MENYAMPAIKAN INJIL
KEPADA ORANG-ORANG SENGSARA
Yesaya (trito) dipanggil Tuhan untuk
memberitakan Tahun Rahmat Tuhan, dimana Tuhan akan menampakkan kasih setianya.
Tuhan telah memulainya dengan membawa pulang umatNya dari pembuangan. Tuhan
sungguh-sungguh menepati janjiNya, bahwa Ia akan setia terhadap umat
pilihanNya. Kembalinya dari pembuangan merupakan babak baru bagi umat Tuhan
sebagai bangsa pilihan.
Israel adalah orang-orang yang terluka
akibat ‘pembantaian’ Asyur dan Babel puluhan tahun lamanya. Luka-luka yang mereka alami masih berbekas,
baik mereka yang pulang dari pembuangan sebagai tawanan maupun yang tinggal
tetap di Yerusalem. Kehancuran kota Yerusalem, khususnya Bait Allah yang
porak-poranda sangat meremukkan hati umat Tuhan. Ketika masa pembuangan
terjadi, di tanah air juga masih berlangsung ketidakadilan ; orang-orang lemah
yang tak berdaya dimasukkan ke dalam penjara, kaum ibu yang menjadi janda tetap
dalam penindasan, dan yatim-piatu yang diabaikan. Semua ini menambah remuknya
hati umat Tuhan.
Kepedihan hati dan kehancuran Yerusalem
membuat Yesaya mencoba menyusun rencana strategisnya (Renstra), agar umat Tuhan
sungguh menikmati tahun rahmat Tuhan. Yesaya akan melakukannya dalam dua
tahap.
Tahap 1. Memulihkan hati orang-orang yang
terluka (remuk hati) itu dengan menghibur semua orang yang berkabung. Mengangkat
mereka dari suasana yang sangat menyedihkan, yang kehilangan pengharapan hidup,
putus asa. Penghiburan itu pada puncaknya membawa umat pada suatu semangat,
sehingga mereka mampu menatap kehidupan yang indah. Karena itu, Yesaya sangat
menitik-beratkan hari Sabat. Melalui peribadahan, perjumpaan dengan Tuhan maka
semangat mereka dipulihkan. Sekalipun
umat Tuhan dibabat habis-habisan tetapi akarnya tidak pernah punah. Bahkan akar
yang dipotong itu semakin tumbuh merambat. Bangsa-bangsa lain akan melihat ini
sebagai ‘misteri’, bahwa Tuhan tidak pernah melepaskan kasih setiaNya. Dengan
demikian, bangsa itu telah tumbuh sebagai bangsa yang dapat memperlihatkan
keagungan Tuhan bagi bangsa lain.
Tahap 2.
Mereka yang telah dipulihkan jiwanya akan menjadi orang-orang kokoh dan
berkarakter. Mereka adalah buah dari revolusi mental. Karena itu, mereka pun
akan dimampukan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan
mendirikan kembali tempat-tempat yang telah lama menjadi sunyi (ay.4). Demikianlah
umat Tuhan menikmati tahun rahmat Tuhan. Mereka sungguh-sungguh menjadi
anak-anak Tuhan yang berkarakter dan menjadi bangsa yang menyatakan kemuliaan
Tuhan dengan membangun kembali Yerusalem dan Bait Allah.
Panggilan dan tugas tidak dapat dilepaskan
dari upah. Tuhan kita adalah Tuhan yang adil. Paulus berkata : jika seorang
tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2 Tesalonika 3:10). Tuhan yang adil itu
pasti memberikan upah yang tepat bagi siapa saja yang melakukan firmannya. Upah
yang segera Tuhan limpahkan kepada hambanya bukan saja hal jasmani tetapi
terutama upah rohani, dimana setiap hambaNya dapat merasakan janji Tuhan yang
begitu tepat. Tuhan memenuhi segala janjiNya. Dan upah yang demikian itu pula
yang dirasakan oleh Yesaya ; ia bersukaria di dalam Tuhan, jiwanya
bersorak-sorai di dalam Allah. Yesaya merasakan bahwa ia telah menikmati
keselamatan itu karena ia hidup dengan benar. Sukacitanya, bagaikan pengantin
laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang
memakai perhiasannya. Ia juga bisa melihat sesuatu bahwa segalanya Tuhan telah
siapkan baginya (10-11). Bukan hanya itu, Tuhan juga menjanjikan upah yang
selalu diharapkan para orangtua, yaitu agar anak-anaknya kelak menjadi orang
yang hebat. Tuhan berjanji kepada orang-orang yang mau melakukan firmanNya akan
membuat keturunan mereka terkenal, bukan hanya pada lingkup marga dan parsahutaon,
tetapi semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah
keturunan yang diberkati Tuhan (ay.9). Orang-orang akan berkata : ‘tanda do
nasida pinompar na mangulahon hata ni Debata’. Mereka sungguh-sungguh keturunan
yang diberkati Tuhan. Demikianlah umat Tuhan menikmati Tahun rahmat Tuhan.
Kita adalah bangsa yang telah merdeka dari
penjajahan dan negeri yang memiliki sumber daya alam yang luar biasa. Selain
itu, bangsa kita adalah bangsa yang berbudaya dan cerdas. Namun, mengapa bangsa
ini selalu terpuruk ? Kejahatan, pembunuhan, penyalahgunaan wewenang, korupsi
yang merajalela, pembangunan yang tak merata, dan terakhir ini kita menjadi
bangsa yang gemar membentuk kelompok tandingan. Semua ini terjadi karena bangsa
kita belum seutuhnya tersentuh Injil. Penderitaan bukan hanya dialami oleh
orang-orang miskin secara materi, tetapi para pelaku kejahatan itu pun
sesungguhnya adalah orang-orang sengsara. Injil menjadi penting untuk
diwartakan kepada semua orang.
Gereja yang dipakai Tuhan untuk mewartakan
Injil itu juga tampaknya telah lalai. Gereja terlalu sibuk dengan pembangunan
fisik, sehingga yang terjadi adalah pertikaian-pertikaian dalam gereja. Berapa
persenkah dana digunakan gereja untuk pembangunan dan program-program yang
hanya berbau fisik ; pembangunan/renovasi fisik, biaya operasional. Seringkali
seksi/komisi membuat program sesuai dengan seleranya atau sekedar ia memiliki
program. Gereja seolah-olah mati jika programnya tidak dapat ditampilkan dalam
bentuk gambar atau dipampangkan di facebook. Tak kalah hebatnya,
program-program itu diproses melalui perdebatan-perdebatan panjang di rapat
majelis dan sidang umum, sekedar menunjukkan ia masih punya moncong. Dan ketika
dilaksanakan, sedikitpun tidak menyentuh kehidupan bergereja.
Tampaknya gereja perlu menata ulang.
Memulai kehidupan gereja dengan membangun mental-spiritual (partondion). Gereja
perlu kembali memperkokoh persekutuan. Mempererat persekutuan, membangun
kerohanian, mengajak setiap warga gereja turut ambil bagian dalam seluruh
ibadah dan persekutuan. Pada moment
seperti itulah gereja dapat menyentuh segala pergumulan jemaat, menjamah hati
yang remuk hatinya karena berbagai pergumulan dalam hidupnya. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar