DIUTUS UNTUK
MEMBERITAKAN PERTOBATAN (Yeh. 33:7-14)
Mengapa ada
penderitaan dan apakah itu takdir ; bukankah segala sesuatu dapat diubahkan ?
Persoalan hidup demikian menjadi perlu dicermati dalam kehidupan umat Tuhan
yang sudah berada di pembuangan. Mereka memahami bahwa pembuangan adalah akibat
dosa para pendahulu mereka. Mereka menerima pembuangan itu sebagai takdir dan
konsekwensi logis atas dosa nenek moyangnya. Pemahaman yang demikian telah
membuat mereka menjadi makin degil, keras kepala, bergelimang dalam dosa, tiada
lagi pengharapan. Mereka akan selalu mencemooh orang-orang yang memberikan
nasihat, karena semua itu dianggap omong kosong.
Dalam konteks
demikianlah Tuhan menetapkan Yehezkiel untuk mengingatkan umat yang keras
kepala itu. Tuhan menyebut Yehezkiel sebagai ‘anak manusia’. Sebutan itu lazim dikenakan
kepada seorang hamba Tuhan. Anak Manusia dipahami sebagai kedudukan seseorang
yang memiliki otoritas untuk menyampaikan pesan Allah kepada manusia.
Demikianlah Yehezkiel menjadi penjaga bagi umat Tuhan, agar senantiasa hidup
dalam firmanNya. Itu menjadi sebuah tugas berat dan tanggung jawab besar bagi
Yehezkiel. Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban dari hamba yang telah
diutusNya. Jika Yehezkiel tidak menyampaikan pesan Tuhan, maka Tuhan akan
menuntut pertanggungan jawab atas nyawa hambaNya. Namun, jika hamba Tuhan
menyampaikan pesan Tuhan, maka ia beroleh selamat, sekalipun umat tidak
mendengar dan melakukannya. Sebab, Seorang nabi mempunyai tugas menyampaikan
firman Tuhan sebagai kritik atas kehidupan umat yang bertentangan dengan
kehendak Tuhan. Seorang nabi harus mau dan berani menegur hidup umat Tuhan yang
tidak lagi sesuai dengan kehendak Tuhan. Nabi menyampaikan kritik agar hidup dan ibadah umat Tuhan sungguh-sungguh
berkenaan bagi Tuhan. Karena itu, Yehezkiel sebagai seorang nabi harus
menyerukan pertobatan bagi umat di pembuangan. Bertobat berarti mengembalikan
relasi yang baik antara Allah dengan manusia. Umat Tuhan perlu diingatkan agar
berbalik dari tingkah laku durhaka
menjadi manusia yang patuh terhadap Allah.
Agar tujuan itu
tercapai, Yehezkiel tidak boleh menyampaikan berita usang. Yehezkiel harus
mengubah pemahaman mereka tentang dosa pendahulu dan takdir, agar tidak
berkutat dalam kedegilannya. Hukuman dosa memang akan berlanjut kepada generasi
ketiga bahkan keempat jika keturunan sang pendosa itu mengikuti perilaku ayah
atau leluhur mereka. Akan tetapi, jika anaknya bertobat maka Allah akan
mengampuni. Oleh sebab itu, hukuman yang mereka alami sekarang bukan karena
perbuatan nenek moyangnya melainkan karena ulah mereka sendiri. Malapetaka yang dialami generasi sekarang
merupakan akibat perbuatan dosa generasi sekarang juga, bukan dikarenakan dosa
generasi terdahulu. Pemahaman ini harus diubahkan secara tajam dan jelas dalam
kehidupan umat Tuhan. Selanjutnya, Yehezkiel mengajak umat mengalami pertobatan
agar mereka beroleh keselamatan. Itulah kabar baik, berita baru bagi umat
Tuhan, untuk mendorong mereka mengalami pertobatan.
Kita adalah
orang-orang yang telah mengalami anugerah kasih Allah. Tuhan mengasihi setiap
orang. Kalau orang Kristen memahami
Tuhan itu kasih, maka seharusnya dalam dirinya juga tergambar kehidupan yang
penuh kasih terhadap Tuhan, sesama, keluarga, gereja, masyarakat, dan
pemerintah. Sebagai orang yang telah menerima kasih, kita perlu membawa setiap
orang untuk turut menikmati kasih itu. Mengingatkan orang-orang yang tidak taat
pada Tuhan adalah bagian dari kasih itu. Kita perlu membebaskan orang-orang
dari ketersesatan, mengasihi orang-orang yang tidak tahu lagi makna hidup, mereka
yang sudah kehilangan jati diri, manusia yang tidak lagi memiliki tujuan hidup,
manusia yang mengalami kekosongan jiwa, manusia yang kehilangan pengharapan.
Mengingatkan orang
lain atas kesalahannya bukanlah hal mudah. Kesalahan dapat terjadi karena
ketidaktahuannya, karena kedegilan, juga seringkali karena situasi. Karena itu,
untuk mengingatkan seseorang yang jatuh dalam kesalahan membutuhkan pemahaman, kesabaran,
kepekaan, kepedulian, dan kelemahlembutan.
Orangtua adalah juga
pelayan bagi keluarganya. Ia harus berani membangun keluarga dengan benar.
Orangtua masa kini perlu juga mengingatkan anak-anaknya, mengajak ke gereja, dan
memperkenalkan aneka kehidupan sosial. Semua itu sangat penting untuk membangun
karakternya.
Kita sebagai orang
percaya, umat pilihan, perlu merenungkan ulang hidup kekristenan kita.
Bagaimana sikap kita melihat, mengambil sikap, dan bertindak atas suatu masalah
hidup ? Sangat mungkin banyak hal yang perlu kita baharui di dalam hidup kita.
Di sini dituntut kemauan, kemampuan, dan keberanian para hambaNya melakukan
pembaharuan. Kalau kita tidak mau berbuat, maka kita menjadi pelayan
anti-perubahan. Pelayan yang anti-perubahan berarti membiarkan umat untuk tidak
bertemu dengan Tuhan. Pelayan yang
kehilangan tanggung jawab moral !
Firman ini menjadi
dorongan bagi para hamba Tuhan dalam tugas pelayanan. Sesungguhnya, Tuhanlah
yang memilih kita menjadi pelayan untuk menyatakan kasihNya. Kasih Tuhan akan
makin nyata jika setiap hambaNya melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai
jabatan pelayanan. AMIN
Bertobatlah saudara/i.......
BalasHapusPertanyaan....bertobat seperti apa....??
Bertobat secara konsisten dlm kehidupan sehari2 sesuai firman Tuhan..baca kitab Yehezkiel.....