MANUSIA BATINIAH DIBAHARUI HARI DEMI HARI
Pada gereja mula-mula, kehidupan
orang-orang Kristen mengalami ancaman ; baik dari penguasa maupun ajaran-ajaran
yang menyesatkan. Semua itu membuat orang-orang Kristen sangat merasa tertekan.
Lalu, apakah karena tekanan itu membuat gentar orang Kristen ? Satu kata yang
membuat orang Kristen tetap kokoh adalah ‘percaya’. Percaya bahwa Yesus Kristus
dibangkitkan. Keyakinan itulah membuat semangat orang Kristen berkobar-kobar,
bahkan membuat semakin banyak orang menjadi percaya. Kebangkitan itu membuat
orang-orang Kristen mengarahkan hidupnya pada kehidupan kekal. Buahnya,
orang-orang Kristen bukan hanya dikuatkan tetapi turut dimampukan bersyukur di
tengah-tengah penderitaan itu untuk memuliakan Allah. Bagaimana orang bisa
bersyukur sementara penderitaan menghampiri dirinya ? Paulus melihat bahwa
manusia terdiri dari lahiriah dan batiniah. Manusia lahiriah hanya mampu
memperhatikan yang kelihatan. Tak
dapat disangkal, penderitaan yang dialami umat Kristen itu membuat manusia
lahiriah mereka makin merosot. Mereka menjadi manusia yang tak diperhitungkan,
tetapi semua itu hanya sementara. Penderitaan, ancaman, tekanan, kemiskinan dsb
hanyalah lahiriah dan sementara.
Paulus memiliki kiat menghadapi semua itu.
Manusia batiniah yang dibaharui akan dimampukan menghadapi semua pergumulan
itu. Manusia perlu membangun hubungan terus menerus dengan Tuhan. Hubungan itu
akan membuat batin manusia terus bertumbuh, sehingga memiliki ‘beda rasa’
dengan manusia lahiriah. Kalaupun manusia lahiriah memandang sebuah penderitaan
begitu hebat dan tak pernah berakhir, tetapi manusia batiniah akan merasakan
setiap derita ringan saja dan semua itu hanyalah sementara. Badai pasti
berlalu. Sebab, manusia batiniah akan berfokus pada yang tak kelihatan yaitu
kehidupan kekal. Kehidupan di bumi ini adalah sebuah perjalanan. Tubuh dan
seluruh perlengkapan yang dipakai manusia dalam ‘perjalanan’ melewati kehidupan
ini tidaklah kekal. Allah akan menyediakan tubuh yang baru setelah kematian.
Saat itu tiada lagi tangis dan air mata tapi semua hidup dalam sukacita.
Di dalam dunia saat ini, sepertinya
tersedia seluruh kebutuhan jasmani manusia. Manusia berusaha dan wajar untuk
mengejarnya. Namun, dalam pencarian itu, sadar atau tidak, manusia acapkali
meninggalkan Tuhan, manusia itu seringkali mengandalkan pikiran dan kehendaknya
sendiri. Hal ini akan tampak dari cara manusia dengan menghalalkan segala cara
dan sikap manusia atas hasil yang diperolehnya. Hidup manusia masa kini memang
sedang ‘dipaksa’ berjuang untuk beroleh dan menikmati yang disajikan dunia.
Manusia seolah-olah harus memiliki nilai-nilai yang ditawarkan dunia ;
kekayaan, jabatan, kehormatan, penguasan iptek dsb. Manusia menjadikan dirinya
bagai tak berharga apabila tidak memilikinya. Manusia pun berusaha merebut itu
dengan menghalalkan segala cara, termasuk menyiksa diri sampai menderita (1
Timotius 6:10). Tapi pada waktu tertentu, suka atau tidak, semua itu harus
ditinggalkan.
Firman Tuhan ini menegaskan kepada kita
untuk senantiasa membaharui manusia batiniah kita. Manusia batiniah yang terus
dibaharui akan memampukan kita melihat kehidupan yang berbeda. Kita tidak akan
dibelenggu oleh hidup yang memang penuh penderitaan, tetapi kita akan memandang
suatu kehidupan yang penuh sukacita. Ke situlah kita berpengharapan.
Manusia masa kini mengalami
berbagai ketakutan dan derita. Masalah penyakit, ekonomi, keluarga, pekerjaan
datang menghampiri kehidupan manusia. Manusia yang menderita bukan hanya orang
yang tak memiliki nilai dunia ini tetapi juga orang-orang yang memiliki nilai
dunia ini. Sesungguhnya, penderitaan itu terjadi karena manusia seringkali
bahkan hanya fokus pada nilai-nilai dunia (yang kelihatan). Manusia terbelenggu
melihat hidup ini secara lahiriah. Manusia membangun dan mengisi hidup
lahiriahnya dan tidak begitu peduli dengan batiniahnya. Maka, manusia terus-menerus
berjuang dan berlelah-lelah untuk beroleh nilai-nilai dunia itu. Padahal apa
yang diperjuangkan manusia hanyalah sementara
Manusia yang batinnya
senantiasa dibaharui maka ia tidak gentar menghadapi semua tekanan dan
penderitaan. Sebuah penderitaan bisa saja menurut ukuran dunia mengerikan
tetapi bagi orang percaya, sebuah penderitaan itu akan menjadi ringan jika ia
mengalami keyakinan bahwa penderitaan itu hanya sementara sampai mengalami
kehidupan kekal. Karena itu Paulus berkata (ay.18) : ‘kami tidak
memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan.’ Tetapi, sekalipun
orang percaya mengalami kehidupan dunia yang tak diperhitungkan, maka orang itu
tetap bisa berbahagia. Itu sebabnya Paulus berkata (ay.16) : ‘meskipun manusia lahiriah kami semakin
merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.’ Sekalipun kita tidak memiliki kekayaan dunia ini, kita akan
dapat bahagia jika kita berserah dan memandang kepada Tuhan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar