SETIAP ORANG AKAN DIGARAMI DENGAN API
‘Hidup itu indah’.
Ungkapan ini singkat dan dikehendaki semua manusia. Keindahan hidup adalah
ketika kita dapat hidup berdampingan dengan damai bersama seluruh umat manusia.
Tuhan menghendaki agar semua orang dapat hidup berdampingan dalam damai. Yesus
mengajarkan bagaimana bersikap terhadap orang lain, sehingga tercipta hubungan
harmonis.
Tetapi membangun
hubungan indah itu memang tidak mudah. Selain manusia memiliki perbedaan yang
dapat menjadi benteng pemisah, di dalam diri manusia juga bercokol dosa ; ada
iri, dengki, benci, curiga, cemburu, dan rasa takut. Semua itu dapat menjadi
hambatan untuk menikmati keindahan hidup bersama.
Para murid mengetahi
ada orang lain (diluar kelompok murid) yang mengusir setan dalam nama Yesus.
Para murid Yesus merasa terusik, mereka mengklaim bahwa hanya kelompok mereka
yang ber-hak melakukan hal itu. Orang yang tidak ‘bergabung’ dengan Yesus
dianggap tidak layak menggunakan nama Yesus. Para murid merasa tersaingi atas
orang lain yang dapat mengusir setan.
Yesus meluruskan
pemikiran para murid. Bagi Yesus, mereka itu bukanlah musuh sebab mereka
sama-sama mengemban tugas yang sama, mengusir setan. Mereka tidak perlu
dicegah. Jika pertentangan tidak nampak dengan jelas dan nama Yesus ditinggikan
untuk melawan roh-roh jahat, maka orang itu juga telah turut dalam misi yang
sama. Yesus melihat tanda-tanda kerajaan itu juga ada pada mereka yang tidak
menyatakan pengakuannya secara nyata. Tidak dapat disangkal bahwa tanda
kerajaan itu bisa saja terjadi di seantoro dunia dan dilakoni oleh siapa saja.
Calvin mengatakan : ‘setiap kemungkinan yang memuliakan Allah harus dibiarkan
dan bahkan harus disyukuri’. Perlu disadari, manusia acapkali membuat rumusan
ajarannya (dogma) dan itu telah membuat batasan karya Allah. Padahal, Allah
dapat bergerak di luar garis-garis batasan yang ditentukan oleh sebuah dogma.
Segala perbuatan
yang tidak bertentangan dengan misi Yesus adalah baik adanya. Mengusir setan
merupakan misi Yesus. Karena itu, siapun yang melakukan pengusiran setan
sesungguhnya bagian dari pekerjaan Yesus. Mereka itu tidak perlu dicegah. Dan
sesungguhnya, mereka adalah bagian dari pelayanan Tuhan, apalagi mereka melayani
juga dalam Nama Yesus.
Siapapun boleh mengusir setan….bila perlu pakai
kampak…Hahahaha….
Segala perbuatan
baik akan menerima upahnya sekalipun nilai perbuatan itu kecil. Para murid
tentu pernah mengalami kehausan di dalam perjalanan. Mereka sangat mungkin
melintasi desa-desa dan singgah sejenak di rumah penduduk, lalu disuguhkan
segelas air. Biarpun perbuatan itu tidak seberapa, tetapi Allah tidak pernah
melupakan upah bagi yang telah memberinya.
Justru yang perlu
diantisipasi dalam membangun hubungan harmonis adalah apabila terjadi saling
menyesatkan. Penyesatan dapat terjadi pada orang lain. Tuhan Yesus mencontohkan
penyesatan terhadap ‘anak-anak kecil yang percaya’, yaitu mereka yang masih
lemah iman, disingkirkan, miskin, janda, yatim piatu dsb. Yesus berkata, ‘orang
demikian lebih baik ditenggelamkan agar tidak tampak lagi di bumi ini’. (dinongnong
ma i tu tao an….hahaha….). Selain menyesatkan orang lain, setiap orang dapat
saja telah menyesatkan dirinya sendiri. Sifat umum manusia seringkali mengklaim
dirinya sebagai yang benar, padahal tindakan dan perbuatannyai selain merusak
orang lain juga merusak dirinya. Kepada orang yang demikian firman Tuhan
berkata (43,45,47) : ‘jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah….jika kakimu
menyesatkan engkau, penggallah….jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah’.
