MEYAKINI KUASA YESUS
KRISTUS
Duet tokoh dalam kitab Injil : Yohanes dan
Yesus cukup menggetarkan masyarakat Yahudi. Yohanes menyerukan pertobatan dan
melayankan baptisan, serta mempersiapkan jalan bagi Sang Juruselamat. Sedangkan
Yesus melakukan banyak hal ; penyucian Bait Allah, mujizat, serta pengajaranNya
yang mengagumkan. Yohanes dan Yesus sedang melakukan pembaharuan secara total. Imam-imam
Kepala serta tua-tua bangsa Yahudi turut merasakan perubahan masyarakat.
Namun, mereka merasa terusik dengan gerakan pembaharuan itu.
Namun, Yesus tidak menghendaki dialog ini
berhenti begitu saja. Yesus mengangkat sebuah kisah tentang sikap dua orang
anak terhadap perintah ayahnya. Sang ayah menyuruh anaknya untuk bekerja di
kebun anggur. Pertama, sang ayah memerintahkan anak sulungnya, dan si anak
menjawab ‘Baik, bapa. Tetapi ia tidak
pergi.’ Kedua, sang ayah memerintah anak bungsunya, dan si anak menjawab: ‘Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal
lalu pergi juga.’ Lalu Yesus bertanya, siapakah diantara kedua anak itu
yang melakukan perintah ayahnya?
Imam-imam dan tua-tua itu tanpa beban berkata “Yang terakhir”. Yesus
membenarkan jawaban mereka. Anak kedua ini yang sebelumnya memberontak tetapi
kemudian menyesali dan menaati perintah ayahnya. Anak kedua ini adalah gambaran
orang-orang yang sering dipinggirkan karena dipandang sebagai orang-orang
berdosa tetapi kemudian menyadari dan menyesali dosanya kemudian berbalik
menjadi taat. Mereka itu adalah para pemungut cukai dan orang-orang sundal.
Sekalipun mereka berbuat banyak dosa, tetapi mereka menyesal dan percaya kepada
Yesus. Sedangkan anak sulung adalah gambaran orang-orang yang telah dipilih
Allah, namun tetap berkutat di dalam dosanya. Mereka adalah orang-orang
pilihan, yang memiliki hak istimewa tentang kerajaan sorga. Namun mereka tidak
pernah menyesali dosanya, bahkan menolak Yohanes yang menyerukan pertobatan.
Dalam suatu perkara di persidangan, menyadari dan menyesali kejahatan sangat
penting. Menyesali kejahatan dari seorang terdakwa dapat menjadi alasan kuat
bagi seorang hakim untuk memberi keringanan hukuman. Bertobat berarti menyesal,
menyadari kejahatannya dan mengubah jalan pikiran dari yang jahat kepada jalan
yang benar. Dalam hal inilah Yesus
mengaitkan nama Yohanes, yang menyerukan pertobatan sehingga orang banyak
menyesali dosanya dan membaptiskan dirinya. Namun, para imam-imam dan tua-tua
Yahudi belum layak menerima masuk ke dalam kerajaan Allah karena mereka belum
mengalami pertobatan atas dosa-dosanya. Yang terdahulu telah menjadi yang
terkemudian. Mereka dipandang sebagai orang terhormat tetapi tidak memelihara
kehormatannya. Mereka hidup dalam kemunafikan. Karena itu, melalui perumpamaan
ini menjadi jelas bagi mereka bahwa orang Israel tidak begitu saja berkenan di
hadapan Allah hanya karena mereka adalah keturunan Abraham. Mereka harus sadar
bahwa selama ini mereka tidak mentaati
Allah. Kini, tiba saatnya bagi mereka mengubah pemahaman mereka terhadap Yesus
dan bertobat.
Kuasa Yesus yang bersumber dari Allah
merupakan kebenaran. Segala yang Yesus nyatakan adalah kebenaran, sebab Yesus
adalah Anak Allah yang telah mati bagi dosa manusia dan bangkit kembali. Yesus
Kristus adalah Juruselamat bagi manusia. Yesus memiliki kuasa untuk memberi
keselamatan bagi setiap orang yang menyesali segala kejahatannya. Yesus Kristus
menawarkan keselamatan bagi yang berkenan memutuskan segala ikatan
dosanya. Yesus Kristus tidak menghendaki
manusia binasa dalam dosanya. Mari kita yakini, bahwa hanya kuasa Yesus Kristus
saja yang dapat memberi keselamatan.
Mari sungguh-sungguh dan percaya pada kuasa Yesus.
Kita patut bersyukur atas kasih
karunia Tuhan, sehingga kita memperoleh keselamatan. Buah keselamatan itu tidak
kita genggam sendiri tetapi turut mewartakan Kristus, agar orang banyak turut
menerima Kristus dan beroleh keselamatan. Kita perlu merenungkan dan terus menerus
menumbuh-kembangkan iman kepada Yesus Kristus. Pertumbuhan iman itu akan
menggerakkan kita melakukan yang Allah inginkan dari hidup kita. Kita yang telah mengalami kasih Allah mestinya
mencerminkan kasih itu dalam tindak-tanduk kehidupan kita, baik sebagai pribadi
maupun dalam persekutuan Gereja.
Kita
dapat mewartakan Kristus melalui perbuatan baik. Semua itu merupakan ungkapan
syukur atas nikmat kasih Tuhan Yesus. ‘Iman
tanpa perbuatan adalah mati’(Yakobus (2:17). Keselamatan itu dapat kita
bagikan melalui ragam pelayanan, dari talenta yang Tuhan telah anugerahkan bagi
kita. AMIN
Terima Kasih Pak Pendeta Gurning, selamat menaburkan firman pd pelayana mimbar esok hari ..........“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan menjadi pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak. 1:22). Salam Soli Deo Gloria.
BalasHapus