BERJALAN
DALAM TERANG TUHAN (Yesaya 2:1-5)
Nabi Yesaya mendapat panggilan pada umur
kira-kira 20 tahun, ketika beribadat di rumah Tuhan. Yesaya menyerahkan seluruh
hidupnya kepada Tuhan. Yesaya menyampaikan firman Tuhan berkaitan dengan
realitas sosial.
Umat Tuhan dikenal sebagai umat yang beribadah.
Ibadah menjadi ciri kehidupan mereka. Umat Tuhan sungguh percaya, bahwa Tuhan dapat
menuntun dan mengubahkan kondisi mereka menjadi bangsa yang bermartabat. Tuhan
sungguh-sungguh memberkati umatNya. Mereka layak disebut Negara yang makmur.
Semua itu diaminkan sebagai anugerah Tuhan. Namun, kemakmuran yang diperoleh
Negara itu tidak terbagi dengan baik. Mereka (Pemimpin dan pemilik modal) mengabaikan
keadilan. Akibatnya, terjadi kesenjangan sosial.
Yesaya memandang ada kerancuan antara
peribadahan umat Tuhan dengan ketidakadilan. Bagi Yesaya, peribadahan mestilah
sejalan dengan kehidupan yang berkeadilan. Itulah sebabnya kitab Yesaya ini
sangat menyoroti hal peribadahan dan keadilan sosial (Yesaya 1:16-17).
Yesaya memulai perikop ini dengan menyebut
Yehuda dan Yerusalem. Pernah ada peristiwa di Yerusalem, yang sangat
mempengaruhi pemahaman keagamaan Yesaya, yaitu pemindahan tabut Tuhan ke dalam kota Yerusalem. Dengan pemindahan
tabut Tuhan itu, maka Yerusalem dipahami sebagai tempat tinggal Tuhan. Seiring
dengan itu, maka Yerusalem menjadi pusat peribadahan. Sebagai pusat
peribadahan, maka umat Tuhan memiliki kewajiban melaksanakan ibadah secara
bersama-sama pada waktu tertentu.
Yerusalem kemudian layak disebut sebagai
‘kota Raja Besar’ (Mazmur 48:3). Dari kota itu akan memancar cahaya kehadiran
Allah penuh keindahan (Mazmur 50:2). Pemahaman ini akan membuat umat Tuhan dan
seluruh bangsa datang berduyun-duyun ke Yerusalem. Sekalipun pendakian ke bukit
Sion-Yerusalem melelahkan, namun dinikmati dengan penuh sukacita karena mereka
akan berjumpa dengan Tuhan. Memandang barisan panjang manusia itu, seolah-olah
seluruh manusia sudah berada di dalam arak-arakan itu.
Ada dua hal yang hendak dicapai dalam
ibadah raya ini :
Bersatunya
keturunan Yakub
Umat Tuhan adalah keturunan Yakub, yang
sudah tercerai-berai. Tapi dalam peribadahan ini seluruh keturunan Yakub sudah
turut di dalamnya. Adalah suatu pengharapan bagi umat Tuhan untuk kembali
membangun persatuan. Karena itu, perjalanan yang penuh sukacita tersebut
dipahami sebagai perjalanan menuju ke rumah Allah Yakub. Mereka akan bersatu
menerima anugerah Tuhan.
Umat
yang berkeadilan
Di Yerusalem, umat menerima firman Tuhan. Firman
Tuhan mengajarkan dan menghendaki supaya umat hidup sesuai dengan firman Tuhan.
Tuhan menghendaki supaya umatNya yang rajin dan penuh semangat beribadah harus
juga hidup dengan firman Tuhan yang menghendaki supaya umat berjalan dalam
terang firman Tuhan. Jika umat hidup dengan ibadah ( seremonial) tetapi praktek
hidupnya tidak menunjukkan sesuai dengan firman Tuhan, maka itu adalah
kemunafikan. Jelasnya, umat Tuhan harus hidup dengan penuh kasih dan
berkeadilan.
Kondisi politik di Yehuda cukup stabil, namun
bangsa Assyur yang cukup kuat saat itu sewaktu-waktu dapat menjadi ancaman yang
mengerikan. Yesaya meyakini bahwa Tuhan dapat memakai kekuatan Assyur untuk
menghukum orang Israel, tetapi Tuhan juga membatasi kekuasaan itu. Kuncinya,
jika umat Israel hidup dengan berkeadilan maka mereka akan diberkati. Musuh
(Assyur) yang telah siap menyerang dengan senjata penghilang nyawa manusia
(pedang dan tombak) akan diubahkan menjadi alat-alat pertanian untuk menambah
kemakmuran bagi umatNya. Tuhan sungguh-sungguh dapat menjadi Hakim yang adil
bagi semua bangsa. Karena itu, umat Tuhan harus terus berjalan dalam Terang
Tuhan.
1. Kehadiran
orang-orang Kristen beribadah dapat dikatakan meningkat, tentunya termasuk di
gereja kita. Ini hal yang perlu kita pelihara, sebab Tuhan menghendaki puji dan
sembah dari umatNya. Penyembahan yang kita lakukan juga mengingatkan kita akan
kebesaran Tuhan. Oleh sebab itu, penyembahan kepada Tuhan bukan hanya
berlangsung dan berakhir di dalam ruang gereja saja. Tuhan menghendaki
penyembahan kita berkelanjutan dalam hidup keseharian.
2. Kita
telah memasuki Minggu Advent I, yaitu Minggu penantian (persiapan). Dalam
minggu penantian ini kita patut membuka pintu hati kita bagi perdamaian dan
persatuan. Dengan demikian, kita boleh bersukacita menyongsong Natal, yaitu
hari kelahiran Tuhan kita, Yesus Kristus.
3. Kita
juga patut mensyukuri segala perbuatan Tuhan, memandang orang lain sebagai
anak-anak Tuhan, mengasihi orang-orang yang kekurangan, memahami dan
memberlakukan segala yang Tuhan anugerahkan bagi kita.
Penyembahan, perdamaian, dan kepedulian
merupakan bentuk keadilan yang Tuhan kehendaki. Yang utama adalah bagaiman
setiap umat tetap berjalan di dalam jalan Tuhan. Tuhan akan menuntun umatNya.
Tuhan selalu memberikan kebaikan bagi hidup kita. AMIN