ROH YANG MEMERDEKAKAN
Kita sering menyapa orang yang sudah kita
kenal sambil memberitahukan raut wajahnya. Misalnya : - eh…kok kamu bersedih,
wah….ceria sekali kelihatannya, bah….kok ngelamun ? Yah,…kita memang diberikan
kemampuan membaca wajah orang-orang yang ada di sekitar kita. Kondisi wajah
seseorang dapat dipengaruhi faktor dari luar maupun dari dalam. Kita bisa
memberi perawatan rambut, wajah, kulit, sehingga tampak anggun, cerah, cantik.
Itu pengaruh dari luar. Sedangkan pengaruh dari dalam ditentukan oleh hati,
jiwa, pikiran kita. Ketika hati kita sedang sukacita, jiwa kita tentram-damai,
atau pikiran kita begitu tenangnya, maka wajah kita turut memancarkan sukacita.
Musa dikenal sebagai tokoh yang memimpin umat
Tuhan selama perjalanan 40 Tahun. Salah satu peristiwa yang cukup dikenang
dalam kepemimpinannya adalah perjumpaannya dengan Tuhan di Gunung Sinai. Dalam perjumpaan itu, Tuhan mengadakan
perjanjian dengan umatNya. Perjanjian Tuhan itu dituliskan/dituangkan dalam dua
loh batu, yang sekarang kita kenal Kesepuluh Firman. Perjumpaan Tuhan dengan
Musa itu berlangsung selama 40 hari/malam; tidak makan roti dan tidak minum
air.
Lalu Musa turun dari gunung Sinai itu
dengan membawa dua loh ditangannya. Musa tentu merasa letih-lesu, wajahnya
kusam/capek, namun tanpa disadari Musa, kulit mukanya justru bercahaya (Kel.
34:29). Wajah Musa bercahaya karena ia telah berbicara dengan TUHAN dan
menerima firmanNya dan siap memberlakukannya.
Bagaimanakah umat menyambut Musa yang
membawa dua loh batu berisi firman Tuhan itu ?
1. Mereka ketakutan
Kehadiran Musa
dengan cahaya itu merupakan pancaran sinar Tuhan, yang penuh kemuliaan itu.
Namun, umat yang berdosa itu tidak mampu memandang sinar Tuhan pada wajah Musa.
Umat yang masih dipenuhi dosa tidak kuasa menatap sinar Tuhan itu.
2. Umat tidak memahami
akan Hukum Tuhan
Musa sangat
bersukacita saat menerima perjanjian Tuhan, yang tertuang dalam hukum Tuhan.
Namun, tidak demikian dengan umat, umat tidak menerima firman itu dengan
sukacita. Pikiran dan hati mereka terselubung oleh dosa. Mereka tidak dapat
memahami perjanjian Tuhan itu. Mereka memandang firman Tuhan sebagai beban.
Mereka tidak kuasa menikmati janji Tuhan itu sebagai janji keselamatan bangsa
itu. Mereka tidak pernah membiarkan firman itu berbicara kepada dirinya. Hati
mereka terselubung. Jiwa mereka tidak pernah terpuaskan, hati dan pikiran
mereka terkungkung. Mereka tidak dapat menerima firman Tuhan karena mereka
belum menerima Tuhan sepenuhnya. Bangsa Israel tidak mengerti maksud sebenarnya
dari Hukum Taurat. Paulus mengatakan bahwa selubung ini hanya dapat dibuka jika orang menafsirkan hukum itu dengan
mengimani Yesus sebagai Kristus.
Firman Tuhan berkata (16), jika orang
berkeinginan membuka selubung dalam dirinya, maka ia harus berbalik kepada
Tuhan. Mereka perlu berbalik kepada Tuhan agar hati mereka dibukakan. Dengan
menerima Yesus maka selubung itu akan terkuak, sehingga hati manusia dapat
memandang Tuhan. Lalu manusia dapat memahami dan memberlakukan kehendak Tuhan.
Dalam hidup yang demikianlah manusia menikmati sukacita. Segala usaha,
pekerjaan yang digeluti tidak dipandang sebagai beban hidup tetapi bagian dari
panggilan hidup. Saat demikianlah manusia dibebaskan dari tekanan, ia bisa
menikmati kehidupan. Itulah manusia yang merdeka. Tuhan memberi RohNya agar
manusia merdeka menyatakan kebenaran.
Pergumulan seringkali menghampiri hidup
manusia ; entah itu rumah tangga, pekerjaan atau bisnis, ekonomi, pasangan hidup,
keluarga, sakit-penyakit, keturunan dsb. Lalu, kita tidak mampu melihat jalan
keluar dari pergumulan itu. Kita hanya ingin menuruti keinginan daging. Kita
tidak memberi ruang untuk merenungkan maksud Tuhan bagi kehidupan kita. Selain
itu betapa sulitnya kita mengubah sebahagian dari sifat-sifat kita yang tidak
berkenan bagi Tuhan dan sesama, dan kita mempertahankan keegoisan kita. Semua
itu telah membuat kita terkungkung. Kita menjadi tidak mampu memancarkan kasih
Tuhan.
Kita lupa, bahwa sesungguhnya kita diutus
Tuhan ke dalam dunia ini untuk maksudNya. Kita perlu mengundang Roh Allah
mendiami hati kita, sehingga kita dibebaskan dari kungkungan dosa, yang menjadi
beban dalam hidup ini. Ay. 17 : ‘Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan’.
Kehidupan manusia tanpa Roh Allah adalah kehidupan yang terbelenggu,
terkungkung.
Banyak hal yang membuat kita terbelenggu
dalam hidup ini ; budaya, kemajuan zaman, kekayaan/kemiskinan. Semua ini karena
hati manusia tertutup bagi Roh Tuhan.
Mari
saudara-saudara, terima Roh Allah dalam diri kita. Biarkan Roh Allah itu
membuka selubung hati kita agar kita beroleh kemerdekaan di dalam Tuhan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar