ALLAH TEMPAT
PENGUNGSIAN
Hidup bahagia merupakan impian setiap insan
manusia. Kehidupan bahagia adalah dimana manusia bebas dari penderitaan ; tidak
terbelenggu, merasakan keadilan, terpenuhinya kebutuhan dasar, dan yang utama
dapat mengaktulisasikan spiritualitasnya. Ketika manusia mengalami suatu
penderitaan yang teramat berat, maka ia gelisah dan berharap adanya penolong.
Pembuangan yang dialami umat Tuhan cukup
membuat mereka menderita, bahkan penderitaan terbesar dalam sejarah hidup umat
Tuhan. Mereka orang-orang pilihan ditangkap dan dibawa ke negeri asing untuk
dipekerjakan sebagai budak. Hidup mereka telah dikelilingi oleh orang-orang
yang tidak saleh, tidak beribadah. Mereka adalah orang-orang yang tidak
mengenal Allah. Mereka tidak melakukan kehendak Tuhan tetapi hidup sebagai penipu
dan curang. Di tempat pembuangan (pengungsian) ini, sama sekali tidak ada
jaminan.
Pemazmur yang senantiasa memuji Allah dan
menikmati kebaikan Allah dan dalam hidupnya, tapi kini jatuh ke dalam
ketidakadilan. Kerinduan untuk menikmati kehidupan masa lalu begitu menguat
dalam dirinya. Di tengah-tengah segala himpitan, ia tetap berharap keadilan
Allah. Pemazmur telah menyerahkan seluruh hidupnya pada Allah, dan kini pun di
tempat pengungsian ia ingin tetap dapat merasakan penyertaan Allah. Pemazmur menyebut
Allah sebagai tempat pengungsian. Pengungsian adalah tempat menetap bagi orang
yang mengalami penderitaan karena kekerasan atau bencana alam. Pengungsian
memang tidak memberikan segala fasilitas tetapi adanya jaminan untuk berlindung
dari berbagai ancaman. Bagi Pemazmur hanya Allah tempat pengungsian yang benar.
Penderitaan yang paling berat sebenarnya
dialami umat Tuhan bukanlah soal fisik melainkan spiritualitas. Mereka tidak
dapat lagi mengekspresikan imannya. Karena itu, kerinduan yang paling dalam
dialami oleh pemazmur ini adalah keluar dari daerah pengasingan dimana ia
berada menuju tempat kediaman Allah. Sekalipun Allah dapat dipanggil dari
tempat jauh tetapi berada di tempat kediaman Allah menjadi dambaan pemazmur.
Pemazmur ingin ke mezbah Allah di gunungNya yang kudus, karena di sanalah sukacita dan kegembiraan dirasakan. Di
situlah ia menyatakan syukur dengan petikan kecapinya. Kerinduan ini hanya
dapat terjadi jika Allah menyuruh terangNya, seperti Ia menerangi umatNya
melintasi padang gurun, dan kesetiaanNya yang menuntun umatNya memasuki tanah
perjanjian. Hanya dengan tuntunan terang dan kesetiaan Allah saja maka pemazmur
dapat tiba di rumah Allah.
Menyembah Allah adalah kehidupan yang
terindah bagi pemazmur. Itulah kebahagiaan yang dinantikan pemazmur. Doa
permohonan pemazmur memang belum terjawab, namun dalam keyakinan akan
pertolongan Allah, maka ia dapat mengatasi tekanan yang dialaminya. Bagi
pemazmur tidak ada alasan untuk gelisah.
Yang penting ialah bahwa harapan akan pertolongan dan campur tangan Allah tidak
dilepaskan. Di dalam pergumulan yang dialami terlihat hari esok, dimana
pertolongan telah tersedia. Menantikan saat yang berbahagia ini, di situlah
pengharapan menaklukan rasa gelisah.
Pemazmur cukup kuat membedakan jiwa dan tubuh.
Apabila jiwa manusia tertekan, maka itu memberi pengaruh pada tubuh jasmani.
Jiwa yang tertekanlah yang menimbulkan kegelisahan hidup ini, bukan
kejasmanian. Jika kita atau gereja masih mengutamakan yang duniawi maka
diperlukan revolusi mental. Yang
utama, manusia mensyukuri segala kehidupan yang dialami, sebab saat itulah ia
menikmati kebahagiaan.
Di dalam Kristus kita menikmati keadilan
Allah yang tidak didasarkan atas kebenaran kita melainkan atas kebenaran yang
berlandaskan kasih Kristus. Kita menjadi orang-orang yang benar di hadapan
Allah karena Kristus. Di dalam Kristus kita dekat kepada Allah sekalipun kita
mengalami desakan dan tekanan musuh-musuh iman. Dalam Kristus kita senantiasa
dapat menyeru Bapa dan mohon pertolonganNya. Kristus adalah Terang yang
memungkinkan kita berjalan menuju kediaman Bapa. Dalam Kristus, arah dan
sasaran perjalanan kita selalu pasti dan tepat. Kristus yang adalah Terang dan
Kasih akan menghantar kita sampai kepada kehidupan kekal. Kerinduan akan kehidupan itu menguatkan
kita menghadapi tantangan hidup ini.
Sikap pemazmur terhadap rumah Tuhan
hendaknya juga menjadi sikap hidup kita ; dimana ia merindukan kehadirannya di
rumah Tuhan. Kita perlu hadir di rumah Tuhan untuk bersekutu setiap minggunya
dan bersama-sama sujud pada Tuhan dalam doa-nyanyian-menikmati firmanNya, serta
bersyukur atas segala kasih setiaNya. Itulah Persekutuan – Penyembahan –
Persembahan. Allah yang adalah Tempat Pengungsian menghendaki semua itu. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar