Merdeka !!!
Kira-kira demikianlah pekikan umat Tuhan, ketika mereka meninggalkan Babel.
Mereka mengucapkan ‘Selamat tinggal’ untuk negeri yang pernah dibanjiri oleh
air mata selama berpuluh tahun.
Kini, Tuhan
membebaskan mereka. Tuhan menghendaki pertobatan hidup mereka dengan
meninggalkan segala kejahatan yang pernah mereka perbuat. Mereka harus melepaskan
gaya hidup lama; menindas, sombong, dan fitnah seorang terhadap lainnya. Tuhan
menghendaki mereka berbalik dengan hidup baru melalui perbuatan-perbuatan yang
berkenan kepada Tuhan. Mereka harus ‘membayar hutang’ atas kejahatan yang
pernah mereka perbuat. Umat Tuhan harus
membaharui diri. Mereka boleh menyadari, bahwa penindasan yang mereka lakukan
pada masa lampau hanya menuai penderitaan.
Kasih sayang
Tuhan tidak sekedar membebaskan umatNya dari pembuangan nan penuh derita tetapi
Tuhan juga menuntun umatnya menjadi berkat. Tuhan tidak menjanjikan kehidupan
materi yang berlebihan kepada umatNya, bahkan mereka berada di tanah kering.
Namun, Tuhan memberkati umatNya di tanah kering itu seperti ‘taman yang diairi
dengan baik’. Artinya, Tuhan mencukupkan segala kebutuhan umatNya, sekalipun
itu sedikit demi sedikit. Justru hidup yang demikian membuat hati mereka merasa
puas. Mereka akan dicengangkan dengan hidup berkecukupan, bahkan dapat menolong
setiap orang yang butuh bantuan. Mereka menjadi seperti mata air yang tak
pernah mengecewakan.
Hidup yang
merasakan berkat Tuhan dan di dalam kebersamaan, umat Tuhan dimampukan kembali
membangun reruntuhan kota Yerusalem, khususnya Bait Allah.
Sabat menjadi
salah satu tolak ukur ketaatan mereka kepada Tuhan. Tuhan mengingatkan umat
yang telah merdeka itu untuk tidak lagi meninjak-injak hukum Sabat. Sabat
adalah saat dimana umat Tuhan beribadah kepada Tuhan. Namun, ibadah bukan
sekedar nyanyian yang diringi Drum Band atau alat musik lainnya, yang membuat
ibadah menjadi khusuk atau hingar-bingar. Bukan itu !, melainkan perlu memahami
maksud dan tujuan (hukum) dari ibadah itu. Sabat menjadi hari yang sangat indah
untuk merasakan segala perbuatan Tuhan. Enam hari lamanya Tuhan menganugerahkan
berkatNya, dan Sabat saat merenungkan semua itu. Sabat bukan kesempatan untuk
mengurus urusan pribadi, apalagi untuk ngomong ngaur (gossip) di rumah
kudusNya. Justru Sabat menjadi saat terindah menghormati Tuhan. Dengan
demikianlah maka umat Tuhan akan bersenang-senang, hidup penuh bahagia.
Ketika umat Tuhan
telah hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dan berseru memanggilNya, maka Tuhan
akan menjawab : ‘Ini Aku ! Mintalah segala yang kau inginkan’.
Wahhh…wahh…wahhh... enak tenan ber-Tuhan, bukan ?
Hidup beragama
ditandai dengan ritual/ibadah seremonial. Gereja terus-menerus membenahi
fasilitas gedungnya, yang tak kunjung selesai. Tidak sedikit warga jemaat
datang ke gereja hanya untuk memandang-mandang gedungnya. Ragam istilah
kepengurusan dipakai untuk membicarakan pembangunan fisik yang sudah
‘berabad-abad’, untuk mendatangkan dana. Akibatnya, jangankan menjadi berkat,
menikmati sukacita pun susah,…. yang sering…. ‘ron…..tok’ karena unjuk gigi dan
perdebatan. Firman Tuhan (13) mengingatkan umat agar ‘tidak menginjak-injak
hukum Sabat’. Datanglah ke rumah Tuhan dengan sembah sujud, layanilah Tuhan
dengan tulus dan jujur.
Tuhan telah
menganugerahkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, negeri kita tercinta.
Kemerdekaan ini menjadi ruang untuk mengaktulisasikan iman kita. Tak dapat
disangkal, kehidupan beragama masih mengalami hambatan berat. Di tengah-tengah
kesulitan itu tidak menjadi alasan bagi kita untuk mengekpresikan iman percaya
kepada Tuhan Yesus. Masih terlalu banyak penghuni negeri yang masih menanti
uluran kasih Tuhan. Tuhan memanggil kita sekalian untuk peduli pada situasi
orang-orang yang menanti belas kasih Tuhan. Tuhan sedang memakai kita untuk
menyalurkan kasihNya. Kepedulian kita tidak cukup hanya bagi saudara kita di
dalam lingkup gereja tetapi juga mereka yang masih berada di luar gereja.
Warga Gereja yang
memiliki kekuasaan di tengah masyarakat dan pemerintah juga memiliki kewajiban
untuk mensejahterakan rakyat. Alangkah eloknya jika para pejabat Kristiani di
pemerintahan dan legislative atau organisasi lebih memperhatikan kesejahteraan
umum ketimbang ‘mensubsidi’ gereja. Sudah saatnya juga gereja menjauhkan diri
dari ‘mental pengemis’. Karena itu, gereja tidak perlu menjadi ‘jurkam’ bagi
calon penguasa, tetapi gereja wajib berdoa bagi para pemimpin agar mereka
terpanggil men-sejahterakan rakyat.
Manusia selalu mengejar kepuasan hidup, kebahagiaan. Tetapi manusia tidak akan pernah menikmatinya jika kepuasan
itu mengikuti dalil dunia. Dunia memang tidak akan pernah memberi kepuasan
hidup, malahan membuat manusia makin kehausan. Tuhan Yesus berkata (Matius
7:12) : ‘Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka.’ AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar