PEMBALASAN ADALAH
HAK TUHAN
Ketika kita ditunjuk atau dipilih menjadi
hamba Tuhan ; Pendeta atau Penatua segera ada penolakan dari diri kita. Cerita
para Pendeta terdahulu, sangat banyak orang tidak mau menikah dengan Pendeta.
Alasan yang sederhana mungkin karena kehidupan ekonomi Pendeta sangat tidak
memadai. Namun, ketika kehidupan para hamba Tuhan sudah sedikit memadai, tetap
saja orang tidak mudah mau menikah dengan seorang Pendeta. Rupa-rupanya mereka
menyadari, bahwa terlalu banyak pergumulan atau beban hidup dengan hamba Tuhan.
Pergumulan hamba Tuhan itu dapat dilihat dari
pengalaman nabi Yeremia. Yeremia adalah nabi yang cukup populer di kalangan umat
Yahudi. Ia merupakan seorang pribadi yang sangat peka dan penuh pertimbangan
dalam tugasnya sebagai pemberita firman Tuhan. Sebagai Nabi, ia harus
mengkritisi kehidupan umat berdasarkan firman Tuhan. Seorang nabi harus mau dan
berani mengkritisi hidup umat Tuhan yang tidak lagi sesuai dengan kehendak
Tuhan.
Yeremia melihat bahwa kehidupan dan keagamaan
umat Tuhan sudah melenceng. Saat itu Yehuda sudah hidup di bawah kendali/payung
Assyria. Itu sama saja mereka kembali sebagai bangsa yang diperbudak sekalipun
dalam konteks yang berbeda dengan perbudakan di Mesir. Secara militer dan
politik, Yehuda memang merasa aman sebab dilindungi oleh Assyria yang tergolong
bangsa yang cukup disegani pada saat itu. Tetapi pengaruh perbudakan Assyria
terhadap umat sangat atas keimanan umat Tuhan. Assyria yang menyembah Baal
telah mempengaruhi kehidpan umat Tuhan. Umat Tuhan sudah menjauh dari Allah
yang membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir sampai menuntunnya ke tanah
Kanaan. Mereka kini telah kembali menjadi budak Assyaria. Anehnya, mereka
merasa nyaman dengan kehidupan sebagai budak.
Hidup mereka yang demikian itulah yang
dikritisi Yeremia, agar mereka kembali hidup sebagai umat yang telah dimerdekakan
dari perbudakan dan hendaklah beribadah kepada Allah yang telah menuntun
mereka.
Jika umat tidak tidak mau membaharui diri,
Yeremia menubuatkan :
1.
Akan
datang musuh besar.
Yerusalem akan
ditaklukkan dan dihancurkan oleh musuh misterius. Yeremia sendiri tidak dapat
menjelaskan musuh yang dimaksud. Ia hanya menyebut musuh yang akan dating menghancurkan.
Entah bangsa manapun yang dimakdsud oleh Yeremia, tetapi peringatan ini
dirasakan sangat pedas dan tajam karena justru ada waktu itu Yehuda merasa aman
di bawah payung Assyria yang kuat.
2.
Kehancuran
Yerusalem.
(Yeremia 19 : 15) : "Beginilah
firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan ke
atas kota ini dan ke atas segala kota sekitarnya… sebab mereka berkeras kepala
dan tidak mendengarkan perkataan-perkataan-Ku."
3.
Hancurnya
Bait Allah
Salah satu ucapan
Yeremia yang paling banyak diingat-ingat adalah yang berisi anacaman akan
hancurnya Bait Allah. Yeremia mengatakan, bahwa Bait Allah akan hancur dan
tidak mendapat perlindungan ilahi sama sekali. Hal itu tentu bertentangan dengan
kepercayaan umum yang berlaku pada waktu itu. Bagai umat, Bait Allah adalah
tempat Allah bersemayam, maka adalah hal yang tidak mungkin Bait itu dapat
dihancurkan oleh siapapun.
Kritik dan nubuat Yeremia ini memang
menimbulkan keguncangan umat Tuhan. Yeremia tentu mempunyai alasan sehingga ia
berani menyampaikan ancaman itu. Dasarnya,
umat Allah telah menyeleweng dan beribadah kepada Baal serta melakukan
upacara-upacara amoral yang penuh kejijikan.
Kritik yang disampaikan Yeremia, bukannya
membuat mereka membaharui diri, malah yang muncul adalah timbul kesepakan jahat
di antara imam-imam, nabi-nabi kerajaan dan orang-orang yang tidak menyukai
Yeremia. Mereka ingin segera berusaha menangkap dan membunuh Yeremia. Perlakuan
kasar dan ancaman yang keras pun harus dialami Yeremia. Semua itu membawa
pergumulan, ketegangan dan krisis rohaniah yang berkepanjangan di dalam diri
nabi Yeremia sendiri. Dalam tugasnya sebagai nabi telah membawa penderitaan
kepada dirinya sendiri, dan hampir menyebabkan dia berputus asa dan kecewa. Yeremia
memberontak melawan penderitaannya itu,
dan ia menganggap segala yang dilakukannuya selama ini adalah sia-sia. Yeremia
hanya dapat mengungkapkan perasaan dan keluhannya yang mendalam (11:18-23 ; 12
: 1-6 ; 15:10-12 ; 15-21 ; 17:12-18). Terkadang, Yeremia ingin tidak bernubuat
lagi. Tetapi setiap kali Yeremia memutuskan untuk tidak bernubuat lagi, selalu ada firman Allah membakar laksana bara
di dalam dirinya. Satu hal yang selalu membuat Yeremia tidak berputus asa akan
tugasnya adalah, bahwa Allah telah memilihnya sejak dalam kandungan, (Yeremia 1 : 5) :
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau,
Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." Inilah yang selalu
menguatkan Yeremia. Sebagai manusia, Yeremia juga ingin membalas yang berbuat
jahat kepada dirinya. Yeremia menginginkan adanya pembalasan terhadap
musuh-musuhnya. Tetapi Yeremia juga sadar, bahwa pembalasan bukanlah bagian
dari tugasnya sebagai nabi. Itu adalah hak Allah yang mengutusnya. Yeremia
tetap melakukan tugas panggilannya sebagai nabi.
Dunia terus mengalami perubahan yang begitu
cepat. Manusia pun bagaikan berlomba untuk untuk turut serta dalam perubahan
itu. Manusia tidak peduli ke arah mana perubahan itu, yang penting ikut di
dalamnya. Manusia mengabaikan banyak hal yang semestinya menjadi yang utama di
dalam kehidupan manusia. Dan, sadar atau tidak, sangat mungkin manusia itu
telah diperbudak oleh zaman.
Ketika firman Tuhan mengingatkan manusia
itu untuk kembali hidup sebagaimana yang Tuhan kehendaki, maka manusia
mengabaikannya. Firman Tuhan hanya dianggap benar bila sesuai dengan keinginan
hasratnya. Bila bertentangan dengan kehendaknya, bukannya firman itu saja yang
diabaikan, tapi yang menyampaikan firman (hamba Tuhan) dianggap menyinggung
dirinya. Lalu muncul kebencian kepada hamba Tuhan. Kalau sudah demikian,
matilah kita !!!
Sebagai orang
percaya, kita perlu belajar ulang dengan Kekristenan kita. Bagaimana kita
meng-amin-kan firman yang kita dengar ? Apakah keimanan/kerohanian kita
mengalami pertumbuhan ? Bagaimana kita merelasikan hidup dan ibadah kita ?
Tentu banyak hal yang perlu kita baharui sebagai orang beriman. AMIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar