6 Desember 2012

Maleakhi 3:1-4 (Khotbah, 9 Desember 20120


TUHAN MENYURUH UTUSANNYA UNTUK MENTAHIRKAN UMATNYA

Kehidupan umat Tuhan telah diwarnai oleh hiruk-pikuk nubuat para nabi ; tentang hari Tuhan dan datangnya raja yang adil. Banyak sudah nabi-nabi yang menubuatkan tentang kedatangan Tuhan atau raja, atau pemimpin yang dianggap dapat menolong kehidupan umat. Setidak-tidaknya mereka berharap akan datangnya seorang pemimpin seperti Daud atau Salomo yang bijaksana. Namun, nubuat para nabi tak kunjung datang. Umat pun menjadi apatis dan mengabaikan firman Tuhan yang disampaikan para nabi. Kondisi ini telah mempengaruhi semangat para nabi, tidak banyak lagi nabi yang menyampaikan nubuat. Hal ini menimbulkan bias bagi dinamika keagamaan umat. 
Kini, di saat nabi-nabi tidak lagi menyampaikan nubuatan, Maleakhi kembali menyampaikan nubuat akan datangnya Tuhan. Namun kedatangan Tuhan akan didahului oleh utusanNya untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Tugas utama utusan adalah mempersiapkan jalan bagi Tuhan, sehingga perjumpaan antara umat dengan Tuhan membawa damai sejahtera. Utusan mempersiapkan agar pertemuan Tuhan dengan umat hendaknya tidak ada pelanggaran, kejahatan, dan kemunafikan. Betapa indahnya pertemuan dengan Tuhan bila seluruh umat telah mengalami pertobatan, hidup dalam kebenaran.
Suasana kehidupan umat Tuhan sedang adem-ayem, sebab hampir tidak ada nabi yang bernubuat. Sementara, umat senantiasa mencari Tuhan ; dimana Tuhan dan kapan Ia datang menyapa umatNya ? Umat membutuhkan jawaban untuk memperteguh imannya. Saat demikianlah Maleakhi menyampaikan nubuatan, bahwa Tuhan akan datang menghampiri umatNya. Umat memahami, bahwa Tuhan berada jauh di atas sana. Kini, dalam suasana tenang, Maleakhi menubuatkan kedatangan Tuhan. Dia yang lama dinantikan akan masuk ke Bait Allah. Ia mau datang menampakkan diri, berjumpa dengan umat yang mencariNya. Namun, siapakah yang dapat tahan melihat Tuhan saat datang ? Seberapa kokohkah iman umat untuk berhadapan dengan Tuhan ? Pertanyaan ini menjadi penting karena umat masih hidup dalam gelimang dosa. Umat berdosa tidak akan tahan berhadapan dengan Tuhan yang maha kudus itu.
Benar, umat memang melaksanakan ritual keagamaan ; beribadah dan memberi perpuluhan sebagaimana ketentuan hukum Lewi, namun masih terdapat pelanggaran, kejahatan, dan kemunafikan. Mereka tidak melakukan praktek keagamaan dengan sepenuh hati ; mereka melakukan penyembahan pada Tuhan tetapi juga menyembah allah lain, mereka memberi persembahan tetapi bukan dengan segala ketulusan. Bagi Tuhan ini menjijikkan. (Yesaya 1:13) Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
Dalam pandangan Maleakhi, pelanggaran dan kemunafikan umat terjadi akibat merosotnya peran Lewi sebagai pembina spiritualitas. Lewi mempunyai tanggung jawab membenahi peribadahan sebagai wadah pembentukan karakter umat. Namun peran dan tanggung jawab ini tidak lagi dilakukan dengan tulus. Apalagi para nabi pun sudah tidak banyak lagi menyampaikan nubuatan. Semua ini membuat suasana kehidupan keagamaan tidak lagi dinamis. Oleh sebab itu, Tuhan akan mentahirkan mereka, sehingga mereka senantiasa menyampaikan firman Tuhan dengan tulus, tegar, dan benar. Mereka akan lebih diberdayakan lagi, diberi semangat. Tuhan akan memurnikan mereka seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Melalui proses pemurnian itu, para Lewi akan kembali pada tugas dan panggilannya. Tuhan akan memurnikan mereka agar sungguh-sungguh layak sebagai hamba Tuhan.
Buah dari semangat para hambaNya akan menumbuhkan iman umat. Mereka akan menikmati peribadahan yang indah, dan terbangunnya karakter umat yang berkenan bagi Tuhan. Itulah yang menyenangkan hati Tuhan, sehingga saat kedatanganNya seluruh umat telah siap menyambutNya dengan sukacita. Secara khusus, Maleakhi akan memberikan penilaian atas pertumbuhan umat secara terukur, yaitu melalui persembahan. (Maleakhi 3:10) : ‘Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku,…. apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan’.Hamba Tuhan yang telah dimurnikan akan terpacu melayani dengan kreatif, sehingga umat sungguh-sungguh menikmati penyembahan dan persembahan yang benar. Rasa sukacita yang demikianlah umat dapat tahan berdiri dan menuliskan dalam hatinya, “Selamat Datang Tuhanku’.

Dalam minggu Advent kedua ini, kita diingatkan akan kedatangan Tuhan. Tuhan menghendaki agar kita dijumpai sebagai umat yang benar, umat yang dapat menyenangkan hati Tuhan saat kedatangannya. Secara khusus, untuk menyenangkan hati Tuhan, nas ini mengajak kita memberikan persembahan. Persembahan bukanlah sekedar melepaskan sebahagian dari harta kita tetapi melalui rasa syukur kepada Tuhan. Persembahan syukur menjadi benar jika dilakukan dengan : a. membangun hubungan dengan Tuhan. Pertobatan yang terus menerus adalah cara kita membangun hubungan dengan Tuhan. Proses pertobatan akan menghantar kita meninggalkan ketakutan atas dunia ini dan makin mendekatkan diri pada Tuhan. Manusia tidak lagi mengalami kegelisahan atau penderitaan seperti dialami oleh manusia saat ini. b. bersekutu di dalam gereja Tuhan. Persekutuan di dalam gereja dimulai dengan kehadiran kita dalam berbagai kegiatan Gereja ; Ibadah Minggu, Kebaktian Lingkungan, dan berbagai kegiatan lainnya. Dengan demikianlah persembahan kita berkenan bagi Tuhan dan memberikan sukacita serta kedamaian di dalam hidup kita. AMIN


Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar