5 Oktober 2013

Efesus 5:8-14 (Khotbah Minggu, 30 Maret 2014)


MENGUJI APA YANG BERKENAN KEPADA TUHAN (Efesus 5:8-14)

Paulus menjuluki dirinya: “Orang yang dipenjarakan karena Kristus” (4:1). Paulus memang menuliskan surat penggembalaan ini saat ia berada di penjara. Sekalipun Paulus menuangkan tulisannya di dalam penjara tetapi pokok pikirannya cukup jelas, yaitu bahwa Allah, di dalam Kristus,  telah menebus manusia dan dunia dengan segala isinya menjadi milik-Nya.  Oleh sebab itu, dunia dan manusia dengan semua pikiran, kehendak dan ucapannya harus kudus dan menjadi pujian kemuliaan Allah.
Surat Efesus dikenal sebagai Surat Penggembalaan, yang dialamatkan pada Jemaat Efesus. Paulus menasehatkan supaya mereka yang telah terhisab ke dalam persekutuan anak-anak terang jangan menentukan tingkah laku mereka menurut ukuran-ukuran moral yang mereka pakai sebelum menjadi Kristen. Hidup lama mereka berada dalam kegelapan ; percabulan, kecemaran, keserakahan, perkataan yang kotor, kosong, sembrono, penyembah berhala. Kehidupan demikian sah-sah saja pada hidup masyarakat umum Efesus, sekalipun itu sesungguhnya penderitaan (Mazmur 107:10) dan kebodohan (Pengkhotbah 2:14). Namun, setelah mereka memasuki persekutuan baru, dimana mereka telah menjadi anak-anak terang, maka dunia kegelapan itu harus ditinggalkan. 
Jemaat Efesus sekalipun sudah menjadi Kristen tetapi mereka masih  hidup dalam pola lama, mereka hidup dengan tingkah laku masyarakat Efesus umumnya. Padahal mereka sudah menjadi anak-anak terang. Mereka adalah terang : bukan terang dari dalam diri mereka sendiri, tetapi terang dari Tuhan. Mereka adalah terang di dalam Tuhan, mereka telah dipindahkan dari ‘kuasa kegelapan’ dan ditempatkan di dalam’Kerajaan Kristus (Ef. 5:5). Jika menjadi anak-anak terang, maka semua bentuk kehidupan lama itu harus ditinggalkan. Bila perlu, anak-anak terang tidak lagi berkawan dengan mereka yang masih hidup dalam kegelapan (Ef. 5:7). Semua kegelapan itu hanya mendatangkan murka Allah.
Hidup sebagai anak-anak terang haruslah memiliki sifat hidup dalam terang, yaitu berbuahkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Ketiganya tidak ada pada manusia lama, hanya pada manusia baru sebagai anugerah Allah padanya. Hidup dengan kebaikan, keadilan, dan kebenaran, maka anak-anak terang menunjukkan adanya hasrat untuk memperkenankan kasih Allah itu memenuhi dirinya. Kasih Allah yang memenuhi dirinya itu akan membuat anak-anak terang menikmati hidup sukacita.
Dalam hidup masyarakat Efesus banyak yang sangat bertentangan dengan kehidupan Kristen. Bagi Paulus, menyebutkan saja tidak layak dalam kehidupan Kristen. Paulus mengingatkan anak-anak terang, bahwa mereka sekarang tidak sama lagi seperti dahulu. Sejak mereka bertobat dan menjadi anggota tubuh Kristrus (jemaat), situasi mereka telah berubah.
Orang Kristen tidak hanya menghindari praktek dan pekerjaan jahat; mereka juga bertanggung jawab menelanjangi sifat salah dari dunia di sekitar mereka, dengan cara hidup yang berlawanan dengan cara hidup dunia. Orang Kristen sebagai anak-anak terang di dunia harus memancarkan sinar menerangi pojok-pojok kegelapan dari masyarakat, dimana praktek-praktek kejahatan dilakukan. Terang harus menelanjangi kegelapan itu. 
Pada akhirnya, Paulus mengutip syair sebuah kidung, ‘Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah….’. Nyanyian ini merupakan dorongan sebagai kebangkitan orang yang bertobat dari kematian dosa menuju ke persekutuan dengan Tuhan yang hidup. Tujuannya agar mereka memiliki kekuatan untuk meninggalkan pola hidup lama itu. Jika mereka menghayati syair lagu itu, maka Kristus akan bercahaya atas mereka.

Kita bukan lagi generasi pertama dalam kehidupan Kristen. Namun masih banyak orang-orang Kristen yang hidup dalam pola lama. Kita mestinya meninggalkan sifat-sifat lama dan hidup sebagaimana layaknya anak-anak Tuhan. Agar kita dapat hidup sebagai anak-anak terang maka haruslah ditatang oleh doa, percakapan dan ‘perundingan’ yang terus menerus dengan Dia. Selanjutnya, hidup terang pastilah berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. Itulah kehidupan yang Tuhan kehendaki sebagai kasih dan rasa syukur. Dengan demikian, kita nampak sebagai orang-orang yang telah hidup dalam kebaharuan.
Minggu kita hari ini disebut Letare, bersukacitalah kamu. Hidup sukacita adalah dimana orang itu dapat melepaskan diri dari beban yang melekat pada dirinya. Sukacita hanya akan dialami oleh orang-orang yang hidup dalam terang. Hanya orang-orang yang hidup dalam terang mampu berletare. Sukacita yang utama anak-anak terang adalah keyakinan, bahwa Kristus telah menyelamatkannya. Pengorbanan Kristus telah membuatnya menjadi terang dan pewaris Kerajaan Sorga. Kekayaan Kristus itu adalah, dimana kita akan dianugerahi kehidupan sorgawi yang penuh sukacita. Kekayaan Kristus itu harus sudah nampak dalam kehidupan berjemaat, sebab jemaat adalah tubuh Kristus.  Dengan demikian, maka seluruh jemaat akan mengalami sukacita yang luar biasa dalam menjalani hidup ini. AMIN

3 Agustus 2013

1 Petrus 3:8-12 (Khotbah Minggu, 4 Agustus 2013)



                                     MATA TUHAN TERTUJU PADA ORANG BENAR

Sebuah komunitas selalu memberikan nilai-nilai tertentu bagi anggotanya. Nilai dasar dari sebuah komunitas menjadi baik jika tiap-tiap orang saling memiliki perasaan (simpati). Rasa simpati seorang terhadap yang lain akan menumbuhkan seia sekata, yang menggambarkan persatuan dalam suatu komunitas. Komunitas yang penuh saling rasa itu akan membuat orang-orang mengikatkan diri dengan sukacita. Tetapi tidak jarang sebuah komunitas di dalamnya penuh kejahatan, caci maki. Komunitas yang demikian akan membuat orang merasa tidak nyaman di dalamnya. Akibatnya, orang akan menjauhkan diri dari komunitas tersebut.

11 Juli 2013

1 Raja-raja 3:4-12 (Minggu, 30 Juli 2017))




        MINTALAH HIKMAT DARI TUHAN

Ada empat orang bersaudara yang menerima warisan dari orangtua mereka. Masing-masing mereka sebuah rumah. Selain itu, orangtua mereka juga mewariskan sebuah usaha. Mengenai usaha itu, dalam surat wasiat ditetapkan bahwa keuntungan dari usaha itu dibagi bersama oleh anak-anaknya. Sepeninggal kedua orangtua itu, anak-anak itu hidup rukun dan masing-masing menerima bagian atas keuntungan dari usaha itu dengan sukacita. 

Yohanes 15:9-17 (Khotbah Minggu, 21 Juli 2013)



AKAR SALING MENGASIHI

Kata kasih sudah begitu melekat dalam kehidupan Kristiani, bahkan seperti sudah milik Kristen. Kasih itu memang layak menjadi milik Kristen jika kasih yang dilakukan orang Kristen itu berakar pada kasih Kristus. 

Lukas 10:25-37 (Khotbah Minggu)



MENJADI SESAMA MANUSIA

10:25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
10:26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"
10:27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
10:28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."
10:29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?"
10:30 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
10:31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
10:32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
10:36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
10:37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

1 Juli 2013

Acara Penghiburan




 

1.         NYANYIAN KJ.  No. 344 : 1 + 4 INGAT AKAN NAMA YESUS
Ingat akan nama Yesus, kau yang susah dan sedih:
Nama itu menghiburmu k`mana saja kau pergi.
Reff : Indahlah namaNya, pengharapan dunia !
          Indahlah namaNya, suka sorga yang baka !
Bila mendengar namaNya, baiklah kita menyembah
dan mengaku Dia Raja kini dan selamanya.
Reff : …………………………………………..

2.         DOA PEMBUKAAN

3.         Riwayat Hidup Almarhum

4.         NYANYIAN  KJ. No. 144b : 1  SUARA YESUS KUDENGAR

Suara Yesus kudengar, “Hai mari yang penat,
Serahkanlah kepadaKu bebanmu yang berat.”
Kepada Yesus Tuhanku, ‘ku datang berserah;
jiwaku yang letih lesu dibuatNya lega.

5.         Kata-kata Penghiburan

6.         MANGAPPU

7.         NYANYIAN  KJ. No. 358 : 1 + 3  SEMUA YANG LETIH LESU

Semua yang letih lesu, berdosa, bercela,
Terima rahmat Tuhanmu, percaya sabdaNya.
Reff  : Datang saja pada Yesus; kini saatnya !
           Datang saja pada Yesus, t`rima rahmatNya.

Dialah Jalan yang benar kedamai yang baka.
Percayalah kepadaNya dan t`rima berkatNya.
Reff  :  ………………………………………

8.         RENUNGAN

9.         NYANYIAN  KJ. No. 402 : 1 ‘KU PERLUKAN JURUSLAMAT  

Kuperlukan  Jurus`lamat, agar jangan `ku sesat;
S`lalu harus kurasakan bahwa Tuhanku dekat.
Reff : Maka jiwaku tenang, takkan takut dan enggan;
          Bila Tuhanku membimbing, `ku di malam pun tent`ram.

10.        PERSEMBAHAN   

                     11.  DOA PENUTUP, DOA BAPA KAMI, BERKAT

               12. NYANYIAN PENUTUP, KJ No. 410 : 1 TENANGLAH KINI HATIKU
                               Tenanglah kini hatiku: Tuhan memimpin langkahku.
Ditiap saat dan kerja tetap kurasa tanganNya.
Reff  : Tuhanlah yang membimbingku;
           tanganku dipegang teguh.
           Hatiku berserah penuh tanganku dipegang teguh.

                ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
                                                             Syalom, Tuhan kiranya menghiburkan dan menguatkan!

29 Juni 2013

Kolose 4:1-6 (Khotbah Minggu, 7 Juli 2013)



HIDUP DALAM HIKMAT DAN KASIH
Hidup dalam kekristenan bukan hanya untuk kepentingan “nanti dan di sana’ tetapi juga untuk ‘kini dan di sini’. Dalam hal inilah penulis kitab Kolose memberikan pengajaran bagaimana seharusnya orang percaya menjalani kehidupan masa kini. Seiring dengan pertumbuhan kekristenan juga muncul berbagai ajaran yang mengguncang iman orang percaya kepada Yesus Kristus. Berbagai paham telah mengombang-ambingkan hidup orang percaya. Menghadapi situasi itu, penulis Kolose memberikan nasehat bagi orang-orang percaya agar dapat hidup lebih berhikmat dan kasih. Hikmat akan memampukan orang-orang percaya melawan arus deras yang bertentangan imannya. Mereka memang harus meninggalkan hidup masa lalu dan hidup sebagai umat kudus Allah yang baik. Dengan demikianlah mereka dapat disebut sebagai umat yang hidup dalam hikmat dan kasih. Praktek hidup masa lampaumereka harus nyata berbeda setelah memasuki hidup baru.
Berbagai prilaku masyarakat sangat bertentangan dengan yang seharusnya dijalani orang-orang percaya. Kecurangan sudah demikian nyata dalam hidup masyarakat. Keadilan dan kejujuran yang dirindukan banyak orang tidak lagi tampak. Ketidakadilan seperti sudah kebiasaan umum ; yang kuat (tuan) menindas yang kecil (hamba). Ketidakadilan bukan hanya dilakukan oleh penguasa terhadap rakyat tetapi juga di antara rakyat bawah terjadi tindas menindas. Mereka yang kuat merasa tidak akan pernah mendapat ganjaran. Penulis Kolose mengingatkan umat percaya bahwa keadilan pasti datang dari Dia yang ada di sorga.
Penulis kitab Kolose yang adalah seorang hamba Tuhan juga memberikan cara hidup praktis. Sebagai orang yang telah hidup baru maka hidup ditandai dengan doa ucapan syukur penuh sukacita. Praktek hidup yang penuh dengan keluh kesah yang sering ditampilkan orang lain harus ditinggalkan. Doa sebagai salah satu ciri khas umat percaya menjadi tuntutan yang harus dilakukan umat. Doa merupakan nafas kehidupan umat percaya. Dalam hidup persekutuan, jemaat perlu berdoa untuk tugas pelayanan para hamba Tuhan, sehingga mereka dimampukan membukakan rahasia Kristus yang disangkal oleh para pengajar sesat, yang tidak percaya kepada Kristus. Banyak rahasia Kristus (misteri) yang perlu dibukakan dan disampaikan kepada orang-orang yang belum percaya, misalnya ; (a) apakah orang kafir ikut masuk ke dalam rencana keselamatan Allah, (b) bagaimana hubungan gereja masa kini dengan masa yang akan datang ? Semua ini adalah bahagian dari misteri pada zaman itu. Untuk itu jemaat perlu berdoa agar para hamba dimampukan memahami setiap rahasia Kristus.
Berhadapan dengan orang-orang luar (yang belum percaya) sangat diperlukan hikmat dan kasih. Ketika orang-orang tak percaya mengarahkan seluruh waktunya (hidup) untuk kehidupan dunia ini, maka orang-orang percaya harus menggunakan waktu untuk meyakini Kerajaan Allah. Di sinilah orang-orang percaya perlu berhikmat. Segala sesuatu yang dilakukan/ diperbuat dengan hikmat akan mendatangkan sukacita dan kebahagiaan. Orang-orang berhikmat memang sangat mungkin menjadi tertawaan dunia, namun pada akhirnya akan menerima upah yang tidak kecil.
Selain berhikmat, orang percaya juga dituntut untuk memberlakukan kasih. Dalam nas ini (ay.6), kasih dikaitkan dengan perkataan. Ada pepatah yang berkaitan dengan perkataan (ucapan) : ‘memang lidah tak bertulang’. Artinya manusia bisa mengucapkan kata-kata apa saja. Kata-kata itu memiliki kuasa yang dapat memberikan semangat dan kekuatan. Itulah kata-kata yang penuh kasih.Tetapi ada juga kata-kata yang hambar, tak berguna, bahkan ada kata-kata yang cukup menyakitkan, melemahkan  dan membuat orang lain terluka. Seharusnya perkataan anak-anak Tuhan harus penuh kasih. Orang-orang luar sangat mungkin memperdebatkan bahkan menyerang iman/keyakinan orang-orang percaya kepada Kristus. Orang-orang percaya perlu menjawabnya tetapi dengan penuh kasih. Justru dengan kata-kata yang penuh kasih itu dapat membuat mereka memahami kebenaran. Dengan kata-kata yang penuh kasih itu, maka orang percaya telah menyatakan kerajaan Allah dan mewartakan keselamatan itu.

Hikmat dan kasih menjadi kunci bagi kita dalam menjalani kehidupan ini, baik berhadapan dengan saudara, keluarga, saudara seiman, maupun dengan orang yang tidak seiman. Pengetahuan/hikmat manusia sangat terbatas, dan di dalam keterbatasan itulah manusia perlu merendahkan hati. Banyak soal kehidupan yang tak terjawab oleh manusia. Ada rahasia Tuhan. Tuhan  penuh misteri. Kita perlu memohon dengan doa pada Tuhan. Sambil mencari hikmat, kita perlu hidup dalam kasih, terutama melalui perkataan kita. Kita perlu berhati-hati dengan setiap ucapan kita, karena kekuatan dari perkataan adalah sangat luar biasa. Ucapan dapat merugikan orang lain tetapi juga dapat merugikan diri sendiri. Jangan heran jika ada orang yang dijauhi orang karena perkataannya.  "Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut."  (Amsal 20:19). Kita perlu menjaga kata-kata sebab hal itu menunjukkan siapa kita sebenarnya.  Hendaklah kata-kata yang keluar dari kita dapat menjadi berkat dan sukacita bagi banyak orang. AMIN