TUHAN MENYURUH UTUSANNYA UNTUK MENTAHIRKAN UMATNYA
Kehidupan umat Tuhan telah
diwarnai oleh hiruk-pikuk nubuat para nabi ; tentang hari Tuhan dan datangnya
raja yang adil. Banyak sudah nabi-nabi yang menubuatkan tentang kedatangan
Tuhan atau raja, atau pemimpin yang dianggap dapat menolong kehidupan umat. Setidak-tidaknya
mereka berharap akan datangnya seorang pemimpin seperti Daud atau Salomo yang
bijaksana. Namun, nubuat para nabi tak kunjung datang. Umat pun menjadi apatis
dan mengabaikan firman Tuhan yang disampaikan para nabi. Kondisi ini telah
mempengaruhi semangat para nabi, tidak banyak lagi nabi yang menyampaikan
nubuat. Hal ini menimbulkan bias bagi dinamika keagamaan umat.
Suasana kehidupan umat Tuhan
sedang adem-ayem, sebab hampir tidak ada nabi yang bernubuat. Sementara, umat
senantiasa mencari Tuhan ; dimana Tuhan dan kapan Ia datang menyapa umatNya ?
Umat membutuhkan jawaban untuk memperteguh imannya. Saat demikianlah Maleakhi
menyampaikan nubuatan, bahwa Tuhan akan datang menghampiri umatNya. Umat
memahami, bahwa Tuhan berada jauh di atas sana. Kini, dalam suasana tenang,
Maleakhi menubuatkan kedatangan Tuhan. Dia yang lama dinantikan akan masuk ke
Bait Allah. Ia mau datang menampakkan diri, berjumpa dengan umat yang
mencariNya. Namun, siapakah yang dapat tahan melihat Tuhan saat datang ?
Seberapa kokohkah iman umat untuk berhadapan dengan Tuhan ? Pertanyaan ini
menjadi penting karena umat masih hidup dalam gelimang dosa. Umat berdosa tidak
akan tahan berhadapan dengan Tuhan yang maha kudus itu.
Benar, umat memang melaksanakan ritual keagamaan ; beribadah dan
memberi perpuluhan sebagaimana ketentuan hukum Lewi, namun masih terdapat
pelanggaran, kejahatan, dan kemunafikan. Mereka tidak melakukan praktek
keagamaan dengan sepenuh hati ; mereka melakukan penyembahan pada Tuhan tetapi
juga menyembah allah lain, mereka memberi persembahan tetapi bukan dengan
segala ketulusan. Bagi Tuhan ini menjijikkan. (Yesaya 1:13) Jangan
lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan
bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan
pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh
kejahatan.
Dalam pandangan Maleakhi,
pelanggaran dan kemunafikan umat terjadi akibat merosotnya peran Lewi sebagai
pembina spiritualitas. Lewi mempunyai tanggung jawab membenahi peribadahan
sebagai wadah pembentukan karakter umat. Namun peran dan tanggung jawab ini
tidak lagi dilakukan dengan tulus. Apalagi para nabi pun sudah tidak banyak lagi
menyampaikan nubuatan. Semua ini membuat suasana kehidupan keagamaan tidak lagi
dinamis. Oleh sebab itu, Tuhan akan mentahirkan mereka, sehingga mereka
senantiasa menyampaikan firman Tuhan dengan tulus, tegar, dan benar. Mereka
akan lebih diberdayakan lagi, diberi semangat. Tuhan akan memurnikan mereka seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang
penatu. Melalui proses pemurnian itu, para Lewi akan kembali pada tugas
dan panggilannya. Tuhan akan memurnikan mereka agar
sungguh-sungguh layak sebagai hamba Tuhan.
Buah dari semangat para
hambaNya akan menumbuhkan iman umat. Mereka akan menikmati peribadahan yang
indah, dan terbangunnya karakter umat yang berkenan bagi Tuhan. Itulah yang
menyenangkan hati Tuhan, sehingga saat kedatanganNya seluruh umat telah siap
menyambutNya dengan sukacita. Secara khusus, Maleakhi akan memberikan penilaian
atas pertumbuhan umat secara terukur, yaitu melalui persembahan. (Maleakhi
3:10) : ‘Bawalah seluruh persembahan
persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan
di rumah-Ku dan ujilah Aku,…. apakah Aku tidak membukakan bagimu
tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan’.Hamba
Tuhan yang telah dimurnikan akan terpacu melayani dengan kreatif, sehingga umat
sungguh-sungguh menikmati penyembahan dan persembahan yang benar. Rasa sukacita
yang demikianlah umat dapat tahan berdiri dan menuliskan dalam hatinya,
“Selamat Datang Tuhanku’.
Dalam minggu Advent kedua ini,
kita diingatkan akan kedatangan Tuhan. Tuhan menghendaki agar kita dijumpai
sebagai umat yang benar, umat yang dapat menyenangkan hati Tuhan saat
kedatangannya. Secara khusus, untuk menyenangkan hati Tuhan, nas ini mengajak
kita memberikan persembahan. Persembahan bukanlah sekedar melepaskan sebahagian
dari harta kita tetapi melalui rasa syukur kepada Tuhan. Persembahan syukur
menjadi benar jika dilakukan dengan : a. membangun hubungan dengan Tuhan.
Pertobatan yang terus menerus adalah cara kita membangun hubungan dengan Tuhan.
Proses pertobatan akan menghantar kita meninggalkan ketakutan atas dunia ini
dan makin mendekatkan diri pada Tuhan. Manusia tidak lagi mengalami kegelisahan
atau penderitaan seperti dialami oleh manusia saat ini. b. bersekutu di dalam gereja Tuhan. Persekutuan di dalam gereja dimulai
dengan kehadiran kita dalam berbagai kegiatan Gereja ; Ibadah Minggu, Kebaktian
Lingkungan, dan berbagai kegiatan lainnya. Dengan demikianlah persembahan kita
berkenan bagi Tuhan dan memberikan sukacita serta kedamaian di dalam hidup
kita. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar