalam keluarga, gereja, dan ditempat kita
bekerja. Firman Tuhan adalah Tali Sipat yang akan mengukur apakah kita masih
lurus dihadapan Tuhan atau tidak. Jangan pernah mengukur diri dengan ukuran
diri sendiri karena hanya akan menghasilkan ukuran yang salah dan kompromi.
Pakailah ukuran Allah, yaitu Firman Tuhan.
Kita akan
dimampukan menegakkan keadilan melalui berkat rohani yang Tuhan karuniakan. Dia
telah memilih kita menjadi pelaku keadilan dimana kita berada. Upaya keadilan
kita mulai dengan kehidupan yang kudus dan tak bercacat di hadapanNya.
Melakukan keadilan merupakan bagian dari tugas orang-orang yang telah dipanggil
Tuhan. Tuhan telah memberikan penebusan, yaitu pengampunan dosa, dan
melimpahkan kepada kita segala hikmat dan pengertian. Dengan semua pemberian
Tuhan ini, dan kekuatan dari Roh Kudus itu adalah jaminan bagi para hambaNya
untuk menyatakan keadilan. Tuhan akan menyertai kita jika kita sungguh-sungguh
untuk menghadirkan dan memberlakukan keadilan. AMIN
Tkssssssss
BalasHapus