Orang-orang beragama meyakini, bahwa makin
dekat pada Tuhan makin mengalirlah berkat dalam hidupnya. Hal itu juga menjadi
keyakinan bagi orang Kristen. Kedekatan itu ditampakkan dengan rajin ke gereja,
berdoa, dan membaca firman Tuhan (Alkitab). Untuk yang terakhir ini, banyak
orang Kristen mengaku bahwa ia telah membaca Alkitab berkali-kali secara
teratur (dari Kejadian sampai Wahyu), selain membacanya secara acak. Sesuai
dengan keyakinan di atas, jika orang-orang yang tekun membaca firman, maka
patutlah ia menikmati kesuksesan dalam
jabatan, usaha, kekayaan, keluarga dsb.
Namun bagaimana dan mengapa jika keyakinan
tersebut tidak menjadi kenyataan, bahkan berbanding terbalik ? Pergumulan
seperti di atas itulah yang hendak dijawab renungan kita ini. Firman Tuhan
memuat petunjuk ketetapan, perintah, titah, janji, dan hukum Tuhan. Firman
Tuhan mengajarkan tentang kehidupan masa lalu, kini, dan masa depan. FT memberi
pengetahuan kepada manusia tentang hidup. Firman Tuhan mengajarkan manusia supaya
hidup dan berkata dengan benar. (Ayub 42
:7) ; ‘Setelah TUHAN mengucapkan firman
itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: "Murka-Ku menyala
terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar
tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub’. Firman Tuhan juga memberi pengetahuan
tentang hidup praktis ; arti kekayaan, jabatan, rumah tangga, anak. Selain itu,
firman Tuhan mengingatkan manusia untuk mengabaikan (melalukan) hal-hal yang
tidak perlu, yang merugikan, yang hampa. Misalnya, ada orang menggossip atau
membicarakan kekurangan orang lain. Apakah itu perlu ditanggapi ? Atau kemudian
kita ikut membuka kekurangan lain orang itu ? Ini tak berguna, membuang-buang
waktu. Abaikan saja. Firman Tuhan itu membimbing manusia untuk mengerti dan
melakukan yang benar. Hidup dengan firman Tuhan tidaklah mengutamakan
nilai-nilai dunia ini, yang berpusat pada keuntungan (laba) materi. Singkatnya,
firman Tuhan menjadi pelita dan terang bagi manusia. (Mazmur 119:105)
‘Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.’
Firman itu harus diterima dengan kerelaan
hati. (Kisah Para Rasul 17:11) ‘Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik
hatinya………, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan
setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui,…..’. Firman
Tuhan itu mestinya diaminkan, sekalipun bertentangan dengan keinginan kita.
Seluruh hati dicondongkan untuk firman Tuhan itu. Sekalipun firman Tuhan itu
bertentangan dengan keinginan jasmani, tetapi firman Tuhan harus diterima dan
dilakukan dengan dengan kesungguhan hati. Alkitab bukanlah seperti buku lain,
yang sebahagian dapat kita terima gagasannya dan sebahagian kita tidak setuju.
Alkitab mengandung kebenaran secara mutlak. Alkitab secara keseluruhan adalah
kebenaran. Orang yang menekankan ayat tertentu dan menolak menolak ayat lainnya
karena tidak sesuai dengan keinginannya, maka ia belumlah mengerti firman Tuhan
serta tidak melakukannya dengan kerelaan hati. Misalnya. Seseorang memiliki
orang yang dibenci (musuh). Lalu ia menemukan dan membaca nas ‘kasihilah
musuhmu’ (Lukas 6:27). Jika orang itu mengabaikan nas itu, tidak mau berdoa,
apalagi berbuat bagi musuhnya, maka ia belum hidup dengan firman Tuhan. Mestinya
firman itu direnungkan, berdoa, sampai akhirnya dapat dilakukan dengan tulus
hati.
Firman Tuhan haruslah dilakukan sekalipun
itu bertentangan dengan keinginan. Memang, ketaatan melakukan firman Tuhan itu
memerlukan ‘keberanian iman’, sebab banyak hal-hal yang duniawi bertentangan
dengan firman Tuhan. Tetapi dengan demikianlah firman Tuhan itu menjadi berkat.
(Ibrani 4:12) menyebutkan : ‘Sebab firman
Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia
menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia
sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.’ Firman itu bukan
sekedar mengenek-enakkan telingan dan sesuai dengan keinginan hati. Justru
firman Tuhan harus mengguncang hati, jiwa, dan pikiran manusia, sampai ia
mengalami pembaharuan hati, manusia memandang kemuliaan Tuhan.
Dengan mengerti dan melakukan firman itu,
maka kita telah hidup dengan keadilan. Saat kita telah melakukan semua itu,
maka kita dapat merasakan berkat Tuhan dalam hidup kita. Firman Tuhan memang
sungguh-sungguh menjadi berkat bagi kehidupan manusia jika dimengerti dan
dilakukan menurut petunjuknya.
Benarkah
orang-orang yang rajin ke gereja dan ikut serta dalam berbagai kegiatan gereja
harus selalu lebih sukses dibandingkan dengan orang yang tidak pernah/jarang ke
gereja dan berdoa ? Jika ‘ya’, maka
saudara belum mengerti dan tidak mencondongkan diri pada firman Tuhan. Ada
sebuah item dalam tata ibadah minggu yang disebut ‘Petunjuk Hidup Baru’, yang
kadang dibacakan dari bagian dekalog (sepuluh hukum), dan adakalanya dari ayat
Alkitab lainnya. Setelah membacakan petunjuk hidup baru atau hukum Tuhan itu, pemimpin
ibadah berkata ‘berbahagialah orang mendengar firman Tuhan, menghayati, dan
melakukannya’. Itu berarti firman Tuhan perlu dipelajari, direnungkan, dan
diberlakukan dalam hidup kita. Jika firman Tuhan sudah dimengerti dan menjadi
bagian hidup kita, maka segala sesuatu dalam hidup ini adalah berkat. Paulus
berkata (Filipi 1:21 ‘Karena bagiku hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan’. Paulus mengatakan hal demikian
bukan kata-kata semata tetapi karena ia telah mengerti dan menghidupi dirinya
dengan firman Tuhan.
Seringkali orang membaca Alkitab begitu
saja tanpa penghayatan. Ia kemudian berharap ; ‘jika telah membaca Alkitab itu,
maka ia akan mendapat berkat’. Alkitab adalah sumber segala pengetahuan. Jika
kita hanya membaca begitu saja, lalu menyimpannya, dan kita menunggu dan
berharap datangnya yang kita inginkan, maka kita telah menjadikan firman Tuhan
itu menjadi mantera (ajimat). Firman Tuhan bukan alat untuk mencari kemegahan
dunia melainkan agar kita memahami kehendak Allah. ‘Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan
dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya
dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya’ (2 Korintus
2:17).
Karena itu, firman Tuhan bukan hanya dibaca
dan disimpan tetapi perlu dipahami, digumuli dan dilakukan. Dengan membaca,
merenungkan, menggumuli, menghayati, dan memberlakukan firman itu secara
menyeluruh dalam hidup ini, maka kita memperoleh kekuatan dan dimampukan memberlakukan
keadilan. Hanya dengan mengerti dan memberlakukan firman Tuhan dengan penuh
kesetiaan, maka kita telah hidup di dalam firmanNya, dan kita dapat merasakan berkat-berkat
Tuhan. AMIN