MATI SATU KALI UNTUK
KESELAMATAN SEMUA
Orang Batak cukup bersahabat dengan sebutan
darah. Saya tidak membawa pikiran kita makan sangsang, panggang na margota, ataupun manuk na pinadar. Sebab,
kalau itu so pasti enak di bibir. Tetapi ada sebutan yang lebih indah lagi
berkaitan dengan darah, yaitu :
‘samudar’ (satu marga). Dalam
pengertian seperti ini segera tumbuh rasa kekeluargaan, merasakan bahwa kita
satu.
Orang Yahudi ruparupanya juga memiliki
pemahaman khusus tentang darah. Istilah darah mengingatkan mereka pada penghapusan
dosa. Allah senantiasa setia dalam kepada umatNya. Allah tidak pernah menolak
umatNya. Berulangkali mereka berbuat dosa tetapi berkalikali pula Allah
berkenan mengampuni dosa-dosa umatNya. Para Imam memiliki peranan penting dalam
melaksanakan ritual penghapusan dosa. Umat membawa korban kepada imam. Lalu
imam memercikkan darah korban ke dinding mezbah dan bagian bawah mezbah (Imamat
5:9). Itulah korban penghapusan dosa.
Para imam akan berulang-ulang masuk ke
dalam mezbah mempersembahkan korban dan memercikkan darah di dinding mezbah. Praktek yang demikian itu
dipahami sebagai penghapusan dosa umat. Itulah yang diyakini oleh umat Tuhan
pada kehidupan Perjanjian Lama.
Penerima Surat Ibrani ini adalah
orang-orang Yahudi, yang ada di perantauan. Istilah darah sebagai penghapus
dosa bukan lagi asing bagi mereka. Namun, ketika mereka terhisap ke dalam
persekutuan Kristen, maka mereka harus memiliki keyakinan yang perlu
diperbaharui, bahwa (a) penghapusan dosa itu tidak lagi dilakukan
berulang-ulang, tetapi cukup hanya satu kali saja. Selanjutnya (b), umat juga
tidak perlu membawa korban, agar imam memercikkan darahnya ke mezbah Tuhan.
Tetapi dalam pemahaman baru, Imam Besar yang melakukan melakukan penghapusan
dosa bukan dengan darah korban (binatang)
melainkan dengan darah Imam Besar itu sendiri, yakni Yesus Kristus.
Allah kita adalah Allah yang penuh kasih,
yang diwujudkan dengan mengutus AnakNya Yesus Kristus. Yesus Kristus menderita
untuk menanggung dosa manusia. Yesus Kristus meneteskan darah di kayu salib.
Tetesan darah Kristus telah menyucikan manusia dari belenggu dosa. Klimaks dari
penderitaan Yesus adalah kematianNya di atas kayu salib. Di atas kayu salib
Yesus berseru : “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu”. Seruan Yesus
ini lazim diucapkan oleh orang Yahudi sebagai sebuah doa menghantar tidur. Bagi
orang Yahudi, tidur dianggap semacam orang mati. Jadi, apabila orang mau tidur,
orang itu menyerahkan roh atau nyawanya
kepada Allah, dengan kepercayaan bahwa Allah akan membangunkanya kembali. Dengan
demikian, seruan Yesus ini menjadi keyakinan, bahwa kematian Yesus bukanlah
kematian yang kekal. Yesus Kristus mati
demi keselamatan orang-orang percaya. Kuasa untuk penebusan ini dilakukan Yesus
hanya satu kali saja, untuk keselamatan semua umat manusia.
Kita tentu sudah sering mengikuti
detik-detik proses kematian Tuhan Yesus. Kematian Yesus adalah penebusan atas
dosa yang sudah tertanam dalam diri manusia. Manusia yang melakukan dosa namun
Yesus yang menanggung. Banyak dosa yang dilakukan manusia; membunuh, menyakiti,
menghukum, tidak mengakui keberadaan orang lain, sulitnya mengampuni orang yang
bersalah, dan berbagai pelanggaran lainnya atas firman Tuhan.
Kita sebagai orang beriman patut
mempercayai apa yang telah Yesus perbuat bagi penebusan kita. Kita patut
meninggikan Yesus, yang dapat kita tunjukkan melalui kehidupan kita ; saling
mengasihi, saling menghargai. (Matius
7:12) : "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka. Jika manusia ingin dikasihi maka ia
juga haruslah mengasihi sesama dengan segala ketulusan.
Kita telah dipersatukan oleh darah Kristus.
Kalau orang Batak disebut satu darah, memang segera tumbuh rasa kekeluargaan. Hanya
saja seringkali tidak satu roh. Sebab, sedikit ada konflik agak sulit
disatukan, walaupun samudar. Akan tetapi darah Kristus, bukan saja menjalin hubungan
kekerabatan tetapi kita telah menjadi satu roh. Itulah yang senantiasa perlu
kita bangun dalam persekutuan (gereja). Semua mengarah kepada roh Allah,
kehendak Allah, memuliakan Allah. Jika kita telah hidup dalam darah Kristus
yang menyucikan, betapa indahnya hidup ini. Sekalipun kita mengalami pergumulan
di dalam keluarga, pekerjaan tetapi dalam satu persekutuan, yang dipersatukan
Kristus hendaklah mau membagi sukacita dan pengharapan baru bagi setiap
anggota.
Kita yang telah disucikan Allah melalui
darahNya hendaklah hidup dengan rendah hati, sukacita, saling mengampuni.
Itulah hidup yang Allah kehendaki, yang telah mencurahkan darahNya bagi semua
orang. AMIN
Sip
BalasHapus