4 April 2013

Kisah Rasul 11:15-18 (Khotbah Minggu, 28 April 2013))



MEMULIAKAN ALLAH

Di dalam baptisan yang kita selenggarakan didasari pada rumusan ; Allah Bapa, Allah Anak, dan Roh Kudus. Baptisan yang demikian adalah baptisan yang sudah mencakup secara keseluruhan makna baptisan, yaitu, diterimanya orang-orang menjadi anggota persekutuan orang-orang percaya (gereja). Seiring dengan itu mereka menjadi pewaris di dalam kerajaan Allah. Setiap orang yang telah menerima baptisan telah dicatat dalam kerajaan Allah dan dia telah menjadi anak-anak Allah, termasuk saudara dan saya yang telah menerima baptisan. Rasanya, kita tidak perlu lagi mempertentangkan bagaimana dan dimana dibaptis, asalkan baptisan itu berlangsung di dalam Nama Allah Bapa, AnakNya Tuhan Yesus, dan Roh Kudus.
Dengan baptisan, Allah telah mempersatukan kita menjadi warga Kerajaan Allah, tanpa membedakan status sosial, jabatan, bahasa dan suku.  Kekristenan harus mampu merangkul semuanya dan menjadi media yang dapat mempersatukan dan memperdamaikan semua perbedaan. Yesus Kristus telah berkorban untuk itu. Kita sebagai orang Kristen yang sudah dipersatukan di dalam warga kerajaan Allah dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Sebagai wujud dari baptisan yang sempurna itu, maka kita layak menjadi orang-orang yang mampu berkata-kata dengan bahasa roh dan bernubuat. Bahasa roh dan bernubuat mestinya terjadi dalam keluarga Allah, dimana terciptanya hidup  baru  oleh  Roh  Kudus. Kita orang-orang percaya, yang telah menerima karunia dapat menggunakannya untuk  membangun  jemaat. Jemaat  yang  mendapatkan  berbagai  karunia  kalau  tidak  digunakan  untuk  membangun  tubuh  Kristus  tentu  akan  sia-sia.  Rasul  Paulus  mengatakan  walaupun  kita  memiliki  iman  untuk  dapat  memindahkan  gunung  namun  bila kita  tidak  memiliki  kasih, maka hal tersebut  tidak  ada  gunanya  atau  sering  dikatakan  oleh   rasul  Paulus  sama  seperti  bunyi  yang  nyaring  yang  tidak  memiliki  arti  ( I Kor  13:1-5  ). 

Manusia patut memuliakan Allah. Sikap yang demikian menunjukkan  kerendahan hati dan ketaatan terhadap Tuhan. Manusia tidak patut menunjukkan keangkuhan, sebab manusia yang dijadikannya itu telah dipenuhi dosa dan kejahatan. Kita perlu menghampiri takhta Tuhan dan menyerahkan hidup kita dalam penggembalaanNya. Kita memuliakan Allah karena dia telah mempersatukan kita tanpa ada perbedaan disebabkan status sosial, jabatan, bahasa dan juga kesukuan. Sebagai orang yang memuliakan Allah, kita harus mampu menunjukkannya dengan cara merangkul orang-orang lain. Orang Kristen yang sudah dipersatukan di dalam warga kerajaan Allah dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Orang yang dikuasai atau dipenuhi Roh Kudus akan dapat menguasai diri. Ia akan mampu mengelola hidupnya dengan baik ; perkataan maupun perbuatannya akan makin selaras dengan kehendak Allah. Ketaatan kepada Allah harus dipancarnyatakan dalam perilaku hidup orang percaya. Roh Kudus memungkinkan orang percaya itu mengalami kehidupan Kristus yang bangkit dalam dirinya. Roh adalah pencipta, sumber dan penata kekuatan sepanjang hidup dalam proses pertumbuhan spritual.
Hari ini disebut minggu KANTATE : Nyanyikanlah Nyanyian baru bagi Tuhan. Bersorak-sorai dengan menyanyikan pujian bagi Allah (Kantate) adalah perbuatan yang Allah kehendaki dari setiap warga kerajaan Allah. Penghayatan yang benar terhadap kasih Allah dapat diungkapkan dengan nyanyian penuh semangat dan sukacita. Ketika terjadi perang salib, ada  lagu yang mengobarkan semangat orang percaya KJ. No. 340. Lagu ini telah mengobarkan semangat dan keyakinan yang tinggi kepada Kristus. Di saat letih lesu, kita pun bisa bernyanyi mengembalikan semangat hidup.
Nyanyian bukan saja ungkapan emosi/semangat tetapi dapat juga menjadi seruan, mis, judul lagu SATUKANLAH. Lagu ini menghimbau betapa pentingnya penyatuan hati, sehingga persekutuan menjadi terasa damai. Ibadah memberikan kesejukan dan kedamaian. AMIN

David Badiaraja Sihombing
                                                                                                                              Mah. UKDW Fak. Teologi


31 Maret 2013

Kisah Rasul 5:27-32 (Khotbah Minggu, 7 April 2013)






LEBIH TAAT KEPADA ALLAH

Kita baru saja memperingati malam passion, kematian dan kebangkitan Yesus. Dari seluruh rangkaian peringatan itu, pesan yang hendak disampaikan adalah pengampunan dosa dan kehidupan kekal.
Setelah kebangkitan Yesus, murid-murid membangun persekutuan untuk melanjutkan pelayanan Yesus. Mereka memiliki semangat baru dan Roh Kudus menguasai mereka. Dalam pelayanan yang penuh semangat dan kuasa Roh Kudus maka mereka dimampukan melakukan mujizat kesembuhan, Pelayanan mereka pun tersiar di seluruh kota Yerusalem. Namun tidak semua orang bersukacita ; banyak orang tidak percaya, bahkan ada yang iri hati atas pelayanan para murid Yesus. Akibatnya, penguasa mengeluarkan larangan mengajar dalam nama Yesus. (Kisah Rasul 5:17-18: Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati. Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota).Pelayanan para murid Yesus telah mengalami hambatan dari orang-orang yang iri hati. Murid-murid yang melaksanakan misi Yesus pun ditangkap dan diperhadapkan dengan Mahkamah Agama. 

