BERTOBAT DAN KORBAN PERSEMBAHAN
Kehidupan
beragama tampak makin semarak pada masa kini. Tempat beribadah (gereja) makin
banyak dikunjungi, bahkan ada yang dua kali beribadah pada minggu yang sama di
tempat berbeda. Asesoris/simbol agama muncul begitu hebatnya, baik yang
bergantungan di tubuh penganutnya maupun tertempel di rumah atau mobil. Nuansa
agama juga sangat terasa di pasar swalayan dengan pajangan asesoris agama dan
mengalunkan musik pada saat atau menjelang hari perayaan sebuah agama. Semua
itu cukup membanggakan bagi para penganut agama itu. Secara khusus, nuansa
keagamaan bagi orang Batak Kristen sangat terasa pada bulan Desember s/d Maret.
Mereka merayakan Natal dan Bona Taon dengan ibadah, baik untuk parmargaon
maupun parsahutaon. Sebagai orang beragama, kita tentu mengapresiasi
semua itu.
Apakah Tuhan
menuntut simbol dan perayaan agama itu ? Apakah juga Tuhan menuntut kesalehan
dari umatNya ? Yesaya dengan keras mengecam para pemimpin-pemimpin sebagai
manusia Sodom dan manusia Gomora.
Sebutan ini hendak menyebutkan bahwa para pemimpin telah berlaku jahat.
Sodom dan Gomora dikenal tempat sex bebas, yang mengakibatkan kota itu
dimusnahkan. Demikianlah para pemimpin itu disebut sebagai ‘manusia pezinah’.
Mereka datang ke Bait Suci Tuhan untuk beribadah, memuji Tuhan, memberi korban
persembahan, dan berdoa. Mereka menunjukkan diri mereka sebagai orang saleh
dengan melaksanakan kewajiban agama.
Tetapi Tuhan
mencela praktek agama para pemimpin itu. (a) Korban persembahan. Mereka memberi
korban persembahan, tetapi Tuhan tidak berkenan atas korban persembahan mereka.
Tuhan mencium bau busuk atas korban persembahan mereka. Kehadiran para pemimpin
itu bukan memuji Tuhan tetapi dianggap sebagai penghinaan (menginjak-injak)
atas Bait Suci. (b) Doa. Doa adalah komunikasi (perjumpaan) dengan Tuhan. Orang
Yahudi memiliki tradisi berdoa dengan wajah menghadap ke atas. Namun Tuhan
memalingkan mukaNya dari pandangan mereka. Tuhan tak berkenan mendengarkan doa
mereka.
Kesalehan agama yang
dilakukan para pemimpin itu adalah kemunafikan. Penyembahan dan persembahan
mereka tidak didasarkan dari hidup yang benar. Hidup keseharian mereka dilumuri
dosa. Mereka hidup dengan kejahatan, membiarkan terjadinya penindasan pada orang
lemah, mereka tidak membela anak-anak yatim, mereka mengabaikan hak para janda.
Melakukan dan
membiarkan kejahatan adalah dosa. Tuhan menghendaki agar mereka menghiasi
hidupnya dengan kebenaran. Para pemimpin itu perlu terlebih bertobat. Pertobatan
yang Tuhan kehendaki : (a) Membasuh diri. Membersihkan diri bukan dengan
kesalehan belaka, tetapi agar para pemimpin itu tidak lagi berbuat jahat. (b)
Berbuat baik. Berbuat baik bukanlah dengan melepaskan diri tetapi turut
melibatkan diri dalam pergumulan dunia. Sebagai orang yang memiliki kuasa,
mereka harus menghentikan segala kejahatan : mengupayakan keadilan,
mengendalikan orang-orang kejam, membela hak anak-anak yatim, memperjuangkan
perkara janda-janda! Dengan keterlibatan para pemimpin itu, maka Tuhan berkenan
‘berperkara’ dengan mereka. Tuhan berkenan berjumpa dengan umatNya. Kehidupan
yang demikianlah yang disebut BERTOBAT. Perbuatan-perbuatan baik itu yang
berkenan bagi Tuhan, dan hal itu jauh lebih utama daripada persembahan korban
yang penuh kejahatan.
Kita memang
bergelimang dengan dosa, datanglah kepadaNya dengan remuk hati. Tuhan berkenan
mengampuni kita yang berdosa. Kita perlu membersihkan diri dengan menjauhi
kejahatan. Firman Tuhan yang menegor harus mengubahkan diri kita hingga turut
ambil bagian dalam terciptanya keadilan, kasih dan damai sejahtera. Yesus
Kristus adalah kebenaran, Ia telah melakukan kesetiaan dan keteguhan melalui
kematianNya di kayu Salib. Ia telah menebus kita.
Berbuat baiklah.
Seorang filsuf berkata : ‘Orang yang baik akan memilih lebih baik menderita
oleh karena perlakuan jahat daripada melakukan kejahatan. Hidup dengan berbuat
baik, kebenaran, kesetiaan dan keteguhan kepada Tuhan; maka kita akan
memperoleh kebahagiaan, damai sejahtera dan keselamatan yang kekal.
Firman Tuhan ini
memanggil kita turut memberitakan Berita Sukacita bagi setiap orang. Kalaupun
kita tak dapat menghempang kejahatan secara langsung, tapi janganlah ikut dalam
kejahatan itu, dan berdoalah bagi pelaku kejahatan, semoga ia mengalami
pertobatan. Kita dipanggil untuk membebaskan orang-orang dari kungkungan
kegelapan dan penderitaan. Itulah pertobatan.
Orang-orang yang
datang ke rumah Tuhan adalah anak-anak Tuhan yang mau berjumpa dengan Tuhan.
Kita bersyukur atas kasih Tuhan, karena kita merasakan berkatNya. Kita juga
datang ke rumahNya membawa dan menyerahkan ragam pergumulan (sakit, ekonomi,
pekerjaan dsb). Kita ingin agar Tuhan campur tangan di dalam pergumulan itu.
Kita menyembah Tuhan dengan nyanyian, doa, persembahan. Pujian kepada Tuhan itu
tentunya karena umat telah merasakan kasih Tuhan. Ibadah memang puncak dari
respon kita atas kasih Tuhan. Ibadah kita akan menjadi benar apabila di dalam
hidup keseharian kita berlaku benar, saling mengasihi. Demikianlah pertobatan
yang Tuhan kehendaki, sehingga penyembahan dan persembahan kita berkenan bagi
Tuhan. Marilah kita hidup dengan benar. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar