MEMILIH DAN MEMUTUSKAN YANG BENAR DALAM TUHAN
Jika membaca nas
ini secara harafiah, maka kedatangan Yesus ke dalam dunia ini membuat kita
merinding. Yesus bagaikan pembawa kekacauan hidup manusia dengan membakar dunia.
Manusia seperti dihentakkan dari pemahaman yang telah terbangun, bahwa Yesus
penuh cinta kasih, lembut, bersahaja dan pembawa damai.
jangan takut….hahaha…
Yesus sedang memberi wejangan kepada para muridNya, agar mereka memahami segala
yang terjadi atas tugas panggilannya. Lukas menarasikan Yesus yang sungguh-sungguh
hadir di dalam sejarah dunia. Yesus datang membawa api untuk menerangi manusia yang
berada di dalam kegelapan dunia. Manusia
telah berjalan di dalam kegelapan karena tidak ada terang. Di dalam
kegelapan itu tidak ada kegaduhan, semua berdiam diri. Namun, situasi yang
demikian bukan berarti damai. Saat api menyala maka manusia dapat melihat segala
sesuatunya. Manusia dapat melangkah dengan selamat.
Api yang
sesungguhnya itu adalah Injil (Kebenaran). Yesus telah datang ke dalam dunia membawa
Kebenaran. Yesus telah memilih dan mengutus
para murid untuk mewartakan Kebenaran itu ke segala penjuru. Yesus
berharap Kebenaran itu menggelora di dalam hati murid-muridNya dan setiap orang
yang mendengar. Api yang menyala akan memberi pengaruh. Yesus menyadari bahwa
kobaran api Injil itu cukup membakar (menghentakkan/menyadarkan) manusia. Injil
itu memang akan menimbulkan pro-kontra ; ada yang menerima dengan sukacita dan
ada yang menolak begitu ganasnya. Puncak dari kobaran api itu adalah menangkap
‘pelaku pembakar’. Yesus akan ditangkap dan dihukum seperti orang yang
kesesakan. Ia harus dicemplungkan ke dalam air, sebagai tanda penderitaan (Mazmur
69:2-5). Peristiwa ini sangat dinantikan Yesus sebagai tanda telah dimulainya
kehadiran Kerajaan Allah di bumi.
Kobaran api akan
terus menyala sampai maranatha. Selama kobaran api menyala akan ada yang
berupaya memadamkan. Terjadi pertentangan antara yang mengobarkan api dan yang
hendak memadamkan. Pertentangan itu dapat terjadi pada skala kecil tetapi pasti
juga mencakup skala besar (gereja dan dunia).
Selanjutnya
(ay.54-56), Yesus berkata kepada orang banyak, yang tentunya juga hadir
orang-orang Farisi. Yesus berbicara di
hadapan khalayak ramai, dengan konkrit dan tajam. Yesus menohok satu sikap
manusia yang masih berada di dalam kegelapan.
Farisi adalah orang
awam namun mengambil posisi penting dalam keagamaan Yahudi. Mereka adalah
orang-orang yang memiliki kemampuan menafsir Taurat. Orang-orang Farisi mememperjuangkan
hasil tafsirannya, terutama yang berkaitan Sabat, rituil dan soal persepuluhan.
Namun, semua itu hanya formalisme kosong (pemenuhan hukum secara harafiah),
sehingga bukan menumbuhkan iman percaya kepada Tuhan.
Mereka seperti
orang percaya dan setia kepada agama yang dianutnya. Ia tampak melakukan ritual
keagamaannya, tetapi mereka sebenarnya tidak percaya. Mereka melakukan ritual
agama tetapi hanya formalitas. Mereka berdoa di persimpangan jalan supaya
terlihat sebagai orang saleh. Dalam praktek hidupnya, mereka memisahkan diri
secara sombong dengan memandang rendah rakyat sambil mempertahankan sifat
kelompok mereka pribadi. Arah dan tujuan mereka hanya sebatas nilai dunia yang
dianggap menguntungkan dirinya.
Orang-orang
Farisi cukup memiliki kepintaran, tahu kapan datang hujan dan kapan datang
angin. Sesungguhnya mereka juga paham akan perjalanan sejarah umatnya (nenek
moyangnya) ; kapan Tuhan mengasihi mereka, dan kapan Tuhan menjadi murka atas
mereka. Orang Farisi mestinya bukan berpura-pura tidak mengetahui perintah
Tuhan untuk dilakoni. Mereka menerima dan memberlakukan di dalam hidupnya
segala yang berkenan kepada dirinya. Tetapi mereka seolah-olah tidak paham akan
segala yang dianggap merugikan dan tidak berkenan kepada dirinya. Itulah
kemunafikan.
Kemunafikan !!!
Itulah sesungguhnya yang terjadi di dalam hidup manusia. Manusia tampak berlaku
saleh, seolah-olah dunia berada pada kondisi tenteram, aman, damai sejahtera.
Padahal, manusia hidup dengan ragam kejahatan ; penindasan, keangkuhan,
pembiaran atas kejahatan, membela yang salah. Yesus membongkar kemunafikan
manusia. Selama ada kemunafikan, maka tidak ada damai.
Kebenaran akan
membuat para pelaku kejahatan menjadi gelisah dan selalu menentang kebenaran
itu, sekalipun mereka paham atas kebenaran itu. Yesus menyebut pertentangan di
dalam keluarga (inti). Keluarga Kristen adalah persekutuan gereja terkecil.
Kita adalah persekutuan gereja yang lebih besar. Yesus menghendaki seluruh
umatNya hidup dalam kebenaran. Sebab Allah juga menghendaki agar seluruh
manusia menjadi ‘keluarga Allah’. Keluarga Allah adalah keluarga yang menyatu
dalam kasih dan kebenaran.
Tuhan memberikan
hikmat dan mengaruniakan RohNya (hati, jiwa, pikiran) bagi manusia sehingga
tahu yang baik dan buruk di hadapan Tuhan. Manusia adalah makhluk bebas. Tuhan
memberikan kebebasan bagi manusia untuk memutuskan pilihannya. Jangankan
manusia, iblis pun diizinkan Tuhan mencobai hambaNya Ayub, sekalipun pada batas
tertentu. Manusia yang telah diberi akal dan budi diberi Tuhan kebebasan untuk
memilih dan memutuskan tindakannya. Namun, setiap orang yang menerima Injil itu
akan beroleh keselamatan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar