MENYUKAKAN
ALLAH YANG MENGUJI HATI
Paulus untuk pertama kali mengunjungi
Tesalonika pada Tahun 50. Paulus datang ke Tesalonika setelah pelayanannya di
Filipi. Paulus tinggal di Tesalonika bersama dengan Silas dan Timotius.
Tesalonika merupakan sebuah kota berpenduduk padat dan makmur. Masyarakatnya
cukup mengecap pendidikan, sehingga ini menjadi peluang untuk menghadirkan
Injil. Pendekatan Paulus terhadap masyarakat golongan atas makin mendukung
untuk kehadiran Injil dapat diterima masyarakat Tesalonika. Tetapi oleh karena,
Paulus harus segera (mendadak) meninggalkan Tesalonika. Situasi ini membuat
jemaat Tesalonika belum sepenuhnya memahami ajaran Paulus.
Paulus menuliskan suratnya ini untuk
mengisahkan pengalaman selama pelayanannya di Tesalonika. Paulus menganggap
perlu mengisahkan ini untuk memberi jawab atas tuduhan yang dilontarkan oleh
musuh-musuhnya. Namun, Paulus dalam suratnya ini juga memberikan beberapa pengajaran
lain yang dianggap penting dalam kehidupan berjemaat di Tesalonika.
Paulus terus menerus mendapat tekanan,
dianiaya bahkan dipenjarakan di Filipi. Keadaan itu membuat Paulus harus
meninggalkan Filipi. Keadaan ini bagikan berkat terselubung. Paulus melanjutkan
perjalanannya ke Tesalonika. Kehadiran Paulus di Tesalonika, walaupun hanya
sebentar tetapi telah membuat berdirinya persekutuan (gereja). Sama halnya di
tempat lain, Paulus juga tidak lepas dari ancaman di Tesalonika. Tetapi Tuhan
memberi keberanian kepada Paulus untuk tetap mewartakan Injil. Keberanian
Paulus bukan didasarkan pada dirinya sendiri tetapi oleh pertolongan Allah (iman).
Paulus melukiskan perjalanan imannya itu dengan sebutan ‘perjuangan yang
berat’.
Dalam suratnya ini Paulus mengingatkan
masa-masa pelayanannya di Tesalonika. (a) ada ketulusan. Paulus mengatakan
bahwa ajarannya langsung dari Allah, dan tindakan-tindakannya jujur dan murni.
Dalam prakteknya, segala perbuatan, tindakan, dan perbuatan Paulus bukan untuk
mencari keuntungan. Paulus melakukan pelayanan pemberitaan Injil hanya karena
dilayakkan oleh Tuhan. Paulus mengungkapkan hal ini untuk membedakannya dengan
kelompok lain yang saat itu juga menyebarkan ragam ajaran di Tesalonika.
Ajaran-ajaran itu sesat dan motifasi mereka hanyalah upaya memperoleh
keuntungan. (b) Motifasi memberitakan Injil. Selain tanpa mencari keuntungan
materi, Paulus juga tidak harus mengatakan hal-hal yang sekedar menyenangkan hati
orang lain, harapan-harapan yang kosong (bermulut manis), melainkan untuk
menyukakan Allah. Paulus mengarahkan segala pemberitaan Injil untuk kemuliaan
Allah, bukan untuk dirinya. (c) Sikap memberitakan Injil. Paulus melukiskan
pelayanannya bagaikan seorang ibu yang mengasuh dan merawat anaknya. Seorang
ibu bukan hanya mengandung dan
melahirkan tetapi ia juga merawat anaknya itu dengan segala keramahan. Paulus
dengan segala tanggung jawab disertai rasa kasih dan sukacita telah
memberitakan Injil di Tesalonika.Semua itu dilakukan Paulus untuk menyukakan
hati Allah.
Melayani Tuhan (memberitakan Injil)
bukanlah pekerjaan manusia semata. Tuhan menuntun hambaNya melakukan yang
seharusnya dilakukan. Oleh sebab itu, setiap orang yang memberitakan Injil ada
kerelaan membuka diri kepada Tuhan, mau dituntun oleh kehendak Tuhan. Manusia
tidak dapat mengandalkan dirinya sendiri, dan kemauan sendiri, apalagi
memanfaatkan orang lain dengan kedok memberitakan Injil.
Karena itu, memberitakan Injil bukan penonjolan
diri dan untuk memperoleh keuntungan melainkan untuk memuliakan Tuhan.
Memberitakan Injil dengan tulus hati disertai keramahan, itulah yang menyukakan
hati Allah. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar