ROH TUHAN YANG MENUNTUN
Bernostalgia
merupakan saat yang menyenangkan. Kita tentu suka
bercerita masa lalu ; entah itu tentang keindahan alam, akrabnya
persahabatan, tingginya sopan-santun,
hormatnya seorang murid terhadap guru, kebersamaan waktu mendirikan gereja. Tentunya banyak masa lalu yang begitu indah.
Nabi Yesaya pun,
seakan mengingatkan umat Tuhan pada masa lalu. Umat Tuhan pernah mengalami masa
yang begitu indah. Salah satu keindahan hidup yang tak pernah lekang dari
hidup umat Tuhan adalah ketika mereka dikejar oleh musuh. Mereka terbentur /
terhalang oleh sungai. Tetapi, Musa yang memimpin umat saat itu mengulurkan
tongkatnya sehingga air terbelah (kering). Umat Tuhan pun dapat melintasi, dan
mereka selamat dari kejaran musuh.
Seluruh keindahan
hidup itu diyakini sebagai tindakan Tuhan terhadap umatNya. Yesaya melihat,
bahwa dalam peristiwa besar itu sebagai pekerjaan Tuhan, yang memberikan RohNya
dalam diri Musa dan hati umat. Roh itu juga yang menuntun umat Tuhan berkelana
selama 40 tahun di padang gurun, sampai mereka tiba di tanah yang Tuhan
janjikan.
Di tanah Kanaan, umat
Tuhan masih menikmati hidup indah ; aman, tenteram, dan damai. Namun
setelahnya, umat Tuhan mengalami benturan demi benturan hidup. Perebutan
kekuasaan, datangnya serangan dari musuh, bahkan mereka menjadi umat buangan.
Seluruh sejarah itu
melekat dalam hidup umat. Peristiwa indah diyakini sebagai pekerjaan Tuhan yang
menaruh RohNya dalam hati umatNya. Roh Tuhan menyertai umatNya, sehingga mereka
menikmati hidup indah.
Sementara, ketika Roh
Tuhan tak lagi menyertai, maka umat mengalami kesulitan-kesulitan dalam
menjalani hidup.
Pada masa zaman
Yesaya, umat Tuhan sungguh mengalami situasi yang rumit. Penyembah berhala
muncul dimana-mana, para pemimpin tidak berlaku adil, yang kuat menindas yang
lemah, hak para janda dan yatim diabaikan. Kemerosotan moral sungguh
menghinggapi seluruh kehidupan umat. Akibatnya terjadi pebuangan.
Menggumuli situasi
yang sulit ini, nabi Yesaya mempertanyakan : ‘dimanakah Dia (Allah) yang
menaruh Roh Kudusnya di dalam hati umat ?
Dalam pandangan Yesaya,
penderitaan yang dialami oleh umat Tuhan adalah karena mereka memberontak dan
mendukakan Roh Kudus. (ay. 10) : ‘Tetapi mereka memberontak dan
mendukakan Roh Kudus-Nya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri
berperang melawan mereka.’
Bentuk pemberontakan
mereka adalah perilaku manusia yang menjijikkan bagi Roh kudus. Apabila manusia
sudah jauh dari kesucian, maka Roh Kudus tidak berkenan tinggal dalam hati
manusia. Selanjutnya, manusia yang tidak dalam penyertaan Roh Kudus, maka ia
hidup terombang-ambing. Hanya derita demi derita menyertai hidupnya.
Hari ini kita
diingatkan bahwa Tuhan telah mencurahkan Roh KudusNya. Roh itu berdiam
dan bekerja dalam hidup manusia.
Roh itu menuntun manusia supaya hidup sesuai kehendak Tuhan.
Karena itu, kehadiran
Roh Kudus memberi dampak positif bagi diri manusia dan
lingkungannya. Roh Kudus membuat manusia menikmati hidup dalam kasih,
sukacita, dan damai sejahtera. Roh Kudus menyertai manusia menjalani hidup di dunia ini, sampai manusia ini
beroleh keselamatan kekal.
Di dalam Kisah Rasul 2,
roh itu dikatakan ‘tampak lidah-lidah seperti nyala api’.
-
Api adalah pembakar, yang dapat memurnikan
benda.
-
Api adalah symbol pembakar semangat
Kita adalah orang-orang yang telah menerima Roh Kudus. Orang yang hidup
dalam tuntunan Roh Kudus memiliki semangat dan pengharapan.
Seiring dengan itu, orang yang telah mengalami
pencurahan Roh Kudus adalah orang-orang yang telah dimurnikan jiwanya,
pikirannya, hatinya.
Dunia saat ini dilanda
covid19, yang mengkhawatirkan manusia. Kita menghendaki supaya masalah corona ini segera berakhir. Belajar dari kitab
Yesaya ini, sesungguhnya bukan soal kapan pandemik ini berakhir. Tetapi, apakah Roh Tuhan sudah mendiami hati kita.
Apakah Roh Tuhan berkenan tinggal dalam hati setiap orang.
Pandemic corona dapat mengingatkan kita atas penyertaan Roh Tuhan. Jika kita mengurai sikap dan prilaku
manusia saat ini, terlalu banyak kejahatan : korupsi, keserakahan, kecongkakan,
penyalahgunaan kuasa, iri hati, dendam, benci dan banyak lagi perbuatan manusia
yang bertentangan dengan firman Tuhan. Semua itu merupakan pemberontakan dan
mendukakan Roh Kudus.
Di tengah-tengah
suasana sulit ini pun tak sedikit yang makin mendukakan Roh Kudus. Negara atau
lembaga, termasuk gereja dan perorangan mengucurkan banyak dana untuk
kemanusiaan. Apakah semua itu berlangsung dengan baik, jujur, dan tulus ?
Masihkah ada yang korupsi ? Bukankah tidak sedikit menyebut dirinya sebagai
orang miskin, dengan mengabaikan berkat Tuhan, sekedar beroleh bantuan ?
Tidakkah ada
memposisikan diri agar disebut sebagai pahlawan ?
Manusia pun makin
banyak menyebut / memanggil nama Tuhan. Kiranya seruan itu timbul dari
keyakinan. Seruan menjadi tidak berarti, jika tidak disertai oleh Roh Tuhan.
Itu namanya teriak-teriak !!! Seruan kepada Tuhan adalah seruan yang disertai
Roh Tuhan.
Jika nabi Yesaya
mempertanyakan : ‘Di manakah Dia yang menaruh Roh Kudus-Nya dalam hati
mereka, ? – maka kita yang dilanda corona perlu merenungkan :
‘Mengapa Roh Kudus meninggalkan kami’ ?
Firman Tuhan melalui
hambaNya Yesaya mengingatkan kita, bahwa penyelesaian masalah tidak
dapat hanya mengandalkan manusia tetapi oleh penyertaan
Roh Kudus. Karena
itu, mari kita memohon kepada Tuhan, agar RohNya menyelimuti
seluruh dunia ini dan tinggal di dalam hati setiap orang.
Mengakhiri renungan
ini, saya membacakan firman Tuhan yang memberi pengharapan bagi kita, saat dunia dirundung derita oleh pandemik
corona. (Yesaya 54:7-8) :
54:7
Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang
besar Aku mengambil engkau kembali.
54:8
Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau
sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau,
firman TUHAN, Penebusmu. AMIN