30 Maret 2013

Matius 28:1-10 (Khotbah Minggu, 31 Maret 2013)


JANGAN TAKUT, YESUS SUDAH BANGKIT

Kebangkitan Yesus merupakan bukti dari kekalahan kuasa maut dan jaminan akan keselamatan. Orang-orang percaya layak merespon kebangkitan itu dengan penuh sukacita. Kebangkitan Yesus menegarkan kita menghadapi tantangan dunia ini. Kita tidak perlu berduka, apalagi menjauh dari Tuhan hanya karena tawaran dunia fana ini. Kebangkitan Yesus juga mestinya menguatkan persekutuan orang percaya di dalam Kristus. Persekutuan bertumbuh di dalam kasih Yesus, dimana setiap orang menumbuhkan rasa cinta kasih. 

29 Maret 2013

Matius 23:33-39 (Khotbah Jumat Agung)


SALIB YESUS DAN PENGAMPUNAN

Hari ini dinamai Jumat Agung. Disebut Agung, karena pada hari ini kita memperingati peristiwa yang teramat besar, yaitu kematian Tuhan Yesus. Kematian Tuhan Yesus menjadi sentral dari kesaksian Kitab Suci. Karena itu, kematian Tuhan Yesus harus diberitakan.

22 Maret 2013

Yohanes 13:1-13 (Kamis Putih, 28 Maret 2013)


MEMBASUH KAKI

13:1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.
13:2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.
13:3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.
13:4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,
13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
13:6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?"
13:7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."
13:8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."
13:9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!"
13:10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."
13:11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."
13:12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?
13:13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.

18 Maret 2013

PAUS

Paus Fransiskus I menyampaikan misa perdananya di depan ribuan umat Katolik yang berkumpul di Lapangan Basilika Santo Petrus. Paus pun menunjukan rasa humornya di depan ribuan warga Katolik.

Pria berusia 76 tahun itu tersenyum dan melambaikan tangannya ke para umat Katolik. Paus pun berbicara dengan bergurau ketika membahas masalah penunjukan Pemimpin Gereja Katolik pada pekan lalu.

Pada malam harinya, Paus Fransiskus juga dikabarkan tertawa terbahak-bahak ketika sedang berbicara dengan seorang wartawan Italia lewat telepon. Wartawan itu bertanya kepada paus, apakah dirinya harus memanggil paus dengan nama "Bapak Suci" (panggilan umum paus), ketimbang memanggilnya hanya dengan sebutan "Bapak."

"Paus Fransiskus sangat santai dan perilakunya pun sama ketika berada di depan publik, maupun secara pribadi. Paus baru itu sangat natural dan memutuskan untuk terus menjadi diri sendiri," ujar seorang pengamat Vatikan, seperti dikutip AFP, Senin (18/3/2013).

Saat Fransiskus berbicara di Basilika Santo Petrus, dirinya bercanda sambil menyinggung buku karangan seorang kardinal asal Jerman, Walter Kasper. Paus juga bercerita tentang seorang perempuan Argentina yang sempat mengatakan kepadanya bahwa bila Tuhan tidak menghapuskan dosa, maka dunia tidak pernah ada.

"Saya merasa saya bertanya kepadanya, apakah Anda mempelajari Gregorian?" ujar Paus sambil bercanda.

Universitas Kepausan Greogrian di Roma merupakan sebuah institusi pelatihan bagi seorang pemuka agama Katolik yang diurus oleh seorang pemuka agama asal Ordo Jesuit. Ordo itu merupakan ordo yang sama dengan Paus Fransiskus I.

Seperti diketahui, Fransiskus bukanlah paus pertama yang gemar bercanda. Beberapa paus di abad pencerahan seperti Paus Alexander VI juga merupakan sosok humoris. Paus Benediktus XIV pun dianggap sebagai seorang yang sering iseng, begitu juga dengan Paus Yohanes pertama.

Filipi 2:5-11 (Khotbah Minggu, 24 Maret 2013)



PIKIRAN DAN PERASAAN KRISTUS

Surat Paulus kepada jemaat di Filipi berisikan nasehat-nasehat, yang biasa disebut nyanyian Kristus, dirangkai dalam ayat-ayat yang sangat puitis. Nyanyian Kristus dalam nas ini melukiskan inkarnasi Kristus, yaitu Yesus datang dari sorga, menjelma menjadi manusia, dan melakukan pelayanan. Kristus yang merendahkan diri itu kemudian ditinggikan Allah.
Nas ini dimulai dengan suatu ajakan bagi jemaat Filipi agar menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus. Paulus ingin agar jemaat hasil penggembalaannya itu hidup bersama dengan memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Jemaat Filipi sebenarnya sebuah jemaat yang dinamis, sebuah jemaat kebanggaan Paulus karena pelayanan dan persekutuan yang begitu indah (1:3). Namun, sepeninggal Paulus, jemaat mengalami pergeseran ; ada yang mementingkan diri sendiri, mencari pujian yang sia-sia, timbul kesombongan. Akibatnya, hidup persekutuan mereka mengalami keretakan.