Sebab, orang yang masuk ke dalam kerajaan sorga bukan ditentukan oleh
nilai-nilai badaninya tetapi hatinya. Jika orang itu dapat mengintrofeksi
dirinya sendiri maka ia akan mampu membaharui dirinya dan menjadi sukacita bagi
banyak orang.
Heran juga nih…., mengapa tidak disebut juga dengan
mulut. Mungkin pada saat itu, orang masih berbicara dengan penuh etika.
Padahal, saat ini yang bahaya dalam menjalin hubungan adalah mulut,…’mulutmu
adalah harimaumu’.
Pada bagian akhir
perikop ini, Yesus menekankan kata ‘garam’ (empat kali). Garam itu begitu
penting karena berkhasiat menjadi obat dan mengawetkan makanan agar tidak cepat
busuk serta memberi cita rasa. Dalam hal ini, garam adalah firman Allah yang
telah dipahami para murid. ‘mempunyai garam dalam dirimu’ adalah nasehat supaya
firman Tuhan yang tertulis dalam diri para murid dapat digunakan menciptakan
suasana damai dalam kehidupan bersama. Para murid semestinya juga melalui
firman Tuhan dapat mencerahkan orang lain agar tidak jatuh kepada keadaan yang
buruk, sebagaimana garam ‘membantu’ makanan menjadi tidak busuk tetapi menjadi
lezat. Firman Tuhan itu harus menjadi api yang menyala terus-menerus dalam diri
para murid untuk membakar semangat imannya dan orang lain kepada Kristus.
Dengan firman itu pula setiap orang akan membangun hubungan yang baik seorang
dengan yang lain.
Dalam hubungan
sesama manusia masih sering terasa ada jurang pemisah, termasuk antara gereja
yang satu dengan lainnya. Hal itu bisa saja terjadi oleh sikap introvert tanpa
mau membuka cakrawala berpikir bahwa dunia ini begitu luas dan di dalamnya
Allah tetap berkarya. Allah berkarya tidak hanya melalui satu orang atau
kelompok tetapi Dia bebas memberi kuasaNya bagi setiap orang yang mengandalkan
namaNya. Allah berkarya tidak hanya di satu tempat tetapi mencakup seluruh
dunia.
Hidup manusia harus
menciptakan damai sejahtera. Kita perlu menjaga diri agar tidak menjadi sumber kegaduhan,
batu sandungan, pertengkaran dll. (Semoga Sinode Periode GKPI yang berlangsung
minggu ini jauh dari kegaduhan). Sebab yang utama sesungguhnya adalah
perdamaian.
Segala nilai dunia
adalah anugerah Allah, karena itu segala yang kita miliki mestinya dipergunakan
untuk kebaikan dan bermanfaat menjalin hubungan yang baik seorang dengan yang
lain : Suami-isteri, Persahabatan, dan organisasi. Termasuk tekhnologi, semisal
face book harus digunakan untuk kebaikan. Jangan ciptakan pertengkaran melalui
fb. Jangan gunakan fasilitas itu jika menjadikan hubunganmu menjadi tidak baik.
Perbuatan-perbuatan
baik merupakan bagian pendukung dari hidup berdampingan. Kemampuan seseorang
untuk berbuat baik tidak boleh menimbulkan rasa iri hati. Kalaupun kita
tidaksepaham dengan orang tersebut, maka kita tidak boleh menyerangnya begitu
saja. Sejauh seseorang berbuat baik bagi orang lain, dan ia tidak merugikan
diri kita maka orang tersebut mestinya dipandang sebagai bagian dari kehidupan
kita, memiliki misi yang sama.
Hidup berdampingan
dengan damai merupakan yang utama. Karena itu, kita harus menghilangkan
keangkuhan dan kepentingan golongan, tetapi hendaklah mencerminkan kasih
Kristus. Berbuatlah baik, beritakan karyaNya, sebab upahmu besar di sorga. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar